DILIGES SUSPECTA || HUNBAEK || CHAPTER 1


ds copy

Tittle: Diliges Suspecta (sequel MonochromeLink-)
Author: AyouLeonForever
Cover pic/poster edited by: AyouLeonForever
Genre: BL, Romance, Sad (?) Romance, Action(?), Comedy. Diramu menjadi satu.
Length: chaptered
Main Cast:
·         Oh Se Hun
·         Byun Baek Hyun.
·         Wu Fan / Kris Wu
·         Kim Joon Myun / Su Ho
·         Do Kyung Soo
·         Dll
 
Disclaimer: semua cast bukan punya ALF, cuman pinjam nama buat imajinasi(?).
Copyright: Alur/plot belongs to me. AyouLeonForever™. Dilarang menyebarkan(?) alias copy paste without permission. 

 

Bagi yang blom paham ini apa, akan lebih baik kalau baca prekuelnya dulu. “Monochrome

a/n:
1.       Kyeongjal :polisi
2.       Seojang-nim : kepala polisi.

 

|| Diliges Suspecta||

 

 

 

Kyeongjal-nim… Aku bermasalah.”

 

Baek Hyun tidak menghiraukan suara-suara aneh yang mengganggu telinganya itu. Ia hanya berusaha memusatkan konsentrasinya pada komputer di depannya. Mengetik laporan yang akan diserahkan kepada atasannya.

 

Kyeongjal-nim, aku betul-betul bermasalah. Ada kasus pencurian di tempatku.”

 

Baek Hyun berdecak kesal, kemudian menoleh pada pemuda tampan yang menatapnya lekat sembari menopang dagu di atas meja. “Laporkan saja pada divisi pelayanan masyarakat. Kau lebih tahu itu Detektif Oh, lagipula kau itu Polisi, aneh sekali kau mengadu pada Polisi lain.”

 

“Masalahnya hanya kau yang bisa mengatasinya Byun Kyeongjal-nim. Karena kau pencurinya.”

 

Baek Hyun membelalak, hampir melempar perangkat komputernya pada Polisi tampan itu. “Aku tahu kalau aku tidak sekaya kau, tapi selama hidupku aku belum pernah mencuri, jadi jangan asal menuduh.”

 

“Tapi kau satu-satunya tersangka yang kucurigai.”

 

“Kenapa? Karena aku sering menginap di rumahmu? Kau pikir itu mauku? Kau yang selalu mengajakku membuat pertaruhan aneh yang walaupun aku tidak menyetujuinya kau tetap memaksa, sampai akhirnya aku tetap akan kalah dan berakhir dengan… ah lupakan. Kurasa kau memang masih sedikit bermasalah dengan kondisi kejiwaanmu.”

 

“Itu benar, kau juga cukup ambil bagian dengan kondisi kejiwaanku belakangan ini.”

 

“Cukup Detektif Oh. Aku sedang sibuk!”

 

“Sesibuk apa sampai kau tidak punya waktu untuk meladeni kekasihmu mengobrol? Heum?”

 

Blush~

 

“Kubilang cukup, atau kuminta Seojang-nim untuk memindahkanku kembali ke ruangan di mana seharusnya aku berada.”

 

“Kenapa? Kau tidak suka satu ruangan denganku? Kau itu partner kerjaku, harusnya kau bangga.”

 

“Ck, kau tidak tahu saja kita jadi bahan gunjingan di luar.”

 

“Lalu? Sudah bukan rahasia lagi kau itu kekasih dari Polisi tertampan di Seoul.”

 

“Detektif Oh…”

 

“Kenapa sayang?”

 

“Cukup atau aku betul-betul keluar.”

 

“Kenapa kau marah kalau itu fakta?”

 

Baek Hyun menghela nafas, segera mungkin mencetak laporannya tanpa peduli kesalahan pengetikannya. Yang ia butuhkan sekarang adalah keluar dari ruangan itu.

 

“Hei… mau ke mana?” tegur Se Hun saat Baek Hyun sudah berdiri dari tempatnya.

 

“Tidak bisa melihatnya Detektif Oh?” Baek Hyun sengaja mengibas-ngibaskan map di tangannya. “Aku harus menemui Seojang-nim sekarang.”

 

“Tunggu, biar aku yang memeriksanya. Secara teknis, aku juga Pimpinan di sini, dia hanya lebih tua saja dariku hingga dia diangkat menjadi Kepala Polisi,” Se Hun langsung beranjak dari tempatnya dan menghampiri Baek Hyun yang masih berdiri tak jauh dari meja kerjanya.

 

“Jangan menghambatku Detektif Oh. Ini perintah langsung. Laporan ini akan dikirim ke pusat setelah Seojang-nim menandatanganinya. Jadi yang berhak memeriksanya adalah Kris Seojang-nim.”

 

Se Hun mengangkat alisnya tinggi-tinggi kemudian merebut map itu dari Baek Hyun. Membaca lembar pertamanya kemudian tertawa meledek. “Kau bercanda? Kopnya saja salah.” Dan dengan santainya ia meraih pena di atas meja dan mencoret laporan itu.

 

“YA!!! AKU MENGERJAKANNYA BERJAM-JAM!”

 

“Ini salah Byun Baek Hyun, Kris Hyung tetap akan memintamu memperbaikinya.”

 

“Tapi kenapa harus kau yang mencoretnya?”

 

Se Hun tertawa kemudian menarik Baek Hyun dan mendudukkannya di atas meja dengan sangat mudah. “Maaf soal laporanmu, tapi bisakah kau memperhatikanku sedikit saja? Aku bahkan tidak pernah mendengarmu memanggilku dengan nama sayang.”

 

“Ck, bagiku itu memuakkan. Lagipula seperti yang kau katakan, semua orang sudah tahu kalau aku kekasihmu,” ucapnya sambil memutar bola mata malas. “Dan terima kasih sudah mengumbarnya kemana-mana.”

 

Se Hun tersenyum, memindahkan tangannya dari pinggang ke punggung tangan  Baek Hyun dan menekannya ke atas meja, persis di sebelah pahanya. “Tapi kau tidak keberatan kan?”

 

“Untuk apa? Kurasa juga sudah terlambat untuk protes.”

 

“Hm mari kita ganti kalimat terakhirmu dengan, kurasa tidak ada gunanya keberatan karena aku juga menginginkanmu.”

 

“Oh Tuhan, betapa menjijikkannya kau Detektif Oh. Dan tolong lepaskan aku. Kalau Kris Seojang-nim tahu kita bersantai di jam kerja, maka dia tidak akan segan-segan memberikan skors pada kita.”

 

“Atas dasar apa? Dia juga akan mengerti yang namanya privasi kan? Mengenai laporanmu, berikan aku waktumu 10 menit dan akan kuselesaikan laporanmu dalam sekejap.”

 

“10 menit? Untuk apa?”

 

Se Hun tak kuasa menahan senyum gelinya. Menyadari bahwa kekasihnya ini terlalu polos hanya untuk mengerti kalimat sederhana darinya. “Sudah kukatakan kau itu pencuri di tempatku.” Ia meraih tangan kanan Baek Hyun dan menapakkannya di dada kiri. “Kau mengambil sesuatu di sini, dan kau tidak meminta izin terlebih dahulu, kau tahu. Itu namanya mencuri.”

 

Baek Hyun tidak bisa berkata apa-apa. Ada beberapa alasan mengapa ia tidak berani menatap langsung mata Se Hun. Salah satunya adalah ini, dan ini yang paling penting. Sekali saja ia terikat oleh tatapan tajam itu, maka ia tidak akan punya kekuatan untuk mengalihkannya ke arah lain.

 

“Kau tersangkanya Byun Kyeongjal-nim, aku menemukan jejaknya di sini,” lirih Se Hun sembari mengusap bibir Baek Hyun dengan sisi jadi telunjuknya, membuat Baek Hyun memejamkan mata perlahan. Karena ia sudah hapal betul jika Se Hun sudah memperlakukannya selembut itu, maka hal selanjutnya yang ia dapatkan adalah…

 

 

 

 

 

Pletak~

 

 

“Bahkan jika kau adalah wakil Kepala polisi di divisi ini, aku bisa menghukummu karena bertindak tidak senonoh di kantor selama jam kerja.”

 

Baek Hyun refleks membuka matanya saat mendengar suara berat yang familiar itu. Ia langsung mendorong Se Hun dan melompat turun dari atas meja. Menunduk dalam sambil mengucapkan maaf bekali-kali.

 

“Haih, kau ini betul-betul pengganggu Hyung,” keluh Se Hun sembari mengusap kepalanya. Berharap tidak terjadi pembengkakan karena Kris memukulnya dengan buku tebal. “Lagipula jangan menggunakan jabatanmu untuk seenaknya masuk ke ruangan orang lain!”

 

Kris meraih map yang tergeletak acak di atas meja, membacanya sekilas dan meletakkannya kembali. “Aku juga tidak akan repot-repot masuk ke ruanganmu kalau tidak ada hal yang penting. Aku bisa menyuruh siapa saja untuk memanggilmu untuk menghadap.”

 

See, kau sadar juga.”

 

“Jangan berdebat denganku karena masalah ini, sekarang kalian berdua menghadap ke ruanganku! Atmosfer di sini tidak cukup menyenangkan untuk membahas hal yang sangat penting.”

 

Baek Hyun mengeluh detik itu juga saat atasannya keluar dari ruangan itu dalam keadaan tidak senang. “Biaya sekolah Hye Min, biaya bulanan kelas beladiri Eun Jin, dan persiapan Kyung Soo menyusun tugas akhir, belum lagi sewa apartemen bulan ini. Bagus sekali Detektif Oh, kau membuatku terancam menunggak semua tagihan itu.”

 

Se Hun tertawa, dengan santainya merangkul pundak Baek Hyun. “Sudah kubilang, kalian semua pindahlah ke rumahku, jadi kalian bisa sedikit berhemat. Biaya sekolah adik-adikmu juga biar aku yang menanggungnya.”

 

Baek Hyun menepis tangan Se Hun cukup kasar dan melangkah lebih dulu menuju pintu ruangan itu. “Selama aku masih bisa menghasilkan uang, aku tidak akan meminta bantuan dari siapapun. Jika kau ingin membantuku, tolong lakukan apa saja agar aku tidak mendapatkan masalah di sini.”

 

“Hei, jangan keras kepala begitu. Cepat atau lambat kita juga akan menikah, dan aku yang akan menjadi kepala keluarga kan? Jadi tidak masalah kalau aku mengambil tugas itu lebih awal.”

 

“Selesai, aku tidak ingin membahasnya lagi.”

 

Se Hun menghela nafas kemudian mengikuti langkah cepat Baek Hyun keluar dari ruangan itu menuju ruangan Kris, atasan mereka.

 

 

☣☣☣

 

 

 

Se Hun mengerutkan keningnya saat mencermati sebuah laporan dalam map yang diberikan Kris padanya. “Kenapa laporannya baru masuk sekarang sementara kasusnya terjadi sekitar setahun yang lalu?”

 

Baek Hyun membenarkan dengan sebuah anggukan, bahwa ia juga mempertanyakan hal yang sama.

 

“Itu karena, kasus ini terselubung,” jelas Kris singkat.

 

Se Hun terdiam, sedikit berpikir kemudian kembali membaca laporan itu. “Lalu dari mana laporan ini?”

 

“Ini kasus khusus Se Hun-ah. Maksudku, Detektif Oh. Kau pernah mendengar nama sekolah itu bukan? Itu adalah sekolah khusus yang paling tertutup dan terketat di Seoul. Seorang siswa yang dikeluarkan paksa dari sekolah itu baru-baru ini, langsung memberi laporan bahwa temannya menghilang secara misterius setahun yang lalu. Pihak sekolah sudah mengusahakan untuk melakukan pencarian tapi tetap tidak ada jejak. Sampai pada akhirnya sekolah menetapkan bahwa hilangnya siswa itu bukan tanggung jawab sekolah karena ada kecurigaan bahwa siswa itu kabur.”

 

“Lalu masalahnya?”

 

“Si pelapor tetap bersikeras bahwa temannya tidak kabur. Ia hilang di dalam lingkungan sekolah yang memang terdapat asrama. Tidak ada alasan untuk kabur karena prestasinya sangat baik, bersosialisasi juga sangat baik, bisa dibilang dia tidak memiliki musuh.”

 

“Lalu apa tanggapan orang tua siswa ini?”

 

“Sayangnya dia yatim piatu. Kerabatnya sulit dilacak, bisa jadi anak ini juga tidak diinginkan kerabatnya.”

 

“Hm, kenapa tidak dimasukkan dalam laporan. Ini bisa jadi pemicu.”

 

Kris menggeleng pasti dan yakin. “Tidak. Maksudku, menurut si pelapor, siswa ini tidak pernah mengeluh perihal keluarganya, ia sudah terbiasa dengan keadaannya sejak orang tuanya meninggal di usianya yang menginjak bangku SMP. Alasan kenapa ia masuk ke sekolah tersebut juga karena dia lebih suka di lingkungan yang ramai setiap saat. Dia sangat bersahabat dengan siapa saja, jadi masalah keluarga tidak masuk dalam hitungan.”

 

“Anak ini dari kalangan kaya? Bukankah sekolah yang dimaksud adalah yayasan bergengsi dengan biaya mahal?”

 

“Anak ini berprestasi, jadi dia bertahan di sekolah itu karena beasiswa dari sekolah.”

 

Se Hun menggumam, kemudian mengangguk. Mencatat sesuatu pada notenya. “Lalu kenapa kau mengatakan ini kasus terselubung.”

 

Kris terdiam sejenak, sedikit berpikir. “Kau tidak mencium kejanggalan di sini? Ada sesuatu dalam lingkungan sekolah itu.”

 

“Ya sedikit. Pertama sikap acuh dan tidak bertanggung jawab terhadap salah satu siswanya. Tapi menurutku untuk sekolah yang terbilang ketat, disiplin dan terkenal, kurasa wajar mereka tidak mengeksposnya.”

 

Kris membenarkan dengan sebuah anggukan kemudian tersenyum. Sedikit berbalik untuk meraih map lain di rak berkasnya. “Percayalah ada sesuatu dengan sekolah ini.”

 

Se Hun menerima berkas itu dan membacanya teliti. “Begitu? Jadi seperti dugaanmu, ini memang kasus terselubung dan bisa jadi yang terlibat adalah,” Se Hun mengangkat sebelah alisnya saat Kris menatapnya serius. “Orang dalam?” terkanya setelah membaca data profil sekolah itu.

 

Kris mengangguk pelan. Antara ragu dan yakin. “Yang kurasa bersih hanyalah pemilik yayasan yang memang hanya akan terlibat langsung dengan sekolah jika ada event penting.”

 

“Berarti memang tidak bisa melakukan penyidikan terang-terangan. Ini terlalu rapi. Jika kita nekat melakukan penyidikan secara tim, pertaruhannya cukup berisiko, jika sudah serapi ini bisa jadi nama departemen kita akan menjadi taruhannya.” Se Hun meletakkan kembali dua berkas di atas meja kemudian berdiri dari duduknya sembari merenggangkan lehernya. “Berarti kita memang harus mencari seseorang di yayasan itu yang bisa betul-betul dipercaya. Dan di sini letak kesulitannya, karena sepertinya memang ada konspirasi di lingkungan itu.”

 

Kris tidak bersuara lagi. Ia menyandarkan pinggangnya di meja sambil melipat tangan di dada. Berpikir tentu saja.

 

Se Hun pun tidak bersuara lagi setelahnya, ia hanya membuka kembali map tadi dan kelihatannya tidak betul-betul di baca juga. Yang Baek Hyun tahu itu cara Se Hun berpikir.

 

“Eum, Seojang-nim, Detektif Oh aku… punya sedikit ide, itupun kalau kalian menyetujuinya,” ujar Baek Hyun memecah keheningan.

 

Dua pemuda tampan itu pun menoleh bersamaan, tertuju pada satu objek. “Apa itu?”

 

“Err… dari pada mencari orang lain untuk menjadi mata-mata dari dalam, yang kemungkinan besar akan berujung pengkhianatan, lebih baik kita mengutus Polisi muda yang bisa menyamar sebagai siswa atau paling tidak sebagai guru. Melakukan interaksi dengan mereka sekaligus mencari keanehan dari dalam, kurasa ini lebih efektif dari pada mencari orang luar.”

 

Hening…

 

Kris dan Se Hun bertatapan sejenak, kemudian tersenyum. “Ide bagus, tidak terlalu buruk untuk dicoba.”

 

“Eh apanya? Yang menyamar jadi guru?” tanya Baek Hyun kaget, sekaligus bangga karena idenya dipertimbangkan.

 

“Jadi siswa tentu saja. Menyamar menjadi guru terlalu berisiko, belum tentu juga mereka akan menerima guru baru,” jawab Kris santai.

 

Baek Hyun mengangguk setuju. “Nah, itu yang kumaksud Seojang-nim. Jadi anda tinggal mencari Polisi yang wajahnya cukup muda dan postur tubuhnya masih pantas menjadi anak SMU untuk diajak dalam penyelidikan ini,” ucapnya yakin.

 

Hening kembali, baik Kris maupun Se Hun tidak menggubris kalimat itu. Tatapan mereka fokus pada satu objek yang sama.

 

“Eh, memangnya sudah ada nama yang ingin kalian ajukan?” tanya Baek Hyun bingung. Perasaannya mulai tidak enak. “Ke… Kenapa menatapku begitu?”

 

Kris dan Se Hun kembali bertatapan, kemudian tersenyum sebelum kembali menatap Baek Hyun.

 

“Jangan bilang kalau….” Baek Hyun bergerak mundur dengan wajah memucat.

 

Se Hun tertawa kecil, langsung menangkap pinggang Baek Hyun sebelum pemuda mungil itu berniat kabur. “Kuharap kau masih ingat pelajaranmu waktu di SMU, Byun Kyeongjal-nim.”

 

Baek Hyun membelalak tidak terima. “Jangan!!! Jangan aku!!! Aku tidak mau!!!”

 

 

 

☣☣☣

 

 

 

Se Hun tidak berhenti mengulum senyumnya saat ia sedang menunggui Baek Hyun yang berganti pakaian di toilet khusus ruangan Kris. Mengingat kepolosan kekasihnya itu justru memberi jalan keluar untuk kasus baru yang bisa dibilang cukup rumit ini, karena objeknya samar.

 

Tak jauh dari sana, Su Ho terlihat sibuk memilah seragam dan mencocokkan logo yang sesuai dengan sekolah target pernyelidikan. “Detektif Oh, apa ukuran tadi pas? Jika masih kebesaran, akan kuminta temanku untuk mengecilkannya.”

 

Se Hun kembali tertawa, karena memang ini sudah ketiga kalinya Baek Hyun membuang seragam itu dari dalam sambil berteriak,…

 

“JANGAN MENGHINAKU!!! KALIAN MEMBERIKU SERAGAM ATAU PIYAMA???”

 

Se Hun mengetuk pintu toilet itu, memastikan keadaan Baek Hyun di dalam. “Yang itu juga tidak cocok?”

 

Tidak ada sahutan, dan itu membuat Se Hun gemas dan kembali mengetuk.

 

“Sudah kubilang, biarkan aku masuk dan membantumu memasang seragam itu,” serunya lagi.

 

“Tidak perlu.” Barulah terdengar sahutan bersamaan saat pintu toilet itu terbuka perlahan menampakkan sosok berbeda dari Polisi Byun Baek Hyun yang kini mengenakan seragam SMU.

 

“Uhuk…” Kris terlonjak karena ia tersedak kopinya. Su Ho menghentikan kegiatannya memilah-milah seragam, dan Se Hun…

 

Oh my… bisakah kubawa pulang kau sekarang?” serunya tertahan.

 

“Jangan berlebihan, atau aku akan menolak mentah-mentah tugas ini,” balas Baek Hyun masih dengan wajahnya yang tidak ikhlas.

 

“Whoaaa Baek Hyun-ah, kau manis sekali,” seru Su Ho sudah hampir mencubit pipi Baek Hyun.

 

Hyung…” keluh Baek Hyun sembari memutar bola matanya kesal.

 

“Betul-betul manis. Polisi Kim, kau punya pita kecil berwarna biru, coba pasangkan di kepalanya, pasti akan semakin manis,” tambah Kris yang bahkan sedikitpun tidak terlihat wibawanya sebagai seorang kepala Polisi.

 

Baek Hyun semakin mengeluh, meremas tangannya kuat-kuat. “Tuhan… selamatkan aku dari pria-pria maniak ini…”

 

 

☣☣☣

 

 

 

Kyung Soo mengerutkan keningnya saat kakak sulungnya pulang lebih awal. Wajah yang ditekuk itu mungkin menjadi alasan kenapa ia cepat pulang. Ditambah kenyataan bahwa ia diantar oleh Su Ho dan polisi tampan bergelar Detektif Oh itu sudah pasti ada sesuatu.

 

Pemuda bermata indah itu meletakkan 2 cangkir cokelat hangat di atas meja tamu, kemudian duduk di sofa sebelah Su Ho, kekasihnya. “Kakakku kenapa Hyung?” tanya Kyung Soo sebenarnya kepada Su Ho.

 

“Kakakmu punya misi, adik ipar. Jadi mungkin beberapa bulan ini dia tidak akan pulang,” Se Hun yang menjawab dengan sangat santai.

 

“Ha? Misi apa? Apa berbahaya? Kenapa harus kakakku?”

 

“Tenanglah, bukan misi yang terlalu berbahaya, hanya saja butuh waktu. Karena dia akan turun langsung dalam penyelidikan,” terang Se Hun kemudian menyeruput cokelat hangatnya.

 

“Hanya dia sendiri?”

 

Se Hun tertawa cukup geli, kembali meletakkan cangkirnya di tempat semula. “Kenapa? Kau meragukan kemampuan kakakmu sendiri? Kecil-kecil begitu, dia hebat,” lanjutnya sembari menggerakkan alis mengundang curiga.

 

Su Ho dan Kyung Soo hanya bisa bertatapan tidak mengerti. Sampai kemudian Baek Hyun keluar dari kamarnya, menenteng koper dan ransel, masih dengan wajah yang sama sekali tidak bersahabat.

 

“Eh Hyung? Kau mau kemana?” seru Kyung Soo kaget, karena penampilan Baek Hyun sudah terlihat seperti orang yang akan pindah rumah.

 

Baek Hyun menyenderkan kopernya ke dinding juga meletakkan ranselnya. “Aku akan pergi sekitar satu atau dua bulan ke suatu tempat, jadi tidak akan pulang selama itu juga,” jawabnya setelah mengambil posisi duduk di sebelah Se Hun. Dengan catatan, itu terpaksa karena tempat yang tersisa hanya di sebelah Se Hun.

 

Kyung Soo membelalak kaget, tiba-tiba cemas. “Lalu aku, Hye Min, dan Eun Jin?”

 

Baek Hyun berdehem sejenak, kemudian menghela nafasnya cukup panjang. “Ini yang ingin kubicarakan. Misi ini tidak bisa kutolak, selain karena sialnya ini adalah ideku, juga tidak ada Polisi lain yang cocok dengan tugas ini. Tapi tenang saja, bahkan jika misi ini tidak berhasil, upah yang akan kuterima cukup lumayan dari biasanya, apalagi kalau berhasil. Mungkin aku bisa membeli mobil.”

 

“Benarkah?”

 

“Oke, yang terakhir itu mustahil. Tapi setidaknya kalau ini berhasil, yang kita terima juga akan lebih memuaskan. Jadi kuharap kau bisa mengerti Kyung Soo-ya.”

 

Kyung Soo mengangguk pelan, kemudian tersenyum. “Kalau masalah pekerjaanmu, aku mengerti. Kupikir kau betul-betul akan pindah ke rumah Detektif Oh dan meninggalkan kami.”

 

Baek Hyun terbatuk cukup telak, semakin jengkel ketika Se Hun malah tertawa. “Apa aku sudah gila? Aku tidak akan mungkin meninggalkan kalian. Percayalah, aku tidak akan lepas tanggung jawab sampai melihat kalian semua sukses dan menikah.”

 

Tawa Se Hun berhenti seketika, menoleh pada Baek Hyun dengan mata membelalak. “Apa kau bercanda? Lalu bagaimana denganku? Kau pikir berapa usia adik bungsumu? Kau tahu? Aku pasti sudah menjadi mayat sampai adik bungsumu menikah.”

 

Baek Hyun berusaha tidak peduli, kembali memusatkan titik fokusnya pada adik sulungnya. “Jadi hanya satu atau dua bulan aku meninggalkan kalian. Dan… aku sudah membicarakan ini dengan Su Ho Hyung, selama aku tidak ada, dia akan tinggal di sini menjaga kalian.”

 

Raut cemas Kyung Soo seketika memudar, digantikan binar jelas yang berusaha ia sembunyikan.

 

“Dan kuharap Su Ho Hyung mengerti apa yang kumaksud dengan ‘menjaga’. Artinya jangan justru kau yang berbuat macam-macam pada adikku,” lanjut Baek Hyun memberi penekanan.

 

“YA! Kau kira aku pria mesum? Aku juga bisa membedakan mana amanah dan mana keisengan, lagi pula aku juga tidak akan menyentuh Kyung Soo sebelum kami menikah,” protes Su Ho langsung merangkul pundak kekasihnya.

 

“Oke, jadi kuanggap ini sumpah darimu. Jika kau melanggar, lihat saja akibatnya. Kau juga Kyung Soo-ya, jangan sampai kuliahmu berantakan.”

 

“Aku mengerti Hyung, aku masih yang terbaik di jurusanku.”

 

Baek Hyun akhirnya bisa bernafas lega, kemudian menoleh pada Se Hun yang terlihat gelisah sejak tadi. “Kau kenapa? Yang tadi aku serius, aku tidak akan menikah sebelum semua adikku sukses.”

 

Se Hun terdiam sejenak, masih mencari celah dari sorot mata Baek Hyun, tentu saja berharap bahwa itu hanya sebuah lelucon. “Oh baiklah, akan kubuat kau merubah rencana gilamu itu dalam waktu 2 bulan. Mengerikan sekali, berapa umur Eun Jin sekarang? Tidak mungkin kau memintaku menunggu selama 12 tahun agar bisa sepenuhnya bersamamu.”

 

“Kalau kau tidak mampu, aku bisa mencari orang lain yang mau menungguku.”

 

Terdengar decakan kesal dari bibir Se Hun, dan ia sudah berada di atas batas kesabarannya. Oke, ini memang bukan lelucon, karena ini sudah tidak lucu. “Orang lain? Maksudnya orang lain untuk menjadi pendampingmu, begitu?”

 

Baek Hyun hanya mengangkat bahu, terkesan tidak peduli.

 

Dan melihat sikap acuh itu, Se Hun justru mengangkat alisnya tinggi-tinggi, menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dan melipat tangan di dada. “Kau berani bersikap seperti itu di hadapanku? Polisi Byun?”

 

Barulah Baek Hyun sadar bahwa Se Hun tidak suka topik itu. “Sudahlah, bukan saatnya membahas hal ini, sekarang persiapanku sudah beres. Tinggal menunggu perintah dari Seojang-nim dan salah satu dari kalian harus bertindak sebagai waliku saat mendaftarkanku masuk ke sekolah itu.”

 

“Ah mengenai itu,” Su Ho langsung menginterupsi. “sepertinya Seojang-nim betul-betul ingin memakaikanmu pita biru. Maksudku, dia betul-betul suka melihatmu memakai seragam sekolah. Jadi yang mengurus pendaftaranmu, berikut surat-surat pindah dan transkip nilai palsu, adalah Seojang-nim, langsung!”

 

WHAT? Apa dia gila?”

 

“Tidak gila, hanya sedikit aneh. Maksudku, akan menimbulkan kecurigaan pihak sekolah jika dia yang membawamu ke sana, mengingat wajahnya sudah beberapa kali muncul di koran setahun terakhir ini dengan identitas lengkap sebagai seorang kepala Polisi.”

 

Baek Hyun hanya bisa menutup wajahnya dengan telapak tangan sembari menunduk lemas. “Kurasa misi ini akan gagal, bahkan sebelum dimulai.”

 

“Jangan meremehkannya,” tambah Se Hun. Membuat ketiga orang di tempat itu langsung menoleh padanya. “Yah terlepas dari keanehanya yang sangat menyukai hal yang menurutnya lucu dan menggemaskan, dia tidak akan seceroboh itu. Kalau kalian meremehkannya, berarti kalian lebih meremehkanku. Kris Hyung itu lebih senior dari pada aku, walau karir kami cukup bersinar di tahun yang sama, makanya ada yang mengira kami seangkatan. Percaya saja, dia tidak  akan diangkat sebagai kepala Polisi di usia semuda itu jika dia bisa diremehkan.”

 

Baek Hyun dan Su Ho saling bertatapan, dan mendadak tidak enak sendiri. “Maksudku bukan meremehkan. Ya Tuhan, aku begitu mengagumi Seojang-nim akan wibawa dan sikap kepemimpinnya. Hanya saja, selama bertugas di bawah naungannya, aku memang tidak pernah melihatnya terjun langsung menangani sebuah kasus.”

 

“Hm, mungkin nanti kau akan sering berinteraksi dengannya saat menangani kasus ini.”

 

 

 

 

☣☣☣

 

 

 

“Maksudnya tidak hari ini?” tanya Baek Hyun bingung saat ia sudah menghadap lagi ke atasannya.

 

“Ya artinya baru besok kau bisa masuk ke sekolah itu, aku baru mengurus semua kelengkapanmu untuk masuk, surat pindah, biodata, catatan kesehatan, data kelahiran, kartu keluarga, transkip nilai yang semuanya rekayasa itu juga juga butuh waktu. Jadi besok pagi aku akan menjemputmu di rumah Se Hun, kau sudah harus berubah menjadi anak SMU sebelum masuk ke sekolah itu.”

 

“Tunggu, maksudnya anda menjemputku di rumah Detektif Oh?”

 

“Ya untuk hari ini kau menginap di rumahnya dulu, sekalian membahas strategi apa saja yang akan kalian jalankan selama kau berada di sekolah itu.”

 

Baek Hyun menelan ludah susah payah, mengingat bahwa rumah Se Hun cukup membuatnya merinding, bahkan hanya mendengarnya saja. “Ke… kenapa harus di rumah Detektif Oh? Aku juga punya rumah sendiri.”

 

“Seperti yang sudah kujelaskan tadi, kau dan Se Hun akan membahas strategi kalian, dan waktu yang mepet ini kalian gunakan saja. Hanya satu malam, bukankah kalian sudah sering tinggal bersama?”

 

Baek Hyun terbatuk cukup telak, sedikit bersyukur karena tidak ada Se Hun di situ, kalau saja dia ada, suasana akan semakin tidak menguntungkan. “Itu… bukan jaminan Seojang-nim, aku juga dalam keadaan terpaksa karena kalah taruhan darinya.”

 

“Yah, itu urusan kalian, aku tidak berhak ikut campur. Jadi begitu saja, sebisa mungkin pastikan komunikasimu nanti dengan Se Hun tidak ada hambatan, karena setiap kejanggalan yang nantinya kau temukan di lingkungan sekolah itu akan langsung kau sampaikan pada Se Hun.”

 

“I… iya Seojang-nim, aku mengerti.”

 

“Jadi pulanglah dulu, kurasa Se Hun sudah menunggumu di luar.”

 

“Eh? Secepat ini?” tanya Baek Hyun kaget, karena memang jarum jam di dinding ruangan itu masih menunjukkan pukul 11 pagi.

 

“Hm, karena memang banyak yang harus kau diskusikan dengan Detektif Oh.”

 

 

 

☣☣☣

 

 

 

 

“Jadi namamu tetap Byun Baek Hyun, karena kalau memakai nama keluarga Kris Hyung, mereka akan curiga sementara kau tidak ada darah China sama sekali. Kris Hyung saja yang akan menyamar sebagai warga Korea bermarga Byun, entah nama siapa yang akan ia pakai besok.”

 

“Jadi aku akan menyamar sebagai… ugh, anak dari Seojang-nim dan Lay Hyung?”

 

“Hm, dan ingat, usiamu itu 17 tahun, bukan 24.”

 

“Apa tidak terlalu muda?”

 

“Hei, bahkan jika kau menyamar menjadi anak 13 tahun, wajahmu masih cocok.”

 

“Detektif Oh!”

 

“Jangan marah, ini pujian.”

 

“Bukan, maksudku… ugh… bisakah kita membahas hal ini dengan kondisi yang biasa saja? Aku tidak bisa berkonsentrasi.”

 

Se Hun mengangkat wajahnya yang sejak tadi sengaja ia benamkan di leher Baek Hyun. “Kenapa? Kupikir kau suka. Lagi pula aku ingin memberi tanda sebagai hak paten atas kepemilikan dirimu.”

 

Baek Hyun mengerutkan keningnya, masih menatap bingung Se Hun yang berada di atasnya.  “Maksudnya?”

 

Detektif tampan itu tersenyum, kemudian mengusap sebuah tanda merah yang masih baru di sisi leher Baek Hyun. “Agar tidak ada yang berani macam-macam denganmu di sana.”

 

“Ya Tuhan, Detektif Oh, apa kau gila? Di sana itu isinya anak-anak semua.”

 

“Dan kau tidak menghitung guru-gurunya?”

 

“Aku tidak tertarik dengan pria tua.”

 

“Bagaimana kalau gurunya muda?”

 

Baek Hyun menahan senyum gelinya, sedikit bergeser agar Se Hun mengubah posisi mereka. Karena jujur saja, beban tubuh Se Hun itu tidak ringan. “Jadi kau pikir akan ada yang tertarik padaku?”

 

Se Hun memutar bola mata malas, bagaimana mungkin Baek Hyun berkata sesantai itu sementara ia tidak paham semenarik apa dirinya. “Kau merendahkan dirimu secara tidak langsung kau meremehkan seleraku.”

 

“Apa hubungannya?”

 

“Ya jelas saja karena kau itu kekasihku, dan aku menyukaimu. Kalimatmu tadi mengisyaratkan bahwa hanya orang tidak beres yang tertarik padamu. Ya itu artinya kau menyindirku.”

 

Baek Hyun tertawa puas, sedikit tidak menyangka Se Hun menganalisa kalimatnya sampai seperti itu. “Ah sudahlah, kalau kita membahas ini tidak akan ada habisnya. Lalu bagaimana selanjutnya.”

 

“Ya ikuti saja alur permainannya, asal kau tidak menunjukkan sikap dan sifatmu hingga kedokmu sebagai Polisi berusia 24 tahun itu terbongkar. Ingat, kau hanya anak SMU kelas 2 berusia 17 tahun yang masuk ke sekolah itu karena Ayahmu menginginkan kau lebih disiplin.”

 

“Jadi aku anak berandalan?”

 

“Bukan, tapi anak manja.”

 

“APA?”

 

“Ya sesuai dengan wajahmu.”

 

“Detektif Oh!”

 

“Kubilang jangan marah, ini pujian.”

 

“Kau sungguh…”

 

“Ah aku lupa, kudengar selama menjadi siswa di sekolah itu, jadwalmu akan penuh setiap hari. Mulai jam 8 sampai jam 3 itu adalah jadwal sekolah, jam 4 sampai jam 6 biasanya ekstrakurikuler sesuai hobby dan bakat, jam 8 malam sudah harus kembali ke asrama, dan biasanya ada kelas malam sampai jam 10 untuk siswa yang mengambil jadwal belajar khusus, kurasa kau tidak perlu mengambil kelas malam, karena itu akan kau gunakan untuk memberi laporan padaku.”

 

Baek Hyun mengangguk paham. “Lewat telepon?”

 

“Tentu saja, dan pastikan kau sedang sendiri saat memberi laporan padaku, jangan sampai ada yang mendengar pembicaraan kita karena semua orang yang ada di lingkungan itu tidak betul-betul bisa dipercaya.”

 

“Hm, aku mengerti.”

 

“Akan ada jadwal perpulangan setiap sabtu sore, dan itu berlaku bagi siswa yang jadwalnya kosong. Kris Hyung akan menjemputmu dan kita bahas lagi semuanya bersama-sama. Dengan kata lain, kita hanya bisa bertemu seminggu sekali.”

 

“Hm, aku mengerti.”

 

Se Hun terdiam sejenak, menunggu respon lain dari Baek Hyun, tapi nyatanya tidak ada respon yang berarti setelahnya. Baek Hyun tetap menanggapi dengan santai. Sangat santai. “Kau tahu maksudnya hanya bisa bertemu seminggu sekali kan?”

 

“Eh? Ya itu, selama seminggu kita tidak akan bisa bertatap muka, dan baru bisa bertemu di hari sabtu,” balasnya masih santai.

 

Se Hun hanya bisa menghela nafas pasrah, menghadapi kenyataan bahwa yang paling bersemangat dalam hubungan mereka adalah Se Hun sendiri. “Maksud dari kalimat itu adalah, selama seminggu tidak ada pelukan, dan tidak ada ciuman.”

 

“Bagus kan?”

 

“Byun Baek Hyun.”

 

“Kau selalu bermain-main dalam tugasmu saat bersamaku, jadi kalau aku tidak ada mungkin kau bisa belajar untuk lebih serius.”

 

Se Hun mengangkat alisnya tinggi-tinggi. “Apa aku pernah gagal dalam tugasku?”

 

“Tidak juga sih.”

 

“Itu artinya, keseriusanku dalam melakukan tugas bisa kau lihat dari hasilnya. Jadi jangan menjadikan ini alasan.”

 

“Baiklah, aku minta maaf. Tadi itu aku hanya bercanda. Jangan menanggapinya serius, Detektif Oh.”

 

Se Hun terdiam sejenak kemudian kembali tersenyum. “Lain lagi ceritanya kalau seandainya kau tidak menolak saat ingin ‘kusentuh’. Setidaknya ada yang bisa kuingat saat aku merindukanmu.”

 

“Sudah kubilang aku tidak mau melakukannya sampai__”

 

“Aku mengerti… aku sudah mendengarnya ribuan kali.”

 

“Jadi jangan membahasnya lagi.”

 

Se Hun kembali mendekat kemudian menurunkan kerah kemeja Baek Hyun yang memang sudah terbuka setengah. “Tapi apa itu tidak terlalu kejam kalau kau hanya memberi batasan sampai sini?” rengek Se Hun sembari membelai lembut area leher mulus Baek Hyun.

 

“Ka… Kapan aku mengatakannya?”

 

“Tidak secara gamblang, tapi aku selalu menerima pukulan kalau aku melewati garis ini,” jawab Se Hun sembari menunjuk tulang selangka Baek Hyun yang menurutnya menggoda.

 

“Detektif Oh… cukup.”

 

“Bahkan jika kita tidak akan bertemu selama satu minggu kedepan, kau tetap tidak memberiku keringanan?”

 

“Ya Tuhan, ucapanmu memuakkan.  Sungguh.”

 

“Menghindari kemungkinan kau berselingkuh di belakangku.”

 

Baek Hyun mendesis kesal, menepis tangan Se Hun yang berniat membuka penuh kemejanya. “Sudah kubilang aku tidak tertarik dengan pria tua, apalagi anak-anak.”

 

“Guru muda?”

 

“Ck, tidak akan. Bahkan jika dia lebih tampan darimu.”

 

“Oh kalau itu jelas mustahil. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan ketampananku ini.”

 

Pemuda mungil itu mengangkat alis tinggi-tinggi. “Percaya diri sekali.”

 

“Memang betul kan?”

 

“Ya sudah, kalau begitu beres kan? Aku hanya menyukai pria yang tampan, jadi kalau kau yakin tidak ada yang mengalahkan ketampananmu, ya mustahil aku akan menyukai orang lain.”

 

“Tapi bagaimana kalau memang ada?”

 

Baek Hyun semakin gemas, dan tidak bisa menahan dirinya untuk menggigit lengan Se Hun yang saat itu memang sedang topless. “Kalau memang ada, akan kutunjukkan ini… ah di mana tadi kau membuatnya.”

 

Se Hun membantu jari indah Baek Hyun untuk menunjuk tanda kemerahan di lehernya. “Di sini…”

 

“Nah itu, aku akan menunjukkannya dan mengatakan dengan jelas padanya kalau aku sudah punya seorang kekasih yang tidak waras. Jadi tidak akan ada yang berani mendekatiku.”

 

Se Hun mengulum senyumnya, tumben sekali Baek Hyun menyebutnya kekasih. Walau ada embel-embel yang merusak di belakangnya, tetap saja itu cara Baek Hyun mengatakannya.

 

“Kenapa? Masih tidak puas?”

 

Se Hun menggeleng. “Kau memang harus melakukannya jika ada yang menyatakan suka padamu. Dan tanda itu, sepertinya memang harus diperbaharui seminggu sekali agar tidak hilang.”

 

Blush~

 

Terkadang ucapan santai Se Hun yang tidak ia pikir terlebih dahulu cukup sukses membuat seorang Byun Baek Hyun seolah mati berdiri. Seperti kalimat barusan, bagaimana mungkin Se Hun masih bisa mengatakannya sesantai itu sementara maknanya bisa menjurus ke sesuatu yang terlalu… errr…

 

“Ah, tanda ini sepertinya tidak cukup jelas. Akan kutambah.”

 

Baek Hyun tersentak dari lamunannya dan hampir terjungkal dari tempat tidur saat Se Hun kembali menarik tubuhnya mendekat. Menciumi sekitaran wajahnya dan berakhir menancapkan bibir di leher jenjangnya. “De… Detektif Oh…”

 

“Aku suka saat kau memanggilku seperti itu. Karena saat kau menyebut ‘Oh’, kau seperti mendesah.”

 

“Detektif Oh Se Hun!!!”

 

“Dan saat kau menyebut ‘Se Hun’, desahanmu lebih menggairakan lagi.”

 

“Detektif O___mmmppfftt.”

 

Dan sebelum Se Hun kehilangan akal sehatnya karena mendengar suara indah itu, maka jalan terakhir yang paling ampuh adalah membungkam sumber suara. Sebenarnya ia masih sedikit beruntung, pertahanan Baek Hyun yang terlalu kuat tidak merugikannya sama sekali. Se Hun juga tidak betul-betul serius saat mengatakan ingin berhubungan fisik dengan Baek Hyun. Itu ia gunakan hanya untuk menggoda kekasihnya yang polos itu. Lagipula, apa yang lebih membahagiakannya dari pada mendapat balasan saat ia mencium Baek Hyun? Saat lengan kurus itu memeluk lehernya dan menariknya merapat, menambah keintiman ciuman mereka bagi Se Hun itu sudah lebih dari cukup. Hanya tinggal menunggu saat yang tepat sampai pemuda mungil keras kepala dengan gengsi yang tinggi itu menatap matanya lekat-lekat dan mengatakan… “Aku mencintaimu Detektif Oh.” Dan jika saat itu tiba, barulah Se Hun akan menghapus semua pembatas yang memisahkan raga mereka.

 

 

☣☣☣

 

 

 

Se Hun sedang berada di dalam mobil mewah milik Kris yang terparkir di luar tembok pagar Sekolah yang akan dijadikan lokasi target penyelidikan. Menunggu di sana karena yang masuk mengantar Baek Hyun hanyalah Kris yang menyamar sebagai Ayahnya. Sedikit tidak menyangka juga karena Kris sepertinya menikmati permainan ini. Kris sampai mengenakan kumis palsu dan wig yang sedikit ditumbuhi uban agar penampilannya betul-betul mirip seorang Ayah yang terlalu sibuk sampai harus memasukkan anak manjanya ke sekolah yang sangat disiplin.

 

“Kurasa alasan kabur itu betul-betul tidak masuk akal. Coba kau perhatikan Detektif Oh, pagarnya dari beton dengan tebal seperempat meter dan tinggi hampir 8 meter. Di puncaknya berjejer besi tajam yang bisa merobek perut kalau memang nekat memanjat dan terpeleset sedikit saja. Ini lebih mirip penjara dari pada sekolah. Penjara kita saja tidak seekstrim ini,”  tutur Su Ho setelah melakukan sedikit pengamatan.

 

“Hm, aku sudah memperhatikannya sejak tadi. Dan jika memanjat adalah hal yang sulit, kupikir mungkin siswa itu menggali di bagian tanah untuk tembus keluar, tapi itupun mustahil, karena 4 meter di depan pagar itu juga ubin beton. Jadi alasan kabur jelas tidak bisa diterima. Jadi seperti dugaanku dan Seojang-nim, anak itu bisa saja masih ada di dalam, entah masih hidup, atau sudah mati,” tambah Se Hun masih setia menatap gerbang yang tertutup itu.

 

“Kenapa kita tidak melakukan penyelidikan langsung saja? Kenapa harus mengirim mata-mata?”

 

Se Hun tersenyum, kemudian menoleh pada Su Ho. “Aku mencium hawa-hawa konspirasi dari dalam, kalau memang terjadi kejahatan, sudah pasti akan ada laporan dari dalam. Tapi kenapa kasus seperti ini justru tidak terkuak dalam kurun waktu setahun. Siswa yang dikeluarkan secara paksa baru-baru ini pun sepertinya berjuang sendiri untuk mencari tahu keberadaan temannya, dan lihat hasilnya. Pada akhirnya dia dikeluarkan. Intinya, kalau kita melakukan penyelidikan terang-terangan sementara kita tidak tahu betul siapa yang lebih pantas untuk dipercaya sebagai saksi. Bisa jadi kan mereka saling menyembunyikan satu sama lain? Dampaknya juga akan jatuh pada nama Departemen penyidikan. Maksudku, melakukan penyelidikan dengan kecurigaan pembunuhan berencana di dalam itu betul-betul berisiko. Mereka terlalu rapih, dan kalau kita tetap bersikeras, ya pertaruhannya memang harus ada yang kita dapat dalam waktu singkat. Tapi kembali lagi, mencari sesuatu dengan wujud abstrak itu sangat susah.”

 

“Sebenarnya aku masih memikirkannya Detektif Oh, apa risiko yang akan ditanggung tidak lebih besar jika mengirim Polisi seceroboh Baek Hyun?”

 

Se Hun tertawa geli, membayangkan reaksi Baek Hyun jika ia mendengar percakapan ini. “Dia sudah banyak kemajuan sejak bertugas denganku. Bisa kau lihat kan perubahannya?”

 

“Hm, itu memang benar, tapi aku sedikit khawatir.”

 

“Tenang saja. Kita semua tahu, kemampuan Byun Baek Hyun tidak sekecil tubuhnya.”

 

Dan percakapan itu betul-betul mengundang tawa di akhir.

 

 

 

 

Hatttccchiii….”

 

Kris langsung menoleh pada Baek Hyun yang baru saja bersin hebat. “Kau sakit sayang?” tanya Kris berlagak cemas.

 

“Ah tidak Seoj__ ah maksudku, tidak Ayah. Mungkin baru beradaptasi dengan lingkungan,” jawab Baek Hyun dengan nada manjanya. Seperti yang sudah diajarkan Se Hun semalaman.

 

“Mungkin anak anda masih terlalu gugup Tuan Byun,” tambah seorang pria paruh baya yang mengantar mereka berkeliling tempat itu.

 

“Bisa jadi. Anakku ini memang sering gugup jika menghadapi sesuatu yang baru?”

 

Greb~

 

Baek Hyun menoleh pada bahu kirinya yang dirangkul erat oleh Kris, keningnya berkerut karena ia rasa ini tidak masuk dalam skenario. Dan itu berlangsung cukup lama sampai mereka kembali diantar sampai gerbang, tentu saja untuk mengantar ‘Ayah Baek Hyun’ ke mobilnya.

 

“Aku betul-betul puas dengan tempat ini, tidak salah aku memilih tempat ini untuk menyekolahkan anakku. Benar begitu sayang?”

 

Dan Baek Hyun hanya mengangguk berkali-kali sementara ia sudah gelisah karena Kris tak juga melepaskan rangkulannya.

 

Kegelisahan itu beralasan, karena tak jauh dari sana, Se Hun sudah mengirimkan tatapan tajam ke arah mereka. “Orang tua mesum!” pekiknya sembari membongkar laci dashboard mobil Kris. “Kau pikir kau saja yang bisa ‘nakal’?”

 

Dan Su Ho hanya mengerutkan keningnya saat melihat Se Hun memotret Kris dan Baek Hyun yang berdiri dekat gerbang.

 

“Jadi sampai di sini saja sayang, jangan lupa hubungi Ayah kalau ada sesuatu,” pamit Kris sembari mengusap puncak kepala Baek Hyun.

 

“Baiklah Ayah.”

 

“Jangan terlalu gugup, semua akan berjalan lancar. Pak guru sudah menerima amanah untuk mengawasimu khusus.”

 

“Tidak perlu Ayah, jangan merepotkan orang lain.”

 

“Ya sudah, jaga dirimu sayang.”

 

Chu~

 

 

 

“W… WHAT???” pekik Se Hun tertahan. “Oh, kau mau mati orang tua?” bentaknya sendiri saat menyaksikan Kris dengan entengnya mengecup kening Baek Hyun sebelum pemuda mungil itu kembali diantar memasuki gerbang.

 

“Akting Seojang-nim ternyata patut diperhitungkan juga,” puji Su Ho sambil tertawa.

 

“Itu berlebihan, sungguh, ini tidak masuk dalam rencana. Oh baiklah, tidak akan kubiarkan dia tertawa setelah memanfaatkan kesempatan. Dasar orang tua gila!”

 

Dan pria yang dimaksud itupun sudah masuk ke mobil dan duduk di jok tengah sembari memasang senyum puas.

 

“Bagaimana aktingku?” tanya Kris santai.

 

“Hebat sekali Seojang-nim, anda sudah benar-benar pantas menjadi seorang ayah,” jawab Su Ho sembari mengacungkan dua jempol.

 

“Hahaha, akan kubahas lagi hal ini dengan Lay.”

 

Se Hun tersenyum di jok depan, kemudian menyerahkan ponsel pada Kris. “Ponselmu tertinggal hyung. Ah maksudku, Seojang-nim.”

 

“Terima kasih, Detektif Oh. Maksudku, menantuku,” Kris kembali tertawa puas sebelum melepas wig dan kumisnya.

 

 

 

☣☣☣

 

 

 

 

“OH SE HUN!!! DI MANA KAU SEKARANG ANAK NAKAL???” pekik Kris saat Se Hun baru saja menjawab panggilannya.

 

“Ck, kau ini kenapa hyung? Aku sedang di rumah.”

 

“TIDAK ADA ALASAN, 10 MENIT DARI SEKARANG KAU SUDAH HARUS BERADA DI RUMAHKU DAN MENJELASKAN KEJAHILANMU INI PADA LAY, DASAR ANAK DURHAKA!!!”

 

Se Hun hanya tertawa kemudian meletakkan laptopnya kembali ke meja. “Apa yang harus kujelaskan?”

 

“JANGAN BANYAK TANYA! DATANG SAJA BRENGSEK! ATAU KUPINDAH TUGASKAN BAEK HYUN KE KOTA LAIN AGAR KALIAN TIDAK BERTEMU!”

 

Se Hun tidak bisa menghentikan tawanya, masih membayangkan seperti apa wajah Kris saat Lay menghukumnya. “Siapa suruh kau terlalu genit.”

 

“JELASKAN ITU DI SINI!!!”

 

“Oke, oke… aku ganti baju dulu.”

 

 

 

☣☣☣

 

 

“Jadi benar, anak SMU di foto ini adalah Polisi Byun? Bukan betul-betul siswa SMU yang menjadi selingkuhan tua bangka ini?” tanya Lay masih tidak yakin.

 

Se Hun masih tertawa di depannya, melihat wibawa seorang kepala Polisi seperti Kris Wu justru tidak berlaku di hadapan Lay, pendamping hidupnya. “Benar hyung, itu Baek Hyun, kekasihku. Dia jadi anak SMU karena dia ditugaskan sebagai mata-mata.”

 

“Lalu kenapa tua bangka sialan ini menciumnya?”

 

“Ya Tuhan… Dear… Itu hanya kecupan ringan di kening, itu sama seperti saat ayahmu mengecup keningmu waktu kecil,” Kris meralat dengan serius. Masih tampak mengenaskan karena Lay tidak mau berbicara dengannya.

 

“Polisi Byun berusia 24 tahun bukan?”

 

“Tapi dia menyamar menjadi anak 17  tahun, jadi itu wajar.”

 

Lay hanya memutar bola matanya malas kemudian menyerahkan ponsel yang menampilkan gambar Kris mengecup kening Baek Hyun itu pada Se Hun.

 

“Apapun itu, malam ini kau tetap tidur di luar.”

 

“Y… YA! lalu bagaimana dengan pembahasan kita sebelumnya tentang memperoleh anak semanis Byun Baek Hyun?”

 

“Kau cari saja di luar. Aku mengantuk,” Lay sempat menoleh pada Se Hun yang terus tertawa sampai terbungkuk-bungkuk di sofa. “Se Hun-ah, maaf tidak bisa menemanimu terlalu lama, aku tidur duluan, kalau kau mau menginap, kau gunakan saja kamar depan. Tua bangka itu biarkan saja tidur di luar. Selamat malam.”

 

“Y… Ya… Yi Xing-ah… dear… honey… darl…”

 

BLAM~

 

Dan Kris hanya bisa menatap shock pada pintu kamarnya yang baru saja tertutup rapat. “Puas kau Oh Se Hun!”

 

“Maaf, maaf hyung, hahahahah… tapi salahmu sendiri kenapa kau seenaknya saja main peluk dan cium kekasih orang lain?”

 

Kris menoleh jengkel, hampir melempar Se Hun dengan sandalnya. “Kau tahu kan itu hanya akting?”

 

Se Hun mengangkat kedua tangannya, memasang wajah polos. “Sorry… Tidak ada dalam skenario, jadi maaf-maaf saja. Aku tidak terima.”

 

“Lagipula itu hanya kecupan ringan di kening, kau membalasku sampai seperti ini.”

 

“Maaf… maaf, tadi itu betul-betul spontanitas. Kau sendiri yang memancing. Tapi bukankah Lay hyung sudah tidak marah lagi setelah kujelaskan?”

 

“Memang sudah tidak marah, tapi malam ini tetap saja aku tidur di luar, dan itu salahmu!”

 

“Sudah kubilang aku minta maaf, kau ini pendendam sekali hyung. Lagipula aku juga akan pulang, agar kau bisa menggunakan kamar depan.”

 

Kris sudah tidak bisa berkata-kata, hanya bisa berdecak kesal dan mengacak rambutnya frustasi. Ada juga hal yang membuatnya lebih pusing dari pada memikirkan kasus yang tidak terpecahkan selama berminggu-minggu.

 

“Tapi, apa aku tidak salah dengar saat kau bilang ingin punya anak semanis Baek Hyun?” tanya Se Hun saat kembali mengenakan jaketnya.

 

“Kalau iya kenapa? Sejak dulu aku memang sudah menyukai anak itu. Kalau dia tidak punya banyak tanggungan, sudah kuadopsi dia sejak lama.”

 

“Ha adopsi? Kau serius hyung? Umur kalian hanya berbeda 4 tahun. Bagaimana ceritanya kau mengangkatnya sebagai anak?”

 

“Apa salahnya? Wujudnya kan memang seperti anak-anak.”

 

Se Hun mendesis tidak jelas, menyambar 2 kaleng minuman yang terpajang gratis di atas meja. “Wujudnya anak-anak, tapi kau tidak tahu saat ia bersamaku, dia itu pria dewasa seutuhnya.”

 

Kris langsung menghalangi Se Hun yang sudah hampir keluar dari pintu. “Dewasa maksudnya… itu…?”

 

Se Hun hanya menyunggingkan senyum andalannya, sebuah senyum sinis penuh arti yang biasanya akan membuat Kris ingin mencekeknya saat itu juga. “Sampai jumpa besok, Seojang-nim.”

 

 

 

☣☣☣

 

 

“Kenapa kau baru menelponku? Ha? Apa yang menyibukkanmu? Kau bertemu pria tampan kan? Kau berkelakuan aneh kan? Dan__”

 

“Sebentar… kau tidak tahu saja aku sedang di toilet asrama sekarang. Aku tidak bisa leluasa menelponmu karena akh…, bagaimana menjelaskannya, di sini sambutannya ramai sekali. Di kamarku saja yang sebenarnya untuk dua orang entah kenapa berubah menjadi tempat penampungan begini.”

 

Se Hun mengerutkan kening, mencoba menelaah laporan Baek Hyun. “Oh, jadi di kamarmu sekarang banyak pemuda-pemuda yang ingin berebut menggodamu?”

 

“Bu…, Bukan begitu…, mereka…, mereka ingin berkenalan saja denganku.”

 

“Seolah aku tidak pernah SMU saja Byun Baek Hyun. Itu cara mereka merebut perhatian siswa baru yang mereka anggap menarik. Sudah kuduga ini akan terjadi.”

 

“Tapi Detektif Oh, mereka tidak kurang ajar. Semuanya berjalan normal, bukankah aku diutus kesini untuk berbaur dengan mereka, jadi aku juga harus bersikap ramah.”

 

Se Hun memutar bola mata malas. Sedikit mendesis kesal. “See, hari pertama saja sudah seperti ini, bagaimana besok-besok?”

 

“Detektif Oh. Kau jangan berpikiran aneh-aneh, aku di sini untuk menjalankan tugas, bukan main-main. Kalau kau memang keberatan, kenapa tidak sejak awal saja kau menolak ide ini. Atau kenapa tidak kau saja yang mengambil tugas ini?”

 

Se Hun tidak menjawab, hanya menatap malas dinding kamarnya yang remang.

 

“Jadi hilangkan sifat itu. Karena sekarang aku akan memberi laporan pengamatanku.”

 

Se Hun menghela nafas panjang, kemudian membetulkan posisinya untuk duduk, meraih notenya dan bersiap untuk menulis apa saja yang akan dilaporkan Baek Hyun. “Apa yang kau dapat?”

 

“Hari pertama tidak ada yang mencurigakan. Aku belum masuk kelas karena aku baru masuk tadi siang, aku hanya diajak untuk perkenalan lingkungan. Di sini ada 3 gedung asrama utama di tambah 1 gedung asrama untuk guru yang berlum berkeluarga, asrama utama terbagi untuk asrama Siswa kelas 1, 2, dan 3. Setiap kamar diisi dua orang, dan tepat seperti dugaanmu, aku mengisi kamar kosong yang ditinggal siswa hilang itu dan siswa yang dikeluarkan baru-baru ini.”

 

“Jadi kau tidak punya teman kamar tetap?”

 

“Untuk saat ini belum.”

 

“Maksudnya?”

 

“Ya mereka bilang ingin mengatur ulang pembagian kamar agar ada yang menemaniku di sin__”

 

“Tolak saja. Katakan pada mereka kalau kau lebih suka sendiri.”

 

“Detektif Oh…”

 

“Ya sudah, lanjutkan.”

 

“Hm, sedikit beruntung karena bukan aku yang memulai mencari info, salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa kamar yang kutempati adalah kamar milik siswa yang bernama Kim Myung Soo dan Kim Min Seok.”

 

“Kim Myung Soo bukankah siswa yang melapor itu? Jadi siswa hilang itu bernama Kim Min Seok? Hm… Baiklah, kau mulai mencari hal yang menurutmu janggal saja di kamar itu, setelahnya laporkan padaku.”

 

“Sejauh ini tidak ada. Aku juga tidak bisa leluasa menyelidiki apapun kalau kamarku ramai sekali.”

 

Se Hun menutup notenya dengan sedikit kesal kemudian melemparnya ke atas nakas. “Kau betul-betul merusak konsentrasiku Byun Baek Hyun.”

 

“Eh? Apa salahku? Aku melaporkan sesuai hasil pengamatanku. Ya maaf kalau masih seminim itu karena di kamarku__”

 

“Ramai sekali, kau sudah mengatakannya puluhan kali jadi berhentilah sebelum aku ke sana dan menyeretmu pulang!” bentak Se Hun tertahan. Dan itu membuat keheningan sejenak menguasai mereka.

 

“Kau marah?” tanya Baek Hyun pelan.

 

“Aku tidak bisa berkonsentrasi Byun Baek Hyun! Itu saja, dan mengertilah kenapa aku tidak bisa berkonsentrasi. Jadi simpan dulu laporanmu, telepon aku kembali besok.”

 

“Detektif Oh…”

 

Se Hun memejamkan matanya, kemudian berusaha mengatur nafas. “Maaf. Aku sedang tidak baik sekarang.”

 

“Ja… Jadi?”

 

“Apa? Jadi lakukan penyelidikannya secepat mungkin agar lebih cepat pula kau keluar dari sana.”

 

“Detektif Oh… Aku bahkan belum genap sehari di tempat ini.”

 

“Tidak usah menyela, kerjakan saja tugasmu. Bukankah besok hari pertamamu sekolah? Jadi usir semua pengunjung kamarmu dan katakan kau ingin tidur.”

 

“Ba…, Baiklah. Sepertinya kau memang sedang tidak mood diajak bicara. Selamat malam Detektif Oh.”

 

“Hmm…,” Se Hun mematikan ponselnya malas dan meletakkannya kasar di atas nakas. “Satu bulan begini? Bunuh saja aku,” keluhnya sebelum kembali menarik selimut dan membenamkan wajahnya di bantal.

 

 

 

 

☣☣☣

 

 

Baek Hyun sedikit lupa kapan terakhir ia duduk di bangku SMU, sedikit kaku, namun untuk pertama kalinya ia tidak merasa gugup berada di tengah-tengah orang dalam suasana resmi seperti ini. mungkin karena kesannya akan lain jika ia berkumpul dalam forum resmi bersama rekan-rekannya sesama Polisi. Di kelas itu ia seperti tergelitik untuk tertawa kalau tidak mengingat sedang ada guru yang menerangkan pelajaran di depan kelas.

 

“Cukup sekian pelajaran hari ini, ah sekali lagi untuk siswa Byun Baek Hyun, selamat bergabung di kelas ini,” ujar Guru Matematika saat sebelum menutup kelasnya.

 

“Terima kasih Sonsaeng-nim,” balas Baek Hyun sopan, setidaknya ia masih ingat sikapnya yang satu ini.

 

Dan sepeninggal guru itu kelas kembali ramai saat bangku Baek Hyun diserbu tidak kalah heboh dari kemarin. Ini yang membuatnya heran. Di luar ekspektasinya tentang lingkungan sekolah itu. Sebelumnya ia pikir semua siswanya kaku dan dingin mengingat sekolah itu sangat ketat dan disiplin. Realitanya tidak, mereka sama seperti siswa-siswa di sekolah lain pada umumnya. Ramah pada teman baru, atau sebut saja ini terlalu ramah karena Baek Hyun sepertinya tidak bisa bergerak dari bangkunya sendiri.

 

“Hey Baek Hyun-shii, mau ikut kami ke kantin?” ajak salah seorang teman kelasnya.

 

“Ah terima kasih, tapi aku ke toilet dulu sebentar,” balas Baek Hyun tak kalah ramah.

 

“Kau tahu tempatnya? Toilet khusus anak kelas dua itu ada diujung koridor.”

 

“Iya, aku sudah hapal tempatnya saat diajak berkeliling oleh Lee sonsaeng.”

 

“Hm ya sudah, kami tunggu di kantin.”

 

“Oke!”

 

 

 

 

☣☣☣

 

 

“Ini aneh sekali Detektif Oh, sekolah ini terlalu…, bagaimana menjelaskannya. Kalau dugaanmu mengenai siswa hilang itu masih berada di sekolah ini entah sengaja disembunyikan atau justru dibunuh, kurasa respon siswa-siswa di sini terlalu santai, seperti… tidak pernah terjadi apa-apa,” lapor Baek Hyun saat ia sedang bersembunyi di belakang gudang barang bekas untuk memberi laporan pada Se Hun.

 

“Tunggu, bukankah kelas yang kau tempati juga adalah kelas siswa hilang itu juga? apa benar tidak ada respon lain dari teman sekelasmu?”

 

“Tidak ada Detektif Oh, bahkan tidak ada yang menegurku kalau bangku yang kutempati sebenarnya adalah bangku Kim Myung Soo, siswa yang dikeluarkan itu.”

 

“Hm, baiklah. Kurasa aku tahu apa yang harus kau lakukan selanjutnya.”

 

“Apa itu Detektif Oh?”

 

“Tidak mungkin Kim Min Seok dan Kim Myung Soo tidak memiliki teman lain. Maksudku, selidiki bagian itu tanpa kentara kalau kau sedang mengorek informasi. Temukan seseorang yang bisa kau ajak berdiskusi tanpa ia sadari bahwa kau sedang melakukan penyelidikan.”

 

“Misalnya?”

 

“Kau sudah punya teman kamar?”

 

“Belum, mungkin akan punya kalau ada siswa baru lagi.”

 

“Percuma kalau siswa yang sama sekali tidak tahu. Ah begini, buat saja semacam spekulasi yang bisa memancing seseorang untuk menceritakan hal yang bersangkutan dengan dua siswa itu.”

 

“Spekulasi?”

 

Se Hun sedikit bergumam, mungkin memikirkan ide baru. “Kau takut hantu?”

 

Baek Hyun terdiam. Firasatnya mengatakan bahwa Se Hun akan memberinya ide buruk.

 

“Buatlah keadaan seolah kau merasakan kejanggalan di kamarmu. Mendengar suara-suara aneh mungkin atau apa. Karena perkiraanku paling kuat adalah…, Kim Min Seok sudah mati.”

 

Seketika bulu kuduk Baek Hyun meremang, ia langsung waspada pada sekelilingnya, yang benar saja. Detektif Oh sukses menciptakan atmosfer menjadi semenyeramkan itu. Sedikit menyesal Baek Hyun memilih tempat tersepi di sekolah itu untuk memberi laporan. “Detektif Oh…”

 

“Kenapa? Jangan bilang kau takut!”

 

“Ti… Tidak, hanya merasa tidak nyaman. Apa tidak ada ide lain? Maksudku…, bagaimana kalau itu berakhir menjadi kenyataan? Maksudku…, bagaimana kalau aku betul-betul mendengar suara aneh tengah malam.”

 

“Ya berarti itu bagus, karena dugaanku semakin beralasan.”

 

“Detektif Oh…” rengek Baek Hyun dan itu menimbulkan suara tawa kecil dari seberang.

 

“Kau betul-betul takut? Ya Tuhan, kau ini seorang Polisi Byun Baek Hyun. Aku heran sendiri bagaimana caramu lulus dari akademi.”

 

“Jangan bahas itu, nilai teoriku paling tinggi, sementara prakteknya…, Ah sudahlah. Jadi bagaimana?”

 

“Bagaimana apanya? Lanjutkan penyelidikanmu, dan sampai bertemu hari sabtu. Telepon lagi kalau ada laporan.”

 

“Siap!”

 

“Hm, ya sudah. Selamat bertugas sayang…

 

Baek Hyun terbatuk telak, rasanya sia-sia ia menunjukkan sikap tegasnya sementara balasan Se Hun semanis itu. “Sa… Sampai jumpa…” ucap Baek Hyun cepat sebelum memutuskan sambungan. Setelahnya ia menyandarkan punggungnya di tembok sembari mengatur nafas. Jujur saja Se Hun sukses membuat pikirannya kacau perihal ‘ide’ buruknya itu.

 

Nnngggghhhh….”

 

Baek Hyun terkesiap saat kedua telinganya menangkap suara itu. Bulu kuduknya kembali meremang, dan seketika tubuhnya berkeringat dingin.

 

Kau tidak takut hantu… kau tidak takut hantu. Polisi tidak takut apa-apa__ teguhnya pada diri sendiri.

 

Arrgghhh…”

 

Baek Hyun menelan ludah gugup. Keringatnya mulai bercucuran dan dengan waspada ia menoleh ke pintu gudang yang baru ia sadari memang sedikit terbuka.

 

A… Apa hantu juga segan pada Polisi?__ keluhnya pada diri sendiri, setidaknya itu mekanisme untuk mengusir ketakutannya.

 

Dengan mempertaruhkan harga dirinya sebagai Polisi, ia melangkah pelan mendekati pintu gudang. Sedikit mengendap-endap agar suara tapak sepatunya tidak terdengar.

 

Mungkin Kim Min Seok disembunyikan di sini__ Batinnya mulai yakin. Dan detik berikutnya ia membelalak akan analisanya itu. “Hebat, sejak kapan aku pandai membuat analisa seperti ini?” ia pun melanjutkan langkahnya, membuka pintu gudang dan akhirnya masuk ke dalam ruangan yang minim pencahayaan itu, kali ini sedikit lebih yakin, walau dengan sangat jelas tangannya bergetar dan keringat dinginnya bercucuran.

 

Kreeek~

 

Baek Hyun tersentak kaget saat mendengar suara gesekan kayu, bisa jadi kursi yang digeser ‘seseorang’ atau… sesosok?

 

Kali ini bahkan untuk menelan ludah Baek Hyun sedikit kesulitan saking takutnya. Keyakinan yang hanya bertahan semenit itu akhirnya surut.

 

Seharusnya aku tidak masuk ke sini__ Keluhnya membatin.

 

Pluk~

 

Baek Hyun hampir melompat saat ia merasakan ada yang menepuk pundaknya, hendak berbalik namun…

 

Greb~

 

Ia merasakan lengan kokoh melingkar di perutnya.

 

Baek Hyun tidak berpikir apa-apa lagi selain menangkap lengan itu, sedikit memutarnya dan…

 

BRRRUUUGGHH~

 

“Arrrrgghhh…” Sesosok tubuh proporsional sukses menghantam meja rusak hingga terbelah.

 

“SIAPA KAU?” pekik Baek Hyun waspada, masih memasang kuda-kuda.

 

Sosok itu berusaha bangkit, sedikit kesusahan karena punggungnya yang sukses menghantam meja menimbulkan nyeri yang tidak ringan. “Kau yang siapa? Apa yang kau lakukan di gudang?”

 

Baek Hyun memicingkan matanya, fokus pada sosok yang kakinya menapak di lantai. Artinya sosok itu adalah manusia, dan melihat posturnya sudah pasti itu pria, hanya saja tidak jelas karena ruangan itu betul-betul remang. “Kau sendiri apa yang kau lakukan di gudang?”

 

Pria itu terdiam, kecuali suara erangan kesakitannya dihitung.

 

“Kau penyusup?” terka Baek Hyun keras.

 

“Kau siswa baru?”

 

“Eh?”

 

“Sepertinya kita akan sedikit berurusan di kantor.”

 

“A… apa?”

 

“Tapi sebelum itu, kau harus bertanggung jawab.”

 

 

☣☣☣

 

 

Baek Hyun berdiri tak jauh dari tempat tidur ruang kesehatan di gedung utama lantai satu. Ia tertunduk dalam sembari meremas kedua tangannya yang berkeringat, tidak bisa berkutik saat seorang pemuda yang kira-kira seusia Se Hun tengah berbaring menelungkup sementara dokter sekolah memeriksa sekitaran punggungnya yang memar.

 

“Yah memarnya memang cukup parah, tapi beruntung tidak ada tulang yang retak. Selebihnya anda harus banyak istirahat Kim sonsaeng-nim,” ucap dokter itu setelah mengusapkan obat berbentuk gel di sekitaran memar di punggung pemuda itu.

 

“Ini akan lama dokter?” tanya pemuda yang dipanggil dengan sebutan Kim sonsaeng itu.

 

“Penyembuhannya sekitar beberapa minggu, dan mungkin anda akan sedikit kewalahan menghadapi nyerinya di minggu pertama. Rutin saja meminum obatnya dan jangan lupa istirahat.”

 

“Lalu berapa lama aku harus berhenti mengajar.”

 

“Kalau anda rutin meminum obat dan istirahat total, 3 hari cukup.”

 

“Ah terima kasih dokter, anda boleh kembali bekerja. Maaf merepotkanmu.”

 

“Sudah tugasku, guru Kim,” pamit dokter itu setelah membereskan perlengkapannya menuju ruang sebelah sebagai ruang pribadinya.

 

Pemuda bermarga Kim itu menoleh pada Baek Hyun yang masih tak mengangkat kepalanya. “Kau nyaris mematahkan tulang belakangku, siswa baru!”

 

“Ma… Maaf Pak, aku tidak tahu kalau anda adalah seorang guru,” sahut Baek Hyun lemah. Sedikit tidak menyangka ia sudah membuat masalah di hari pertamanya bersekolah ‘lagi’.

 

“Jadi kalau aku bukan seorang guru, kau bisa seenaknya menghajarku?”

 

“Bu… Bukan begitu, kukira anda seorang penyusup.”

 

“Penyusup? Untuk apa aku menyusup di sekolah?”

 

Benar juga, bukankah penyusup itu aku?__ keluh Baek Hyun membatin. “Sekali lagi, maafkan aku. Aku bersungguh-sungguh.”

 

Pemuda itu terdiam, sebenarnya sedang menyembunyikan senyumnya. “Siapa namamu?”

 

“A… Aku? Aku Byun Baek Hyun.”

 

“Byun Baek Hyun? Kau di kelas berapa?”

 

“Kelas dua, Pak.”

 

“Hm begitu? Manis sekali.”

 

“Ya?”

 

“Ah tidak, lupakan saja. bisa kau bantu aku duduk? Ini tidak bercanda, sakit sekali.”

 

Baek Hyun tersentak, buru-buru menghampiri brankar itu dan membantu pria itu untuk duduk bersandar.

 

“Jadi, kau bisa dapat masalah kalau hal ini didengar guru konseling, apalagi kepala sekolah,” pancing pemuda itu.

 

“Maafkan aku Pak, tapi aku tidak bermaksud membuat masalah.”

 

“Hm, mungkin kita bisa membuat kesepakatan.”

 

“Apa itu?”

 

Pemuda itu tersenyum kemudian menarik tangan Baek Hyun hingga ia hampir terhempas ke arahnya kalau saja Baek Hyun tidak buru-buru berpegangan. “Kau sudah punya kekasih?”

 

“Eh?”

 

“Jawab saja, ada atau belum?”

 

“A… Ada”

 

“Begitu? Sayang sekali. Sebenarnya aku itu sangat sulit menyukai seseorang, tapi sepertinya…”

 

Baek Hyun mengerutkan keningnya, sedikit ada firasat buruk dari awal pembicaraan aneh itu. “Sepertinya apa?”

 

Pemuda itu terkekeh geli, terlihat sangat gemas seolah hendak memakan Baek Hyun saat itu juga. “Sepertinya aku menyukaimu…”

 

Baek Hyun membelalak kaget, sontak menjauhkan dirinya dari pemuda itu. “Apa maksud anda?”

 

“Tidak ada maksud apa-apa, itu sudah konteks kalimat yang benar. Aku menyukaimu, I think I really like you.”

 

Baek Hyun terbatuk cukup telak, sedikit merinding karena ia teringat seseorang yang bisa saja akan mengulitinya hidup-hidup jika tahu ada pemuda tampan dan keren yang menyukai dirinya. “Ma… Maaf. Sepertinya pembicaraan ini semakin tidak masuk akal. Sebaiknya aku pergi.”

 

“Hei tunggu, apa begitu caramu? Lepas tanggung jawab begitu saja?”

 

“Tapi aku…”

 

“Hm, baiklah. Sepertinya memang tidak cukup membantu. Kau sudah punya kekasih, mungkin kita bisa pikirkan cara lain.”

 

“Apa itu?”

 

Pemuda tampan itu tersenyum, sedikit licik mungkin, entahlah karena senyum itu terlihat sangat mematikan. “Bagaimana kalau berselingkuh? Itu lebih menantang.”

 

“Apa?”

 

“Kau tidak tahu artinya berselingkuh? Ya maksudku, kita berhubungan tanpa sepengetahuan kekasihmu dan__”

 

“Maaf, kurasa pembicaraan ini sudah cukup sampai di sini Pak Kim, selamat tinggal dan semoga lekas sembuh.” Baek Hyun pun buru-buru meninggalkan ruangan itu dengan wajah memendam amarah.

 

Sementara pemuda yang masih duduk di atas brankar itu hanya tersenyum penuh makna. “Manis sekali,” lirihnya sebelum ia membetulkan posisi tidurnya.

 

 

☣☣☣

 

 

Baek Hyun membanting pintu kamarnya saat ia memilih kembali ke asrama dengan alasan tidak enak badan. Beruntung efek ketakutannya tadi masih tersisa, wajah pucat dan tangan yang dingin itu membuat guru percaya kalau ia betul-betul tidak enak badan.

 

Ia berdecak kesal saat ia menghempaskan duduknya di atas tempat tidur. Meratapi nasib dirinya yang begitu mudah diremehkan. “Dia pikir berapa usianya sampai memperlakukanku seperti itu?” kesalnya seorang diri. Sedikit buru-buru ia menyambar ponsel beniat menelpon Se Hun. “Ah… tapi kalau Detektif Oh tahu aku diperlakukan seperti tadi, dia pasti marah.” Ia berdecak lagi setelah mengurungkan niat melapor pada Se Hun. “Ah, tapi guru itu mencurigakan. Memangnya apa yang dia lakukan di gudang padahal itu adalah jam sekolah? Pakaiannya juga terlalu kasual. Ah Detektif Oh harus tahu hal ini.

 

“Hm, ada laporan?” sahut Se Hun di seberang sambungan saat Baek Hyun menelponnya.

 

“Detektif Oh, ada seorang guru yang mencurigakan,” lapor Baek Hyun langsung ke intinya.

 

“Apanya?”

 

“Tadi saat aku menelponmu beberapa jam yang lalu di belakang gudang sekolah, aku menemukan guru itu di dalam gudang, entah dalam rangka apa dia di sana tapi pakaiannya terlalu kasual padahal itu jam sekolah.”

 

“Eh? Kau tidak memeriksa gudangnya? Apa ada yang mencurigakan di sana? Apa dia melakukan sesuatu? meninggalkan sesuatu?”

 

“I… itu, maaf. Aku tidak sempat menyelidikinya karena harus membawa guru itu ke UKS karena aku tidak sengaja… eum bisa jadi sengaja membantingnya karena alwanya kupikir dia itu hantu.”

 

“Lalu di mana kau sekarang?”

 

“Di kamar, aku izin dengan alasan tidak enak badan.”

 

“Bagaimana ciri-ciri guru itu? Dia berbadan besar? Tua atau bagaimana?”

 

“Eum, kalau kuperhatikan dia sepertinya seusia denganmu, tingginya juga sama denganmu, bentuk tubuhnya juga, hanya saja kulitnya tidak seputih kulitmu.” –dia juga sama kurang ajarnya denganmu- tambah Baek Hyun dalam hati.

 

“Kau melihat sesuatu yang aneh darinya? Tangannya? Apa ada sesuatu yang tertinggal di tubuhnya? Tanah misalnya, atau darah?”

 

“Se… Sepertinya tidak ada Detektif Oh, kecuali memar di punggungnya karena kubanting saat itu. Ah… Aku sempat mencium sedikit bau alkohol saat aku memapahnya ke UKS.”

 

“Alkohol?”

 

“Iya.”

 

“Apalagi?”

 

Baek Hyun tampak berpikir, tapi otaknya sudah bertemu jalan buntu. “Kurasa tidak adalagi. Hanya itu.”

 

“Berada di dalam gudang. Berpakaian kasual di jam mengajar. Tercium sedikit bau alkohol.”

 

Baek Hyun mengangguk pasti walau ia tahu bahwa Se Hun tidak akan melihatnya, tapi ketika ia sudah mendengar Se Hun berpikir dan mengutarakan analisanya, ia akan refleks mengangguk, membenarkan dengan penuh kekaguman.

 

“Hm, kurasa dia hanya guru muda yang iseng. Malam sebelumnya dia mungkin keluar dari lingkungan sekolah untuk bersenang-senang di Bar. Pulang terlalu malam dalam keadaan mabuk dan mungkin karena pengaruh mabuknya ia justru tertidur di dalam gudang, atau bisa jadi agar ia tidak ketahuan saat pulang terlalu malam ke asrama guru, makanya dia memilih gudang sebagai tempat beristirahat.”

 

Baek Hyun melebarkan matanya setelah mendengar analisa itu. “Wah, bisa jadi Detektif Oh. Karena sebelum aku masuk ke gudang untuk memeriksanya, aku mendengar suara keluhan orang itu seperti saat kau bangun tidur.”

 

“Tapi bukan berarti dia juga bersih. Tetap waspada pada guru muda itu.”

 

“Siap!”

 

Hening sejenak

 

“Tunggu, kalau dia adalah adalah guru muda yang iseng…” Se Hun menggantung kalimatnya dengan menggumam pelan. “DIA TIDAK KURANG AJAR PADAMU KAN?”

 

Baek Hyun mengaduh tanpa suara, sedikit menepuk keningnya mengingat bahwa Se Hun bisa menebak dengan benar hanya dengan petunjuk yang minim. “Tidak,” jawab Baek Hyun berusaha meyakinkan.

 

“Kau izin ke asrama dengan alasan tidak enak badan sudah pasti bukan hanya untuk menelponku kan? Jadi katakan apa yang dia lakukan padamu sampai kau tidak bersemangat melanjutkan kelas?”

 

Baek Hyun menggigit bibirnya ragu. “Tidak ada apa-apa Detektif Oh, aku hanya menghindar karena takut dia melaporkanku ke konseling karena menghajar seorang guru.”

 

Se Hun tidak menjawab. Dan diamnya Se Hun sudah pasti berita buruk.

 

“Percayalah, kalau memang dia kurang ajar, kau tahu kan apa yang bisa kulakukan untuknya,” lanjut Baek Hyun berusaha meyakinkan.

 

Terdengar hembusan nafas panjang di seberang, dan Baek Hyun yakin bahwa Se Hun sekarang tengah berusaha menenangkan dirinya. “Baiklah aku percaya, tapi jangan menyembunyikannya kalau memang dia berlaku kurang ajar padamu.”

 

“Siap Detektif Oh!”

 

“Ya sudah, aku sedang merangkum laporanmu sebagai bahan penyelidikan. Jika ada kejanggalan lagi yang kau temukan, langsung saja melapor.”

 

“Siap, laksanakan!”

 

“Hm, sampai jumpa hari sabtu.”

 

“Siap Detektif Oh.”

 

Baek Hyun menghembuskan nafas panjangnya lewat mulut setelah mengakhiri pembicaraan lewat telepon. Sebenarnya mempunyai kekasih seorang Detektif lebih banyak dampak buruknnya. Salah satunya adalah yang baru saja terjadi. Mungkin selanjutnya akan menjadi semakin sulit, dan Baek Hyun akan semakin menambah kewaspadaannya terhadap lingkungan sekitar.

 

Detektif Oh dan atasannya benar. Bisa jadi ada konspirasi dari pihak sekolah. Dan itu tidak bisa dibiarkan terlalu lama. Baek Hyun harus menemukan akarnya. Namun sebelum menuju akar, hal pertama yang ia lakukan adalah…

 

Menggerogoti daunnya.

 

 

***

to be continued

Ada yang kangen ama detektip Oh? Atau blom baca gugelkrom(?). wkwkwkwk jadi karena respon Monochrome cukup apa yah… membahagiakan(?), ya ALF emang niat dari awal bikin sekuelnya, dan baru terwujud sekarang. ALF lagi sok sok an menantang diri untuk genre action ama misteri walopun jatohnya gagal mulu.

Oke… mungkin ada yang masih belum mengerti isi ceritanya, jadi disarankan untuk membaca monochrome lebih dulu (iya buuuu). Biar nanti nggak ada yang nanya, kok Se Hun lebih tua dari Baek Hyun? Karena memang ceritanya di sini begitu. Baek Hyun 24, Se Hun 26, dan Kris 28. Ok!

 

 

120 respons untuk ‘DILIGES SUSPECTA || HUNBAEK || CHAPTER 1

  1. aduh keceeh bingiiit.. thor sebenernya baek sayang ga sih ke sehun? kok rasanya baekhyn disni lurus2 aja yah??
    sebenernya aku lebih ngefeel sama monochrome thor.. itu dapet banget…. kalau ke sequel ini, kurang ngefeel.. tapi bikin penasaran gitu loh thor.. 😀
    jangan kesinggung lo thor.. tapi bagus kok,,

  2. ternyata ad sequelny jgaa,,,
    bnyak bgt yg bkin q pnsaran ,,perasaannya mreka jga agak susah di gambarkan ,,tpi seneng sekarang sehun udah full move on nya,,jdi baekhyun tambah manja dech,,meskipun kris agak ganjen tpi ttep ajh ada sehun yg bakalan nglindungi dia,,tpi klo udah di sekolah yg tertutup kya gtu gmna sehun mau nglindungi baek or mantau secara lansung,,,
    kadang q jga ska deg deg an klo baek tlfn tkut dia nanti ketauan ,,maklum diakan agak cerobohh,,

  3. OMEGI OMEGIIII OMEGIIII
    MASIH BERASA BANGET FEELSNYA SAMPE KELAR BACA CHAP INI BRRRRR~~

    Jadi bawaannya curiga sama sekitar wkwkwkw *lebay aku  mah emang, maapin ya thor

    SUKA BANGET BANGET SAMA SIKAP SEHUN YG SUPER POSESIF+PROTEKTIFFF AAAKKK LOVABLE ❤

    Tapi plis banget deh itu si baekhyun galak bener ye, kayak mak mak pms, sehunnya dimarahin melulu, padahal dia juga sayang wkwkwk
    BAEK, PLIS BANGET. KALI-KALI LU KEK YG DULUAN NYOSOR KE ABANG SEHUN PLISSSS ❤

    As always ff nya author alf pasti di atas rata-rata, ga perlu diraguin lagi segi manapunnya. Feels nya ah gilak dapet banget walaupun bacanya kadang akunya keluyuran bentar.

    DITUNGGU SESEGERA MUNGKIN THOOR APDETANNYA FF INI PLIS BANGET GA TAHAN. JADI CINTA KAN SAMA HUNBAEK ❤

    Btw, nyium-nyium bau kaibaek juga nih :3 tapi jagoin hunbaek ah disini mah heheew

  4. AKHIRNYA INI FF DIPOST JUGA UWAHHAHAHAH SENANGNYAAAA
    pertama kali kakak ngasih trailernya lewat video gua udah penasaraan, apalagi ini HunBaek da emmm sedikit KaiBaek kali yah kwkwkwk
    gua ngakak sama Om Kris ampun daaaah ayah mesum emang cocok banget dah
    lagian gua suka ff yang bergenre action plus misteri ditambah ini sekuelnya monochrome ye kan tambah seneng gua!
    yuhuuuuu mana ada macem konspirasi lagi, tambah girang nih
    Sehuuuun elu mesumnya sama kaya Om Kris eelaaaaah gak kuat gua baca pas si sehun mau bikin kissmark di leher Baekhyun gua aarghh lemes gua
    dari awal udah tertarik sama monochrome pas liat ff ini yang udah lama ditunggu2 sampe ngebangke gue langsung semangat lagi sama HunBaek wuhohoho
    si Kai jadi apaan yah disini… penjahat kah atau justru orang baik baik aaah kan penasaraaan

    ditunggu oke kelanjutannyaaaaaa
    fighting!!!!

  5. Kyaaa….akhirnya setelah sekian lama…ALF eonnie buat ff HunBaek lg… Senang bangettt…. Suka sama alur ceritanya …menarik…ALF eonnie sering baca novel yg temanya detektif ya…berasa dapaf gitu feelnya waktu baca FF buatan ALF. Kerenn….sehun oppa keren…. Baekhyun beruntung bisa jd kekasih Sehun… Udah Cerdas…Kritis…cerdik…cuma rada mesum aja sih sm baekhyunnie..
    Saya akan menunggu chapter selanjutnya….Hwaiting ALF-ssi…

  6. Berhubung saya penakut..
    Jadi saya sangat merinding dan ingin cepat-cepat ngelewatin paragraf yang berisi penjelasan menakutkan. /menurutku/
    Tapi masih berani baca..

    Aku jadi khawatir sama si Baek disini..

    Eh, ada lucunya pas di momen Sehun cemburu ama Kris dan terjadilah hal itu/?

    Semakin semangat menulis Kak..!!

    Terima kasih… 🙂

  7. kyaaaa kerennnn >_< penasaran kedepannya gimana hubungan Kai sama Baekhyung.. sehun keren banget pinternya ga ketulungan.. next chap nya ditunggu ya ALF.. HWAITING!! ^^

  8. Kris ganjen bener kwkwkwkwk ampe Sehun kepanasan hahaha untung dia g langsung dateng mukul Kris hahahahaha

    pemasaran siapa itu guru … Kai kah ? I hope so hahahaha

  9. Ga kepikiran kalo sequelnya bakal ada konflik lg masa wkwkw kece badai. Kak jangan hiatus dong Ehehehe . Sehun posesive bgt btw wkwk tp aku suka. Aahhh sebaek love love love deh

  10. detektif oh dan polisi byun kembali .. akhir – akhir ini lagi suka sama pasangan hunbaek soal nya ..

    mereka soal nya lucu .. oke back to story …
    kisah cinta kedua nya di uji sama guru tampan jongin .
    apes bgt nasib baekhyun . dia yang ngusulin . dia juga yang jadi korban nya . semoga saja misi nya gk ketahuan . dan polisi byun yang manis bisa cepet nikah sama detektif oh ..

  11. kakak kereen banget ceritanya…. oh ya ngomong-ngomong salam kenal kak, biasa raeders baru,jadi yah kenalan dulu… kakak kapan lajut nih, tanggung penasaran.. yang monocrome juga keren, hehe maaf baru masukin comen… ditunggu lanjutannya ya kak!!! 🙂

  12. Sumph ini kerennnnnnnn >< btw thor, gue rada takut kalau baekhyun nelpon sehun pas d sklah. Takut ada yang dengar TvT

    Well itu guru kurang ajar banget gituin baek -_-

    Kasusnya aku juga suka thor.
    Ini kapan d lanjut btw? TvT

  13. Kim? Kim jongin? Posternya ada kai disana. Jadi mungknkah…… Andweeee.. Moga yg bner itu kim siwon(?) ato kim yunho(??????) yg di real lifenya prnh ngngkt tubuh seksoy baekhyun.lmfao#slap.. Don’t mind me,, i’m just day dreamin. But jebaallll make it true#digamvarpaketelenan..

  14. Thorr yaampunn akuuu penasaran bgt sama guru kim -,- akuuu pengennya sehun yg nyamarr ihhh . Terus aku suka deg2an pas baekhyun nelfon detektif oh. Jangan2 guru kim itu yg ngebuat minseok ilang yaa? Aduhh penassarann minn cpet ya updatenyaa … annyeongg thor

  15. Seneng? Jelaslah! Monochrome muncul sequelnya. Love bgt sm tema ttg crime begini, hahhahaha. Dr awal alurny asik kk. Ga berat walopun temany crime✌ next ceritanya bisa diduga2 tp ttp hasilnya GAKEDUGA😂😂😂 siapa jg yakin kalo baek bkal jadi anak sekolaan. Dan gw baper payphone kris genit2 sm baek😭😭😭😭 Ntu guru mencurigakan, kirain ada adegan Sesored digudang😂 otak gw ya ampuuun😌 Tp baca chap1 ini berasa cpt bangeeeeeet, ngalir bgt yaaa ceritanya ga kerasa uda selese ajaaa. Gimanapun ttp good job kak as always yuhuuuuuu~

  16. Hay thor aku reader baru nih, jadi baru bisa comment. Pertama baca monochrome aja udah seneng banget… eh ini ada sequelnya.
    Baek kok galak bener sih.. kasian sehun dimarahin terus😢 baek cepet bilang “aku mencintaimu sehun” dong… baek diajak selingkuh?😱😱 jangan mau baek.. kamu harus Setia sama sehun. Pokoknya ini ff ini pairnya harus hunbaek😠😡 #efekhunbaekshipper. Thor ff ini ngapain gak dilanjut?😖😖. Pokoknya aku tunggu ya next chapter ff ini.

Tinggalkan komentar