Not Behind Me || KrisDo-KrisBaek||KaiBaek-KaiSoo || Chapter 3


 

nbm3

Tittle: Not Behind Me.
Author: AyouLeonForever
Genre: What the hell is going on? My brain totally in mess
Rate: Not for bocah. INI SERIUS.
Length: mini chaptered
Main cast:
Do Kyung Soo (?)
Kris Wu (?)
Byun Baek Hyun
Kim Jong In
Main pair: saya tidak yakin. Mungkin akan terdeteksi di inti cerita.
 
Quotes: Aku hanya buta atau dibutakan kesempurnaanmu hingga tidak sadar bahwa selama ini kau justru melakukannya  di hadapanku, bukan di belakangku.
Warning: put your expectation as low as you can. 

 

 

 

 

 

 

||NOT BEHIND ME||

 

 

Chap 3

 

 

Kyung Soo POV

 

 

“Lupakan mereka… dan ikut denganku Kyung Soo-ya… jadilah… jadilah kekasihku.”

 

 

Kupikir itu mimpi. Entahlah, memang seperti bermimpi karena saat aku membuka mata pertama kali, aku sudah tidak menemukan pemilik suara itu. Biasanya orang yang terserang hipothermi bisa saja membayangkan hal yang aneh-aneh dan tidak nyata tentu saja, bisa juga mengigau, dan…

 

Tunggu…

 

Jika itu hanya mimpi, seharusnya pagi ini aku terbangun di kamarku, bukan di sebuah kamar dengan nuansa yang sungguh… eum… tenang. Dan aku hapal aroma ini.

 

Kris Hyung…

 

Seiring kusebut namanya dalam hatiku, saat itu pula semua reka kejadian yang berlangsung tadi malam kembali berputar di kepalaku. Bagaimana Kai datang padaku, yang mulanya kukira sebagai titik terang mengenai hubungan kami. Namun keberadaan Baek Hyun yang kokoh di sebelahnya mematahkan harapan itu. Dan semakin terhempas dengan sakitnya saat Kai dengan santainya mengatakan bahwa ia dan kekasih barunya ingin tinggal di rumah kami. Rumah yang Kai berikan padaku, satu-satunya yang bersisa dari hubunganku dengannya.

 

Ya Tuhan… aku bahkan tidak habis pikir bagaimana kejamnya mantan kekasih dan mantan sahabatku itu mendepakku. Apa aku terlihat seperti  sampah???

 

“Sudah bangun? Selamat pagi…” sapa seseorang yang entah sejak kapan muncul dari pintu kamar, berjalan ke arahku sembari membawa sebuah nampan.

 

Ah… ternyata memang bukan mimpi.

 

“Pagi… Hyung…”

 

Lihat betapa hangatnya ia. Duduk di tepi tempat tidur tepat di sebelahku setelah meletakkan nampan tadi di atas nakas. Setelahnya merapikan rambutku di bagian depan dan menyentuh keningku dengan punggung tangannya yang besar.

 

“Heum, sepertinya sudah tidak separah tadi malam,” ucapnya lembut kemudian mengusap pipiku.

 

“A-apanya Hyung?”

 

“Semalam kau demam. Memangnya berapa lama mereka membiarkanmu kehujanan di luar?”

 

Aku diam. Bukan bentuk dari pengalihan. Hanya saja mungkin sedikit lebih baik jika tidak membahas mereka. Yang bisa kulakukan hanyalah tertunduk. Dan terakhir, ada sesuatu yang terlambat kusadari saat mataku menatap ke bawah.

 

KEMANA BAJUKU?

 

Kusibak selimut tebal yang menutup tubuhku dari pinggang ke bawah dan… Oh TUHAN… INI BAHKAN BUKAN CELANAKU!!!

 

“Eum… kau… maksudku, kita basah kuyup. Dan kau sudah menggigil kedinginan. Jadi… aku yang menggantikan pakaianmu. Itu… celanaku.”

 

Kris Hyung menjelaskannya cukup tenang walau tetap saja aku masih bisa menangkap nada gugup dari suaranya.

 

“Maaf… Tapi percayalah aku tidak melakukan hal yang kurang ajar. Kecuali jika memelukmu  sepanjang malam di balik selimut untuk membuatmu tetap hangat kau anggap kurang ajar ya__”

 

“Ah bukan begitu Hyung, aku tidak keberatan… eh… maksudku… Ya Tuhan, kau sudah menolongku. Jadi bukan kau yang harus mengatakan maaf. Tapi aku yang harus mengucapkan terima kasih. Sungguh.”

 

Barulah Kris Hyung tersenyum, kemudian mengusap puncak kepalaku. “Lagipula yang semalam itu aku serius.”

 

“Yang mana?”

 

“Jangan menggodaku. Tentu saja mengenai kau menjadi kekasihku.”

 

Dan akupun  membalas senyumannya. “Aku mau…”

 

Kris Hyung mengangkat sebelah alisnya. Dan walau tipis, tetap terbaca senyuman menggoda di sudut bibirnya. “Mau apa?”

 

Aku berdecak. Sedikit mengerucutkan bibir karena kesal. Tepatnya malu. Seperti anak remaja yang dirayu kekasihnya, dan Oh Tuhan, itu sudah bukan masaku. “Sekarang siapa yang menggoda siapa?”

 

Dan di saat seperti itu aku masih terkejut kala Kris Hyung menarikku ke dalam pelukannya. “Jadi sekarang tidak ada alasan untuk bersikap canggung kan?”

 

“I… Iya Hyung, tapi bisa kau berikan aku kesempatan untuk mengenakan pakaian dulu? Bukan canggung… hanya… kalau dihitung, ini belum genap sehari aku menjadi kekasihmu… jadi…”

 

Barulah Kris Hyung melepas pelukannya dan mengecup keningku lembut. “Aku tidak seperti itu. Tenang saja. Salah satu alasan mungkin kenapa Baek Hyun meninggalkanku. Aku tidak seatraktif yang dia inginkan.”

 

“Hyung….”

 

“Baiklah, itu yang terakhir.”

 

Aku tersenyum sebagai balasan dan sekali lagi Kris Hyung mengecup keningku lembut.

 

“Ah, aku lupa. Sejak semalam kau pasti belum makan. Ini kubuatkan sup ayam ginseng untukmu. Ibuku bilang, ini cukup ampuh untuk pemulihan.”

 

Aku tertegun, menatap takjub semangkuk sup yang disodorkan Kris Hyung untukku. Mengerjap berkali-kali kemudian menatap Kris, lalu menatap mangkuk itu lagi, berkali-kali hingga Kris Hyung mengangkat alisnya sambil menatapku.

 

“Ada yang salah? Seingatku kau suka makan ayam.”

 

Aku mengatupkan rahang rapat-rapat, entah kenapa perasaan hangat itu justru mengundang haru. Tenggorokanku sakit dan wajahku memanas.

 

“Eh… Eh kenapa kau menangis?” Kris Hyung buru-buru meletakkan kembali mangkuk tadi ke atas nakas dan langsung menangkup kedua pipiku. Dan aku baru sadar bahwa aku memang meneteskan air mata saat kurasakan kedua ibu jari Kris Hyung menyeka tetesan air mataku dengan sangat lembut.

 

Aku menggeleng pelan kemudian menggapai kedua tangan Kris Hyung. Menggenggamnya dan meletakkannya di atas pangkuanku. “Bukan apa-apa Hyung. Aku… aku… aku sedikit lupa kapan terakhir ada yang membuatkan sarapan untukku.”

 

Hening.

 

Dan itu berlangsung tidak dalam jangka waktu yang sebentar. Sampai kulihat sebuah senyuman hangat terukir di bibirnya dan Kris Hyung menarik tangannya hingga terlepas dari genggamanku. Berganti dengan ia yang menggenggam tanganku. Mengangkatnya sedikit dan mengecup punggung tanganku lembut. “Bukankah itu manis Kyung Soo-ya, aku juga sedikit lupa kapan terakhir ada yang membuatkan makan siang untukku.”

 

Dan detik berikutnya aku tertawa kecil, walau diselingi isakan haru. “Terima kasih Hyung. Terima kasih.”

 

“Hei, kau kekasihku. Tidak perlu berterima kasih karena itu tugasku. Paham?”

 

Aku mengangguk, masih tidak melepaskan senyum di bibirku. Perasaan hangat ini…

 

Tuhaaannn. Aku sungguh bahagia dengan posisi ini. Terlepas dari siapa pemuda yang paling kucintai di dunia ini, aku tidak akan menyangkal bahwa aku akan lebih bahagia berada di sisi Kris Hyung mulai sekarang.

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

Author POV

 

 

 

Ada hawa tersendiri yang menyerang Kris setiap kali ia membuka lemarinya. Di sana, masih tersusun dengan sangat rapi pakaian milik Baek___ seseorang yang pernah tinggal bersamanya. Mengingat bahwa saat mereka membeli lemari baru itu, ia akan tertawa saat Baek__ pria mungil itu  mengajukan protes kenapa semua bajunya diletakkan di rak paling bawah, dan semakin protes saat Kris mengatakan bahwa tangan namja itu tidak akan sampai jika pakaiaannya diletakkan di rak teratas…

 

Semuanya sungguh…

 

Ah…

 

Kris menggeleng berkali-kali kemudian langsung meraih sepasang pakaian yang ia yakini sangat pas di tubuh Kyung Soo, mengingat ukuran tubuh kedua pria mungil itu tidak jauh beda.

 

Cklek~

 

Kris langsung menoleh saat ia menyadari pintu kamar mandi sudah terbuka, menampakkan Kyung Soo yang berbalut baju mandi keluar dari sana dengan kikuk. Langkahnya bahkan diperlambat, dan sesekali ia menyibak rambut pendeknya hingga terlihat cipratan kecil kemana-mana. Tujuan sebenarnya hanyalah sebagai kedok untuk menutupi rasa grogi.

 

“Sudah selesai?” tanya Kris basa-basi. Jelas saja karena jawabannya sudah ia dapatkan dengan keberadaan Kyung Soo di depannya sekarang.

 

“I…, iya Hyung, terima kasih,” jawab Kyung Soo masih rikuh dan malu-malu. Ia tentu saja tidak akan lupa dengan semua rentetan kejadian yang sudah berlalu, dan kalau dipikir-pikir kejadian itu cukup… err… manis memang tapi… memalukan. Tentu saja tentang berciuman di halte bis, di tengah derasnya hujan… malam… sepi dan…

 

Blush…

 

Kris mendekat, kemudian menyentuh kening Kyung Soo dengan punggung tangannya. “Sudah kubilang demammu masih belum reda, wajahmu juga agak memerah. Seharusnya kau jangan mandi dulu.”

 

Dan Kyung Soo menyesali ketololannya. Transparan sekali…

 

“Mungkin sedikit Hyung, karena aku cukup lama kehujanan tadi malam. Tapi aku merasa baik-baik saja.”

 

Kris terdiam sejenak kemudian mendesah berat.  “Sudah kusiapkan pakaianmu. Ini… milik Baek Hyun, tapi kurasa dia tidak membutuhkannya lagi. Besok akan kucarikan pakaian yang baru, karena aku yakin kaupun tidak sudi menginjak rumah itu lagi untuk mengambil barang-barangmu. Atau kalau kau merasa tidak nyaman, kau boleh memakai pakaianku atau…”

 

“Tidak apa-apa Hyung, bukan kendala besar. Maksudku… lebih baik menanggapinya sesantai mungkin dan tidak memikirkannya. Lagipula, apa salahnya memakai pakaian Baek Hyun? Pakaian itu terlalu berharga untuk dibuang kalau Baek Hyun sudah tidak menginginkannya.”

 

“Heum, metode yang baik,” Kris tersenyum kemudian mengacak rambut Kyung Soo yang masih basah. “Aku juga sudah menghangatan sup dan juga kusisihkan satu tablet antipiretik untuk demammu, ada di atas nakas. Makanlah, setelah itu istirahat. Kau butuh itu.”

 

Kyung Soo mengangguk, tentu saja membalas senyum Kris yang terlihat hangat itu.

 

“Errr…”

 

“Ya?” Kyung Soo terlihat kebingungan saat obrolan mereka berhenti.

 

Kris berdehem kemudian menggaruk tengkuknya. “Mungkin kita masih butuh waktu untuk terbiasa. Aku masih gugup.”

 

Kyung Soo tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Di balik kedewasaan Kris, dia masih memiliki kepolosan itu. Terlalu murni hingga ia tidak akan sungkan berkata jujur. Kyung Soo pun menghembuskan nafas pelan, kemudian mengangguk. “Santai saja Hyung, kita punya banyak waktu. Sama sepertimu, sebenarnya aku juga masih gugup. Tapi percayalah, aku menikmatinya. Seperti memulai sebuah masa yang sudah lama berlalu.”

 

Kris pun balas tersenyum, dan rasa canggung itu perlahan memudar.  Ia meraih tubuh mungil Kyung Soo dan memeluknya hangat. “Aku menyayangimu, dan aku betul-betul marah saat mendapati mereka memperlakukanmu seperti… itu.”

 

“A… Aku juga menyayangimu Hyung. Dan terima kasih kau sudah sepeduli itu padaku.”

 

Kris melepas pelukannya, menatap wajah Kyung Soo lamat-lamat sebelum mengecup keningnya lembut. “Selamat berisitirahat. Dan jangan pikirkan mereka lagi. Oke?”

 

Kyung Soo mengangguk, masih tersenyum malu-malu. “Eh Hyung? Kau mau kemana?”

 

Kris melirik arlojinya kemudian mengusap pipi Kyung Soo. “Hari ini aku ada kuliah. Sekalian mampir ke kelasmu kan? Memberitahu ketua tingkatmu kalau kau absen hari ini karena sakit.”

 

“Eum, ke kelasku? Apa kau…, tidak akan apa-apa?”

 

Kris tertawa kali ini mencubit pipi Kyung Soo karena gemas. “Aku baik-baik saja. Tadi malam itu penegasan. Tidak akan berpengaruh. Jadi, santai saja. Oke?”

 

Barulah Kyung Soo bernafas lega. “Heum, baiklah. Kurasa kau benar.”

 

“Ya sudah. Aku pergi dulu. Jangan lupa habiskan makanamu.”

 

Kyung Soo mengangguk mantap dan melambai saat Kris mulai meninggalkan kamarnya. Atau…, mungkin Kyung Soo sudah boleh menyebutnya ‘kamar mereka’?

 

Senyumnya mengambang. Sepertinya Kyung Soo akan memulai ceritanya di lembaran baru yang masih bersih. Mengabaikan lipatan halaman yang usang.

 

Bersama Kris.

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

Baek Hyun terhenyak saat sosok familiar memasuki kelasnya. Dan sialnya Jong In tidak ada di sisinya saat itu. Baek Hyun sudah bersiap membuang muka saat pandangan mereka bertemu. Tapi…

 

Baek Hyun membelalak. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Kris tidak sudi mempertahankan kontak mata dengannya lebih dari 3 detik. Dan ekspresi datar itu sungguh…

 

 

Brengsek!

 

Kris masuk ke kelasnya bukan untuk menemuinya. Entah itu kabar baik atau justru kabar buruk, karena Kris kini berdiri di sebelah bangku seorang mahasiswa yang Baek Hyun hapal sebagai ketua tingkat angkatannya. Baek Hyun yang duduk tak jauh dari sana hanya bisa meremukkan pena saat mendengar apa yang disampaikan Kris.

 

“Selamat pagi, apa kau ketua tingkatnya?”

 

Mahasiswa itu mendongak, seketika berdiri dan membungkuk sopan. “Ah benar sunbae-nim, ada apa?”

 

“Kyung Soo absen hari ini karena dia demam.”

 

“Kyung Soo, Do Kyung Soo?”

 

“Iya. Tolong yah.”

 

“Itu gampang diatur.”

 

Kris tertawa kecil, dan itu yang membuat Baek Hyun semakin tidak tenang. “Ya sudah, itu saja. Terima kasih.”

 

“Jangan sungkan sunbae-nim. Sampaikan salamku pada Kyung Soo, semoga dia cepat sembuh.”

 

“Tentu saja. Sampai jumpa.”

 

Hanya itu, dan Kris pergi begitu saja tanpa menoleh sedikitpun ke arah Baek Hyun. Hal sederhana yang membuatnya sedikit… aneh. Terlebih bisik-bisik yang tidak bisa luput dari pendengaran Baek Hyun.

 

Dia butuh Kim Jong In.

 

Sekarang!!!

 

Dan itu ia realisasikan dengan beranjak dari tempatnya dengan terburu-buru. Menerobos beberapa kumpulan mahasiswa yang menghalangi jalannya sampai tanpa sengaja (atau bahkan sengaja) menabrak Kris yang baru saja keluar dari pintu kelasnya.

 

Kris hanya bisa menghela nafas panjang saat melihat orang yang mungkin masih sangat dicintainya itu berlalu meninggalkannya setelah membuatnya hampir terjatuh. Dan sekali lagi, Kris memilih untuk tidak peduli.

 

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

“Hei… hei… kenapa ini? Apa yang membuatmu marah?” tanya Kai bingung saat Baek Hyun mendesaknya ke dalam mobil dan langsung duduk di pangkuannya. Menciumnya cukup… terburu-buru.

 

“Apanya yang kenapa?”

 

“Tentu saja kau yang kenapa. Tunggu, ugh Baek Hyun tunggu dulu, lihat aku.” Kai melepaskan rengkuhan Baek Hyun yang terlalu kuat di lehernya, ia genggam kedua lengan kurus Baek Hyun dan menatapnya penuh selidik. Dan melihat wajah yang menampakkan resah itu, Kai mengerutkan keningnya. “Terjadi sesuatu?”

 

“Tidak.”

 

“Pasti ada. Semalam kau sudah begini, tapi sekarang makin parah. Kenapa? Heum?”

 

“Ck… kenapa kau banyak bertanya? Tutup saja mulutmu, dan kita lakukan seperti biasanya.”

 

“Jangan gila, ini masih lingkungan kampus. Dan parkiran ini tidak sepi Byun Baek Hyun.”

 

Baek Hyun menggeram marah, kemudian turun dari pangkuan Kai. Berpindah duduk di jok sebelah.

 

“Hei…, hei, jangan begitu. Aku bukan menolak. Aduh…, baiklah kita pulang dulu dan kita lakukan apa saja agar stressmu hilang.”

 

“Siapa yang stress? Ha?”

 

“Siapapun yang melihatmu sekarang pasti akan mengatakan bahwa kau sedang stress. Jangan bilang ini tentang mantan kekasihmu.”

 

Tepat di titik rawan!

 

Kai bergidik saat Baek Hyun menoleh dan menatapnya tajam. Seolah akan mengakhiri hidupnya saat itu juga.

 

“A…, aku hanya menebak. Ayolah, jangan menatapku begitu. Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Aku baru mendapatkan kiriman uang dari orang tuaku. Ayo kita bersenang-senang seharian penuh.”

 

Baek Hyun mndengus kemudian mengangguk. “Aku ingin ke tempat Se Hun.”

 

“Tempat Se Hun hanya buka malam hari Baek Hyun-ah. Kita makan dulu, istirahat sedikit lalu ke sana. Oke!”

 

“Ya sudah, apapun rencanamu asal tinggalkan tempat yang memuakkan ini.”

 

“Baiklah, baiklah sayang. Lalu mana ciumku?”

 

Baek Hyun membuang muka, tidak bisa menyembunyikan senyum gelinya. Itu kenapa ia suka pada Kai. Bukan tanpa alasan ia butuh Kai di saat pikirannya betul-betul penat. Kai punya cara apa saja untuk membuatnya tenang.

 

“Ya sudah, aku saja yang mengambilnya.” Dan Kai sedikit bergeser, meraih tengkuk Baek Hyun dan mencium bibir tipisnya seperti biasa.

 

Tak jauh dari sana, tepat di sebelah mobil sport berwana hitam, Kris bersandar dan menyaksikan pemandangan itu di depan matanya.

 

Muak?

 

Mungkin tepatnya ia sudah lelah. Ia memilih acuh. Bermasa bodoh dengan apapun, asal pria mungil yang belum mengembalikan hatinya secara utuh itu bisa bahagia.

 

Kris menghela nafas panjang, kemudian memilih pergi.

 

Meninggalkan masa lalu…, menuju masa depan yang mungkin saja tengah menantinya.

 

 

♣♣♣

 

 

 

 

Kris meneguhkan satu hal.

 

Kyung Soo punya segalanya. Semua hal yang ia inginkan dan ia butuhkan ada pada Kyung Soo. Apa yang tidak ia temukan pada Baek Hyun, justru ada pada Kyung Soo. Seperti siang itu. Saat ia baru saja pulang, Kyung Soo sudah ada di sana menyambutnya dengan senyum hangat. Kris hanya perlu melangkah mendekatinya. Menyentuh pipinya dan sedikit membungkuk untuk mengecup keningnya hingga perasaan hangat menyelimuti relung hatinya yang baru saja tersakiti.

 

“Kau pasti lapar. Aku sudah membuatkan pasta kesukaanmu,” sambut Kyung Soo, langsung menggamit lengan Kris dan menuntunnya ke meja makan. Dan benar saja, Kyung Soo sudah menyiapkan segalanya.

 

Meja makan yang biasanya selalu kosong saat ia baru saja pulang kini terlihat sangat berbeda dengan aneka masakan yang tertata rapi di sana.

 

Kris hanya terlalu gengsi untuk menunjukkan bahwa ia terharu. Kyung Soo jelas akan mengatainya aneh jika saat itu Kris mengeluarkan air mata harunya.

 

“Hyung…”

 

“Kau membalasku.”

 

“Membalas apa?”

 

Kris melepas rangkulan Kyung Soo pelan, dan langsung menarik pemuda mungil itu ke dalam pelukannya. “Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi… Do Kyung Soo, aku menyayangimu.”

 

Wajah Kyung Soo memanas, dan ia sembunyikan rona merah di pipinya itu dibalik kemeja hitam Kris. “Aku juga menyayangimu Hyung. Dan aku akan semakin menyayangimu kalau kau memperlakukanku semanis ini.”

 

“Bukankah itu bagus?”

 

“Akan lebih bagus lagi kalau kau melepas pelukanmu, cuci tangan dan makan bersamaku.”

 

“Baiklah, baiklah. Sepertinya kau sudah menempatkan dirimu sebagai pendamping yang sempurna. Seperti yang kubilang tadi pagi, aku sedikit lupa ada yang menyambutku dengan makan siang seperti ini. Aku… senang.”

 

Blush~

 

“Dan percaya saja, Do Kyung Soo. Aku tidak bercanda.”

 

Dan sebuah kecupan ringan sekali lagi mendarat di kening Kyung Soo.

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

Kai menepuk keningnya melihat ulah Baek Hyun yang kini menjadi pusat perhatian malam itu. Pemuda bermarga Byun itu kini berdiri di atas meja dengan sebuah botol minuman di tangannya, kancing kemeja sudah hampir terlepas semua, wajahnya basah entah karena minuman atau keringat karena ia begitu atraktif. Lihat bagaimana semua pria hidung belang menatapnya dengan tatapan lapar saat Baek Hyun menggerakkan seluruh tubuhnya, meliuk ke sana kemari mengikuti irama musik yang terdengar erotis, terlebih dengan pemuda seindah Byun Baek Hyun sebagai objek pandangan.

 

Come’n babe…, shake your body. Oh my God… your ass…”

 

Kai membelalak kepada ‘entah siapa’ yang baru saja berteriak itu.

 

“Brengsek!!!” pekiknya pada akhirnya tidak tahan. Ia segera menghampiri Baek Hyun dan menariknya turun.

 

“YA Kim Jong In! Kau kenapa?”

 

“Kau yang kenapa? Kau sudah sangat mabuk Byun Baek Hyun. Turun sekarang!” bentak Kai murka.

 

“Apa kau tidak tahu arti kata bersenang-senang? Ha?” Baek Hyun sekali lagi mengangkat botolnya dan meneguknya dengan tegukan-tegukan besar hingga minuman itu justru lebih banyak yang membasahi wajah dan bajunya dari pada yang ia telan.

 

“Waktu bersenang-senangnya sudah habis. Ayo pulang!”

 

“Ahhhh Kai… kau sungguh merusak,” protes Baek Hyun saat ia tidak bisa menghentikan Kai yang kini memikul tubuhnya layaknya karung beras.

 

“Hei apa yang kau lakukan? Biarkan si seksi itu menyelesaikan pertunjukannya? Aku baru saja mengantisipasi streaptise dance darinya.”

 

Kai menghentikan langkahnya, kemudian menoleh pada seorang pemuda yang mungkin seusianya. Ia pun menurunkan Baek Hyun yang entah sejak kapan sudah tertidur. Ia letakkan kekasihnya itu di sofa panjang terdekat kemudian menghampiri pemuda kurang ajar tadi.

 

“Bilang apa barusan?” tanya Kai dengan nada mengancam.

 

Pemuda yang tadi mengacau itu tutup mulut sambil menggeleng cepat. Namun itu tidak cukup membuat Kai lega, karena detik berikutnya Kai sudah menghadiahkan pukulan telak di wajah pemuda itu.

 

“Seharusnya kau belajar menjaga mulutmu brengsek! Kau pikir siapa yang kau antisipasi ha? Dia bukan orang yang menjual tubuhnya. Dia milikku. Mengerti!!!”

 

Pemuda itu mengangguk sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan yang ia yakini sudah mengeluarkan darah.

 

Kai kembali menghampiri Baek Hyun yang betul-betul tertidur, dan di sana sudah ada Se Hun yang menatapnya tidak enak.

 

“Maaf sudah mengacau Se Hun-ah, hitung saja kerugiannya, akan kuganti.”

 

“Ah, bukan masalah besar. Aku justru minta maaf karena memang pengunjung di sini lebih banyak yang kurang ajar.”

 

Kai tersenyum kemudian menepuk pundak Se Hun. “Aku pulang dulu, Baek Hyun mabuk berat.”

 

“Jangan bosan untuk mampir.”

 

“Tenang saja, tapi mungkin tidak dalam waktu dekat. Maaf.”

 

“Bukan masalah. Hati-hati membawanya.”

 

 

♣♣♣

 

 

 

 

“Jadi, hanya perlu menambah lada hitam agar aroma dan rasanya semakin kuat.”

 

“Begitukah? Aku tidak pernah mencobanya karena aku tidak tahan makanan pedas.”

 

“Bagaimana kalau siang ini kubuatkan steak sapi lada hitam manis asam pedas.”

 

“Ha? Steak sapi apa?”

 

Kyung Soo tertawa melihat Kris kebingungan. “Itu hanya nama, intinya…” Kyung Soo mengulurkan dua jempol yang menghadap ke atas sambil menjilat bibirnya. “Itu akan menjadi steak terlezat yang masuk ke perutmu Hyung.”

 

Kris balas tertawa, kemudian mengacak rambut Kyung Soo dengan satu tangannya yang bebas, sementara yang lain merangkul pundak pemuda mungil itu. “Apa saja, asal kau yang memasak akan terasa lezat.”

 

Wajah Kyung Soo bersemu merah. Tentu saja karena ia tidak pernah bercanda sehangat itu dengan mantan kekasihnya dulu. Kai bisa saja membuat lelucon, tapi tidak pernah satu kalipun Kyung Soo merasakan yang seperti ini. Sederhana…

 

Tapi hangat.

 

Kyung Soo lebih memilih kesederhanaan itu dari pada sebuah rasa yang megah namun tetap tidak cukup.

 

Srak~

 

Kyung Soo ikut menghentikan langkahnya saat Kris tiba-tiba saja berhenti di depan sebuah toko roti. Mungkin Kris punya ide untuk membuat sandwich atau semacamnya. Tapi saat Kyung Soo telusuri, mata Kris tidak tertuju pada pintu toko roti, tapi sebuah apotek yang tidak terlalu besar yang jaraknya beberapa meter di seberang.

 

“Ada apa Hyung?”

 

Kris tersadar untuk sejenak, kemudian tertawa garing. “Ah tidak, kukira aku melihat Kai di sana.”

 

Kyung Soo mengerjapkan mata kemudian menoleh pada arah yang dimaksud. Dan benar saja, Kyung Soo tidak butuh bermenit-menit untuk mengenali sosok yang berdiri di depan pintu apotek dengan tingkah aneh. Memandangi bungkusan obat di tangannya sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya.

 

“Dia memang  Kai,” jawab Kyung Soo pasti.

 

“Apa yang dia lakukan di sana?”

 

Kyung Soo tertawa kecil kemudian memukul ringan dada Kris. “Tentu saja membeli obat, karena di sana itu apotek.”

 

Namun Kris tidak menujukkan ekspresi bahwa itu adalah sebuah lelucon. “Kyung Soo-ya…”

 

“Heum?”

 

“Aku… bukannya aku bermaksud peduli, tapi… apa Baek Hyun masih rajin ke kampus?”

 

Kyung Soo terdiam, untuk beberapa saat ia berpikir dan mengamati ekspresi wajah Kris. Pemuda yang lebih dewasa darinya itu walau sekeras apapun mengelak, tetap tidak bisa menyembunyikan raut kecemasan di wajahnya. “Sekitar 3 hari aku tidak melihatnya di setiap kelas yang kami ambil bersama. Apa mungkin dia sakit?”

 

Dan tebakan Kyung Soo itu membuat Kris menegang.

 

“Hyung… mungkin tidak ada salahnya kita menanyakannya pada Kai. Atau…”

 

Kyung Soo belum menyelesaikan kalimatnya karena Kris sudah lebih dulu menyeberang jalan dan berlari menuju tempat Kai yang masih mencocokkan nama obat dengan sehelai kertas resep dari dokter klinik kenalannya.

 

“Kim Jong In!”

 

Sapaan tidak ramah itu membuat Kai terhenyak kaget, seketika memucat ketika tahu siapa yang menegurnya. “Oh, hi…”

 

“Apa yang kau lakukan di sini?”

 

Kai semakin gugup, namun refleksnya cukup lamban menyembunyikan bungkusan obat di belakangnya. “Hanya berjalan-jalan.”

 

“Mana Baek Hyun?”

 

Dan sebenarnya Kai tahu, itulah intinya.

 

“Di rumah. Dia sedang malas keluar.”

 

“Malas?”

 

“I… Iya.”

 

“Apa dia sakit?”

 

Dan begitu susah menyembunyikannya untuk orang yang begitu mengenal Baek Hyun luar dalam.

 

“Hanya kurang enak badan. Ini kubelikan obat. Lagipula kenapa kau banyak tanya sekali? Yang sakit itu Baek Hyun, bukan Kyung Soo.”

 

Kris terdiam bertepatan saat Kyung Soo berhasil menyusulnya dan langsung menggamit lengan kekasihnya itu.

 

Dan detik itulah pandangan Kyung Soo dan Kai bertemu. Keduanya tidak bisa menampik bahwa ada getar halus yang menjalar di hati mereka karena rasa itu masih ada. Hanya saja, keegoisan membuatnya terasa tidak cukup.

 

“Lihat… yang perlu kau khawatirkan adalah kekasihmu yang sekarang Hyung, bukan Baek Hyun. Jadi berhentilah mencampuri urusan kami,” tutup Kai dengan nada ketusnya sebelum ia memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

 

“Tunggu…”

 

Kai mendengus kesal sambil memutar bola mata kemudian menoleh kembali pada Kris yang masih menatapnya. “Ada apalagi Hyung? Aku tahu apa yang harus kulakukan untuk Baek Hyun, jadi tidak perlu__”

 

“Kau juga tahu kalau saluran percernaan dan pernafasan Baek Hyun sangat sensitif?” potong Kris.

 

Dan itu membuat Kai betul-betul bungkam.

 

“Kau tahu dia tidak boleh minum alkohol? Kau tahu dia tidak boleh makan makanan pedas? Berkadar lemak tinggi, makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin? Kau tahu dia harus menyempatkan diri tidur siang minimal setengah jam?  Kau tahu dia tidak boleh lelah? Tidak boleh terlalu banyak terpapar angin malam? Kau tahu dia memiliki riwayat penyakit asma? Beberapa tahun belakangan memang sudah tidak kambuh, tapi apa kau tahu Baek Hyun bisa saja sianosis kalau asmanya kambuh? Kau tahu Baek Hyun tidak sembarang mengkonsumsi antibiotik? Dia alergi antibiotik tertentu. Kau tahu jenis vitamin apa saja yang seharusnya kau campurkan pada minuman dan makanannya di pagi hari, siang dan malam hari sebelum tidur?” lanjutnya serius.

 

Kai masih diam. Berusaha tidak menampakkan keterkejutannya. Demi Tuhan ia bukan hanya mengabaikan semua itu, ia justru memperburuk keadaan Baek Hyun dengan melakukan hal yang sebaliknya.

 

“Aku memperlakukannya seperti itu bukan tanpa alasan Kim Jong In. Aku bukan maniak untuk seposesif itu padanya. Tapi asal kau tahu… dia tidak sekuat orang-orang seumurannya.”

 

Kyung Soo melihatnya. Semua ucapan yang seolah berapi-api. Menunjukkan betapa Kris seribu kali lebih tahu tentang Baek Hyun dibanding siapapun. Dan ia rasa itu normal. Kris bukan ingin menunjukkan bahwa hanya dirinyalah yang mengerti Baek Hyun luar dalam, tapi dia ingin memberi penegasan kepada orang yang menganggap dirinya tahu segalanya. Tapi pada kenyataannya tidak sama sekali.

 

“Dan tolong, jangan memberikannya antibiotik tanpa resep dokter. Baek Hyun punya alergi 3 jenis antibiotik umum,” lanjut Kris lagi setelah melihat bungkusan obat di tangan Kai. “Jika kau sudah tahu semua itu, aku tidak akan bersikap seolah mencampuri urusanmu lagi.”

 

Kai masih bungkam, tidak tahu harus merespon dengan cara apa. Ia hanya mengangguk dengan padangan mata tidak fokus. Lebih tepatnya tidak berani menatap Kris. Setelahnya ia berbalik dan bergegas menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari situ.

 

Berhadapan dengan Kris untuk membahas masalah Baek Hyun benar-benar menguji adrenalinnya. Terbukti dengan tangannya yang dingin dan gemetar.

 

“Kalau dia tahu kondisi Baek Hyun sekarang, dan apa yang selama ini Baek Hyun lakukan… Oh tidak… Kris Hyung pasti membunuhku.”

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

Kondisi Baek Hyun tidak baik.

 

Kai tahu itu. Wajah Baek Hyun memerah padam, tidurnya tidak tenang, berkeringat, dan tentu saja panas. Jangan lupa berapa kali Baek Hyun memuntahkan isi perutnya dari malam hingga pagi itu. Intinya…. Baek Hyun sudah pasti sakit.

 

“Kris Hyung betul-betul akan membunuhku kalau begini,” keluhnya sembari mengompres kening Baek Hyun dengan air hangat.

 

Kecemasan Kai meningkat karena Baek Hyun semakin tidak stabil. Ia mengigau tidak jelas. Dan dalam kegelisahan Baek Hyun itu, Kai hanya menangkap satu nama.

 

Kris Hyung!

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

“Dan akhirnya aku menolak tawaran itu dengan alasan aku ingin menjadi pengusaha saja. Menurutku menyanyi itu hanya sekedar hobby, bukan sesuatu yang ingin kujadikan sebagai mata pencaharian di masa depan. Bagaimana menurutmu Hyung?”

 

Tidak ada jawaban. Dan ini sudah kesekian kalinya Kyung Soo mengeluarkan kalimat yang cukup panjang tanpa respon Kris di akhir kalimat.

 

Pikiran Kris sedang tidak bersamanya sekarang. Kyung Soo tahu itu.

 

“Hyung…” tegur Kyung Soo pelan sembari mengelus pelan punggung tangan kekasihnya itu.

 

“Ah iya… itu menarik,” respon Kris tiba-tiba. Terlihat jelas bahwa ia sama sekali tidak menyimak.

 

Kyung Soo menyunggingkan senyum kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Kris. “Apa kau lelah?”

 

“A… Ah tidak. Aku hanya… hanya….”

 

“Memikirkan Baek Hyun?”

 

Kris membelalak, kemudian menggeleng. “Tidak, bukan begitu. Aku…”

 

“Aku juga khawatir dengannya. Eum, bukan untuk menambah beban pikiranmu Hyung, tapi Kai adalah tipe orang yang segala keperluannya belum bisa ia penuhi sendiri tanpa bantuan orang lain. Maksudku… jika mengurus diri sendiri saja dia masih setengah-setengah, bagaimana dia bisa mengurus orang lain?”

 

Kris terdiam, sedikit banyak membenarkan perkataan Kyung Soo. Terbukti ia menatap intens kedua mata indah kekasihnya itu. “Lalu menurutmu, apa yang seharusnya kulakukan?”

 

“Untuk Baek Hyun? Bukankah mereka tidak ingin kita ikut campur lagi masalah mereka?”

 

“Y… Ya aku tahu itu, tapi aku tidak bisa bersikap seolah aku tidak peduli. Baek Hyun terlalu ceroboh, dan selama ini dia sudah terbiasa dimanjakan.”

 

Kyung Soo menghembuskan nafas panjang kemudian tersenyum. “Ingin menemuinya?”

 

Kris terhenyak. Dan nafasnya sempat tercekat. Kelihatan jelas keinginan itu bertumpuk, namun merealisasikannya tidak semudah yang dibayangkan.

 

“Hyung…”

 

“Tidak.”

 

“Kenapa?”

 

“Seperti yang kau bilang, kita tidak boleh mencampuri urusan mereka lagi.”

 

Kyung Soo bergumam sejenak. Kemudian sebuah ide menarik muncul di otaknya. “Tunggu, tapi bukan berarti kita tidak boleh membantu kan? Kita hanya dilarang mengusik. Dan menurutku, membantu mereka bukanlah seuatu yang bisa disebut mengusik. Akhir-akhir ini, aku lihat Kai semakin lemas.”

 

Kris menaikkan sebelah alisnya. Mungkin ada penjelasan lebih panjang tentang ide Kyung Soo barusan.

 

Dan sebuah senyum lebar dari bibir indah Kyung Soo sudah cukup menjadi jawabannya.

 

 

♣♣♣

 

 

 

 

Kyung Soo menarik nafas cukup dalam kemudian menghembuskannya panjang. Itu ia butuhkan untuk menghilangkan rasa gugupnya. Baru beberapa minggu ia meninggalkan rumah yang mengukir banyak sejarah indah tentangnya dan Kai. Itu membuat getaran halus itu kembali menjalar di hatinya, atau justru mengusik? Entahlah… apapun yang terjadi, kenangan bersama Kai tidak bisa ia hapus begitu saja.

 

Dengan keberanian penuh, ia menekan bel pintu rumah itu, berharap semua rencana dan niat baiknya bersama Kris tidak menimbulkan sesuatu yang buruk bagi siapapun. Mereka hanya peduli, tidak bermaksud ikut campur. Itu saja.

 

Pintu itu baru terbuka setelah Kyung Soo menekan bel hampir 10 kali, dan Kyung Soo tidak terkejut lagi saat yang membuka pintu adalah Baek Hyun. Yang terkejut justru orang yang membuka pintu itu.

 

“K… Kyung Soo? Mau apa kau?” tanya Baek Hyun jelas dengan nada tidak suka.

 

“Ah maaf. Aku hanya ingin mengambil beberapa barang pribadiku yang ketinggalan,” jawab Kyung Soo berusaha setenang mungkin. Walau sebenarnya ingin sekali rasanya meneriakkan segala kesal yang ia rasakan pada Baek Hyun selama ini. tapi ia rasa itu sia-sia saja. Kai tidak akan mungkin kembali ke sisinya.

 

“Oh begitu. Masuklah,” balas Baek Hyun masih terlihat sangat ketus.

 

“Oh ya Baek Hyun. Beberapa hari ini kau absen, sepertinya kau sakit,” ucap Kyung Soo saat Baek Hyun mengiringinya masuk.

 

“Bukan urusanmu. Cepat kemasi barangmu sebelum Kai datang.”

 

“Jadi Kai tidak ada di rumah?”

 

“Itu juga bukan urusanmu.”

 

Kyung Soo mengangguk beberapa kali sembari menggumam. “Benar juga, kamis sore itu jadwal latihannya dengan rekan-rekannya.”

 

Baek Hyun melengos, kemudian meninggalkan Kyung Soo dan beranjak ke ruang tengah untuk menonton TV.

 

“Baek Hyun-ah, apa kau melihat makalah resep masakan yang kusimpan di lemari dapur?”

 

“Tidak. Aku tidak pernah menyentuh dapur. Dan jangan menanyakan semua barang-barangmu padaku, aku tidak memakai apapun.”

 

Kyung Soo membenarkannya. Pertama kali dalam sejarah ia melihat dapur kesayangannya sejorok itu. Piring kotor yang belum di cuci, mungkin itu piring bekas kemarin atau kemarinnya lagi. Dan Kyung Soo sedikit risih berlama-lama di dapur.

 

“Tidak apa-apa jika aku masuk ke kamar?”

 

Baek Hyun menoleh dan menatap Kyung Soo cukup tajam.

 

“Maksudku ke kamar kalian. Aku ingin mengambil pakaianku.”

 

Baek Hyun kembali mendesis, kali ini semakin kesal dan mengiringi Kyung Soo masuk ke kamarnya dan Kai. “Ambil semua yang kau perlu, pastikan jangan ada yang tersisa agar tidak kau jadikan alasan untuk ke tempat ini lagi.”

 

“Aku mengerti,” jawab Kyung Soo pelan. Ia juga cukup prihatin dengan keadaan kamar tercintanya. Sprei itu… itu bahkan masih sprei yang sama sejak terakhir ia berada di rumah ini.

 

Kyung Soo sedikit bernafas lega karena lemari pakaiannya masih rapi dan sepertinya memang tidak tersentuh. Entah karena Baek Hyun enggan atau bahkan risih memakai pakaiannya.

 

“Oh ya Baek Hyun. Besok ada kuis dari Pak Jung. Kau harus hadir,” ucapnya sembari memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper.

 

Baek Hyun memutar bola matanya malas, kemudian membaringkan dirinya di atas tempat tidur yang juga berantakan.

 

“Aku serius. Kuis yang kemarin saja kau melewatkannya, jika kuis ini juga kau lewatkan, pak Jung tidak akan meluluskanmu di mata kuliahnya. Pak Jung memintaku menyampaikan pesan ini padamu.”

 

“AKu mengerti, aku mengerti. Kuusahakan datang, jadi berhentilah mengoceh. Kau semakin mirip Kris Hyung saja.”

 

Hening…

 

Baek Hyun baru menyadari apa yang baru saja ia katakan setelah melihat Kyung Soo mengulas senyum tipis.

 

“Apa? Kau pikir aku mengatakan itu karena aku mengingatnya? Ah benar, aku memang ingat seberapa menyebalkannya dia,” ralat Baek Hyun dengan nada tegas.

 

“Aku tahu… Kris Hyung memang sangat perhatian, tapi menurutku sama sekali tidak menyebalkan, sikap itulah yang membuatku suka padanya. Aku sangat bahagia bisa menjadi kekasihnya.” balas Kyung Soo dan itu justru membuat Baek Hyun bungkam. “Ah kurasa ini sudah semuanya,” lanjutnya sembari menarik koper yang tidak terlalu besar yang memang adalah miliknya.

 

“Kalau begitu pergilah.”

 

Kyung Soo mengangguk kemudian beranjak meninggalkan kamar itu. Ia sempat berbalik saat ia sudah berada di depan pintu luar. “Oh ya Baek Hyun. Aku meletakkan kotak makanan di dapur, isinya beberapa kimbab dan sayuran, itu kesukaan Kai. Kuletakkan di atas meja makan tadi.”

 

“Apa maksudmu melakukan itu? Kau ingin mencari perhatiannya lagi?”

 

“Bukan… bukan begitu. Kau boleh mengatakan apa saja padanya. Membelinya di toko mungkin, atau apa saja agar dia tidak tahu bahwa itu dariku. Terserah kau. Aku hanya merasa tidak enak mengunjungi rumah ini untuk mengambil barangku tanpa membawa apapun untuk kalian.”

 

Baek Hyun melipat tangan di dada dan menatapnya dengan alis terangkat.

 

Itu membuat Kyung Soo tertawa kecil. “Tenang saja, itu tidak beracun. Atau kalau kau masih curiga, buang saja. Tidak apa-apa.”

 

“AKu mengerti Do Kyung Soo, jadi bisa kau pergi sekarang? Aku harus istirahat.”

 

“Ah iya, maaf sekali lagi karena mengganggumu.”

 

“Hm…”

 

Dan Kyung Soo pun keluar dari rumah itu, sedikit menoleh saat Baek Hyun sudah menutup pintu untuknya. Bahkan sebelum ia mencapai pagar.

 

Kyung Soo hanya menghela nafas kemudian pergi dari tempat itu dengan langkah pelan. Sebenarnya masih terasa sakit, tapi ia kembali dengan keputusannya. Itu yang terbaik.

 

Tanpa ia ketahui, sebenarnya Baek Hyun masih di depan pintu, dengan tangan kanan masih menggenggam kenop pintunya. Tidak ada yang menarik dari daun pintu itu, hanya saja tatapan Baek Hyun masih fokus di sana. Seperti ada yang berputar di otaknya, dan itu membuatnya mengeluh kemudian memejamkan mata.

 

“Kukira… Kris Hyung akan menitip pesan untukku,” lirihnya kemudian tersenyum pahit. “Untuk apa? Dasar bodoh kau Byun Baek Hyun,” lanjutnya kemudian kembali ke kamarnya. Membanting pintu dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya terasa panas, dan ada rasa ngilu di dadanya. “Kyung Soo pikir hanya dia yang bisa pamer? Lihat saja nanti,” tegasnya dengan nada kesal. Selanjutnya ia memilih tidur. Berharap perasaan menjengkelkan itu lenyap secepatnya.

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

Kai hanya bisa mengerjap beberapa kali melihat tas yang cukup besar yang kini berpindah tangan padanya. Awalnya sudah cukup dikejutkan dengan kehadiran Kris di pelataran parkir gedung tempatnya berlatih dance. Ia pikir Kris akan menghajarnya, tapi justru menitipkan sebuah tas besar yang sepertinya isinya cukup beragam.

 

“Itu semua kebutuhan Baek Hyun. Vitamin, obat-obatan, kotak P3K, kantong kompres air hangat, handuk favoritnya dan keperluan lainnya. Aku sudah menuliskan catatan di dalamnya mengenai dosis dan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya. Oh ya, obat-obatan itu tidak dijual sembarangan di apotek. Kau harus ke klinik tertentu atau sekalian ke Rumah sakit Seoul jika persediaannya habis. Tapi kurasa itu cukup untuk 2 bulan. Ah… di dalam juga ada note kecil yang cukup tebal. Itu semua adalah hal-hal yang tidak boleh dilakukan Baek Hyun, makanan yang harus dia hindari, dan hal-hal apa saja yang bisa memperburuk keadaannya. Sebenarnya masih banyak, tapi yang kutulis adalah hanya hal-hal yang cukup fatal saja jika diabaikan. Kalau kau tidak mengerti dengan itu semua, kau bisa menghubungiku dan akan kujelaskan secara detail.”

 

“Kenapa harus sebanyak ini? Baek Hyun terlihat baik-baik saja selama ini. kondisinya tidak seburuk itu.”

 

“Dia baik-baik saja karena dia cukup penurut. Dan dia tidak akan baik-baik saja dalam waktu yang lama jika mengabaikannya.”

 

Kai hanya bisa mengangguk dan beberapa kali menelan ludah.

 

“Oh iya,” Kris menyerahkan kotak makanan yang cukup besar dengan bungkusan yang rapi. “Itu daging sapi panggang kesukaannya.  Jika dia ingin makan, pastikan dengan potongan-potongan kecil, dia mudah tersedak. Dan kalau dia tidak menghabiskannya, simpan di lemari es. Dan panaskan jika ia ingin memakannya lagi. Ingat, memanaskannya jangan pakai minyak dengan kadar lemak jenuh tinggi, pakai saja minyak sayur dan jangan terlalu lama. Selain karena itu akan merusak bahan makanannya, Baek Hyun juga tidak suka.”

 

Kai kembali mengangguk beberapa kali, entah mengerti atau justru bingung. Ia bahkan cukup takjub bagaimana mungkin Kris bisa sedetail itu mengurus keperluan Baek Hyun selama ini.

 

“Oh ya Kai… kalau sempat, tolong bawa Baek Hyun untuk chek kesehatan di klinik terdekat. Pastikan dokter mengecek saluran pencernaan dan pernafasannya. Sudah 2 bulan sejak terakhir dia cek kesehatan.”

 

“Masih ada lagi?” tanya Kai, sebenarnya lebih kepada jengah. Kris ini seperti menitipkan anaknya, bukan menyerahkan kekasihnya. Kai justru lebih memilih dipukul oleh Kris dari pada diberi beban sebanyak itu.

 

“Sebenarnya masih banyak. Tapi kurasa ini saja sudah cukup.”

 

Oh… sebenarnya seperfect apa Kris menyiapkan semuanya untuk Baek Hyun_keluh Kai dalam hati.

 

“Terima kasih.”

 

“Hm… ya sudah. Kurasa sudah semuanya. Aku pergi dulu, Kyung Soo pasti sudah menunggu,” pamit Kris. Dan kata-kata terakhir itulah yang membuat Kai bungkam dan hanya bisa menatap kepergian mobil Kris dengan tatapan yang… sulit diartikan.

 

“Kyung Soo…” lirihnya kemudian menggeleng beberapa kali sebelum memasukkan semua barang-barang untuk Baek Hyun itu ke dalam mobilnya. “Saatnya menjadi baby sitter,” keluhnya sambil tertawa kecut.

 

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

“Sayang… aku pulang. Kau di rumah?” seru Kai sambil menenteng semua bawaannya. Ia kelihatan cukup kerepotan, dan Baek Hyun yang baru saja keluar dari kamar langsung menghampirinya dan mengambil beberapa barang yang bisa ia bawa.

 

“Apa ini? kau dari mana saja?” tanya Baek Hyun bingung dengan semua barang bawaan Kai.

 

“Latihan dance. Sudah kubilang kan tadi?” balasnya sebelum merah pinggang Baek Hyun dan memberikannya kecupan ringan di bibir.

 

“Maksudku, dari mana kau mendapatkan semua barang ini?”

 

“Ini semua milikmu.”

 

“Apa?”

 

“Hm, dari ayahmu.”

 

“A… Ayahku? Mana mungkin ayahku mau repot-repot menitipkan barang sebanyak ini padaku.”

 

“Maksudku ayahmu yang selama ini bersamamu. Kris Hyung.”

 

Deg~

 

“Apa?”

 

“Sepertinya Kris Hyung cukup jengah dengan semua barangmu yang ada di rumahnya, mungkin rumahnya terasa sesak, makanya dia mengembalikan semua barang-barangmu.”

 

Baek Hyun terdiam, dan rasa hangat yang sempat ia rasakan berubah menjadi sesak. “Oh… Kenapa tidak kau katakan padanya untuk membuangnya saja.”

 

“Ah… aku mana tahu. Dia hanya bilang mungkin kau butuh semua ini. Oh ya, jam berapa sekarang? Saatnya kau minum obat. Ah mana tadi obat sebelum makan malam?”

 

“Apa maksudnya?”

 

“Itu pesan Kris Hyung?”

 

Baek Hyun tersentak, kemudian memperhatikan Kai membongkar isi tasnya dan membaca sebuah note di dalamnya. “Ap… Apa pesannya?”

 

“Ya tentang ini semua. Obat dan vitamin yang kau butuhkan.”

 

“J… Jadi Kris Hyung…”

 

“Hei, jangan berharap lebih. Itu karena dia sudah menyerahkanmu sepenuhnya padaku. Dia merasa bertanggung jawab dengan memberi amanah itu kan? Dia hanya tidak ingin dianggap lepas tanggung jawab begitu saja. Kau tahu kan sifatnya,” ucap Kai yang jelas saja sedikitpun tidak ada yang benar.

 

Baek Hyun mengatupkan rahangnya rapat-rapat, kemudian mengangguk.

 

“Jadi, minum obatmu dulu, baru kita makan. Dia menitipkan daging sapi panggang untuk makan malam. Yah, sebagai rasa syukur mungkin karena bebannya sudah hilang.”

 

Baek Hyun memejamkan mata dan menghembuskan nafas panjang. “Aku tahu. Karena Kyung Soo juga melakukan hal yang sama.”

 

Kai tersentak, seketika menghentikan kegiatannya memilah beberapa pil dan vitamin untuk Baek Hyun. “Maksudmu?”

 

“Seperti katamu. Kris Hyung berniat menghilangkan semua hal yang berkaitan denganku agar bebannya terlepas. Kyung Soo juga. dia datang ke sini mengambil barangnya tanpa sisa agar tidak ada yang tertinggal antara kau dan dia. Ah… dan sebagai ucapan terima kasih katanya, dia membawakanmu kimbab.”

 

Kai terdiam, kemudian mengangguk beberapa kali. Ada sakit di sudut hatinya, dan itu ia elakkan dengan tertawa getir. “Ya sudah, bagaimana kalau dirayakan saja. Kimbab dan sapi panggang itu lumayan.”

 

Dan Baek Hyun ikut tertawa, kemudian memeluk Kai dengan membenamkan wajahnya di sana. Tidak ingin Kai melihat bahwa ia mati-matian menggigit bibirnya agar tangisnya tidak pecah.

 

Apa akhirnya akan seperti ini? apa ini yang kuimpikan?__ batinnya.

 

♣♣♣

 

 

Kyung Soo tersenyum saat melihat Kris sedang menatap ponselnya cukup lama. Ia tahu bahwa ‘kekasihnya’ itu sedang menantikan telepon dari seseorang.

 

“Mungkin Baek Hyun sedikit gengsi mengucapkan terima kasih, jadi dia mana mungkin menelpon. Kau tahu kan Hyung?”

 

“Hm, kau benar__ eh… apa maksudmu? Aku tidak  menunggu telepon dari Baek Hyun.”

 

Kyung Soo akhirnya tertawa setelah melihat tingkah Kris yang tertangkap basah. “Kalau bukan Baek Hyun, siapa lagi? Aku tahu karena aku juga sama. Setidaknya ucapan terima kasih sudah cukup. Walaupun mereka membuang kita, sifat manusiawi tetap berlaku kan?”

 

Kris menghela nafas panjang kemudian menghampiri Kyung Soo yang bersantai di sofa ruang tengah. Kyung Soo sedikit bergeser agar Kris bisa duduk di sebelahnya dan meraihnya dalam rangkulan mesra. “Kalau begitu lupakan saja. Mungkin saking bencinya mereka pada kita, bahkan ucapan terima kasih tidak layak untuk kita. Lagi pula, kenapa harus mengharapkan ucapan terima kasih? Ah bodoh sekali.”

 

Kyung Soo masih tertawa kecil dan menggumam beberapa kali. “Oh ya Hyung…”

 

“Ya?”

 

“Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu tapi kau jangan terlalu cemas.”

 

Kris menoleh, dan menatap Kyung Soo. “Tentang Baek Hyun?”

 

Kyung Soo mengangguk pelan. “DIa memang sakit. Kulihat wajahnya sangat pucat, mungkin juga demam karena aku melihat ada beberapa obat penurun panas di meja tidurnya. Dia… sedikit kurus.”

 

Kris terdiam. Menelan ludahpun susah payah.

 

“Hyung…”

 

“Aku sudah menitipkan obatnya pada Kai. Dia akan baik-baik saja.”

 

“Hm, semoga begitu.”

 

“Oh ya Kyung Soo.”

 

“Hm?”

 

“Kai juga tampak kurus.”

 

Kini Kyung Soo yang terdiam.

 

Kris yang menyadarinya hanya tersenyum kemudian meraih Kyung Soo lebih rapat ke pelukannya. “Mereka akan baik-baik saja. Itu pilihan mereka. Sekarang tersenyumlah atau aku akan memaksamu.”

 

Kyung Soo langsung mendongak kaget, “Eh?”

 

“Aku serius.”

 

Dan itu Kris buktikan dengan menggelitiki Kyung Soo. Dan sebenarnya, ia hanya tidak ingin bilang bahwa itu kebiasan lamanya jika ia sudah terlalu gemas dengan tingkah lucu Baek Hyun.

 

Pemuda mungilnya yang sialnya sangat ia rindukan.

 

 

♣♣♣

 

 

 

Baek Hyun masih belum pulih total, tapi ia memaksakan dirinya ke kampus. Itupun harus dengan Kai yang terus merangkul pinggangnya.

 

“Kau yakin kalau kau baik-baik saja? Wajahmu masih sangat pucat,” tegur Kai saat ia mengantar Baek Hyun menuju kelas pertamanya.

 

“Hei, kulitku memang pucat. Sudah dari bayi seperti ini. Kulitmu saja yang gelap, jadi jangan membandingkannya.”

 

“Bukan tentang kulit Baek Hyun. Aku masih bisa membedakan mana wajah orang sehat dan orang yang sedang sakit.”

 

Baek Hyun memutar bola mata cukup kesal. “Berhentilah mengeluhkan keadaanku Kai. Aku baik-baik saja. Okay…”

 

Kai hanya bisa menghela nafas dan melanjutkan langkahnya bersama Baek Hyun. Dan seketika, mereka berhenti saat pemandangan cukup ganjil ditangkap oleh mereka. Sebenarnya itu lumrah, karena baik Kai maupun Baek Hyun sudah jelas tahu bahwa Kris dan Kyung Soo kini adalah sepasang kekasih. Tapi… pemandangan di mana Kris merangkul mesra pundak Kyung Soo menyusuri pelataran parkir menuju gedung fakultas Ekonomi. Kyung Soo terlihat sangat ceria, sesekali memukul ringan dada Kris yang mungkin saja sedang menceritakan sebuah lelucon yang Baek Hyun yakin kesemuanya sudah pernah ia dengar.

 

Kai sendiri cukup takjub dengan ekspresi riang Kyung Soo. Setahunya, ia tidak pernah melihat kekasihnya seceria itu jika bersamanya. Baiklah, mereka memang mempunyai masa-masa indah bersama, tapi ia tidak pernah melihat Kyung Soo tertawa selepas itu. Apa benar Kyung Soo begitu bahagia?

 

“Kai…” tegur Baek Hyun membuat kekasihnya itu tersentak.

 

“Ah ya?”

 

“Ayo. Kenapa kau berhenti?” tanya Baek Hyun, padahal kenyataannya bukan hanya Kai yang refleks berhenti.

 

“B… Baiklah. Ayo! Hati-hati langkahmu.”

 

Dan itu membuat Baek Hyun tertawa kecil. “Kau seperti sedang menuntun istrimu yang sedang hamil saja.”

 

Cukup membuat Kai ikut tertawa dan mencubit puncak hidung Baek Hyun. “Mungkin saja. Kita cukup rutin melakukannya tanpa pengaman, kau mungkin sedang hamil.”

 

Baek Hyun memutar bola matanya dan melengos tanpa melepas tawanya dari lelucon tidak lucu itu. “Jadi cepatlah, sebelum aku keguguran.”

 

Kai semakin tertawa dan kembali mengiringi langkah Baek Hyun menuju kelas. Kai sedikit lega karena ia sadar bahwa pilihannya tidak salah. Ada Baek Hyun di sisinya, dan dia sudah sempurna dengan kehidupannya yang sekarang. Masa bodoh dengan Kyung Soo.

 

Kekasih mungilnya.

 

♣♣♣

 

 

 

Baek Hyun POV

 

 

Sial

 

Aku sedang mengerjakan soal-soal kuis sialan itu saat rasa sakit yang familiar mulai menjalar di sekitar perutku. Aku tahu ini pasti masih dampak dari alkohol yang kutenggak habis-habisan waktu itu. Dan parahnya, aku tidak menyentuh semua obat dan vitamin yang Kris Hyung kirimkan untukku melalui Kai. Aku tahu aku bodoh, tapi aku benci semua itu. Aku benci karena Kris Hyung mengirimkan semua obatku bukan karena ia mencemaskanku, tapi karena ia ingin membuang semua hal yang berkaitan denganku. Lalu apa alasanku untuk menyentuh benda terbuang itu? Jika aku menyentuhnya, maka sama saja aku memposisikan driku sebagai orang yang terbuang.

 

Tidak akan!

 

“Argh…” keluhku tertahan. Sakitnya makin menjalar naik seperti menembus dadaku. Dan aku hapal symptom ini. aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi tanpa mengosongkan isi lambungku. Masa bodoh dengan kuis.

 

“Hei Byun Baek Hyun!!! Mau kemana kau? Apa kau sudah menyelesaikan semua soalmu?”

 

Aku mengabaikan teriakan Pak Jung dan berlari keluar kelas menuju toilet terdekat. Aku jelas tidak mau menanggung malu dengan muntah di dalam kelas dengan puluhan siswa ada di dalam kan. Lagipula aku sudah mengerjakan soalku lebih dari setengah. Minimal aku bisa dapat nilai C. Aku tidak peduli.

 

Kuterjang pintu toilet begitu aku sudah sampai di sana. Beberapa pria yang ada di dalam langsung menoleh kaget padaku, jelas tidak kupedulikan karena aku langsung menyerbu washtafel terdekat dan muntah habis-habisan di sana. Bisa kudengar mereka semua mengeluh dan langsung meninggalkan toilet dengan pandangan jijik. Masa bodoh dengan mereka. Aku hanya perlu mengeluarkan semua makanan yang ada di lambungku agar aku bisa lebih baik.

 

Makin hari frekuensi muntahku meningkat, dan tidak hanya di pagi hari, terkadang aku harus bangun tengah malam untuk mengeluarkan semua isi lambungku. Dan terkadang aku harus meminum 3 tablet analgetik sekaligus jika sakitnya tidak bisa kutahan. Kupikir, aku akan baik-baik saja jika aku tidak menyentuh minuman dalam waktu dekat ini.

 

Kai juga tidak boleh tahu akan hal ini. dia sudah terlalu banyak kurepotkan. Aku tidak ingin menjadi kekasih yang membawa beban untuknya. Kami bersama untuk bahagia. Hanya bersama Kai aku bisa mementingkan egoku. Kris Hyung terlalu banyak mengaturku. Aku benci.

 

Benci…

 

Benci?

 

Kupejamkan mataku saat rasa sakit kini berpindah di dada kiriku. Kondisiku tidak pernah separah ini jika ada Kris Hyung di sisiku. Aku sadar itu tapi…

 

Tidak…

 

Ini pilihanku. Sakit itu lumrah dirasakan setiap manusia. Tidak ada manusia yang tidak pernah sakit. Itu benar… lagipula, Kai semakin memperhatikanku saat aku sakit. Itu justru bagus untuk hubungan kami. Benar… semuanya sudah sangat benar. Aku tidak butuh Kris Hyung di sisiku. Aku sudah bahagia bersama Kai.

 

Bahagia…

 

Bahagia?

 

Dan tanpa kusadari air mataku justru menetes. “Brengsek…” pekikku tertahan, namun tidak berlangsung lama saat aku kembali merasakan mual dan akhirnya kembali muntah dalam jumlah banyak.

 

 

♣♣♣

 

 

 

Aku baru sanggup meninggalkan toilet setelah tidak adalagi yang kurasakan tertinggal di lambungku. Muntah sebanyak itu betul-betul menjijikkan. Tenggorokanku sampai ikut sakit karenanya. Lambung sialan. Ini karena Kris Hyung terlalu memanjakanku. Seandainya saja Kris Hyung tidak membatasi apapun yang masuk ke perutku, lambungku tidak akan selemah ini. Aku bisa menjadi sekuat Kai yang bisa menghabiskan beberapa botol minuman dalam sehari dan hanya membuatnya mabuk satu malam. Ya… ini semua jelas salah Kris Hyung.

 

Dan sialnya, pria itu justru tengah berdiri di depan kelasku bersama Kyung Soo yang sedang tertawa dengan jeleknya. Oh… apa-apaan mereka. Apa tidak ada tempat lain untuk bermesraan? Apa tidak cukup waktu yang mereka gunakan di rumah? Oh, aku jelas tidak lupa bagaimana pecundangnya Kris Hyung. Selama hampir 5 tahun berpacaran dengannya, aku bisa menghitung dengan jari berapa kali kami melakukan hubungan sex. Dia terlalu… yah sudah kubilang pecundang. Aku yakin Kyung Soo akan menyadarinya suatu saat.

 

“Ah, itu Baek Hyun.”

 

Sial, Kyung Soo melihatku. Dan dia melambai padaku. Oh astaga, betapa angkuhnya dia. Apa yang bisa dia banggakan setelah dibuang oleh Kai dan dipungut oleh mantan kekasihku?

 

Dan apa yang dia lakukan dengan berlari ke arahku. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya dengan wajah cemas.

 

Cemas?

 

Oh rasanya aku kembali ingin muntah. Apa dia pantas merasa cemas setelah dia merebut Kris Hyung dariku?

 

 

Deg~

 

Ma… maksudku…

 

Tidak…

 

Aku tidak…

 

Astaga… pikiran bodoh apa itu? Aku yang membuang Kris Hyung. Dan mereka sama-sama terbuang. Hahaha lucu sekali.

 

“Baek Hyun, kau baik-baik saja?” suara Kyung Soo mengagetkanku, dan aku kembali tersadar.

 

“Iya, aku baik-baik saja. Kenapa?” tanyaku dengan suara diketuskan.

 

“Aku khawatir terjadi sesuatu padamu. Tadi kau tampak gelisah di dalam kelas dan wajahmu sangat pucat. Kupikir kau__”

 

“Aku tidak apa-apa, dan kau tahu Do Kyung Soo, itu bukan urusanmu.”

 

“Tapi aku mencemaskan keada__”

 

“Kubilang bukan urusanmu!” bentakku kemudian menepis tangan Kyung Soo dari pundakku dan mendorongnya.

 

Percaya sesuatu? Aku terkejut bukan main saat melihat Kyung Soo tersungkur ke belakang dan terjatuh dengan mendarat telak di lantai. Aku akui, aku memang kasar, tapi selama hidupku aku tidak pernah menunjukkannya dengan perbuatan langsung. Aku… aku bahkan tidak sadar kenapa aku bisa mendorong Kyung Soo hingga ia terjatuh. Aku sungguh…

 

“Kau tidak apa-apa?” Kris Hyung datang dan langsung membantu Kyung Soo berdiri.

 

Aku sempat mengira pertanyaan itu untukku. Atau mungkin berharap? Oh… itu sungguh gila. Tapi betapa memuakkannya pemandangan itu saat kulihat wajah khawatir Kris Hyung sambil memapah Kyung Soo. Demi Tuhan, Kyung Soo pasti tidak merasakan sakit, telapak tangannya hanya lecet sedikit karena mendarat lebih dulu di lantai. Hanya itu. Tapi yang kudapat adalah….

 

“Apa yang kau lakukan Byun Baek Hyun?” bentak Kris Hyung padaku.

 

Sekali lagi…

 

Kris Hyung membentakku.

 

MEMBENTAKKU!!!

 

Selama aku mengenalnya, tidak pernah lelaki itu mengeluarkan nada tinggi padaku. Tapi karena Kyung Soo!!! Hanya karena luka lecet kecil di tangannya… Kris Hyung membentakku? Dan… dia menyebut namaku dengan sangat lengkap. Oh…

 

Lelucon ini sungguh memuakkan.

 

“Kenapa? Kau marah karena aku menyakiti kekasihmu?” tanyaku dengan nada meledek. Tenggorokanku sangat sakit, dan aku tidak bercanda. Mataku bahkan mulai terasa panas. “Itu karena dia terlalu banyak ikut campur. Jadi bawa saja kekasihmu pergi dari sini sebelum dia semakin terluka.”

 

“Baek Hyun!!!”

 

“Kenapa heum?” sial… kenapa Kris Hyung masih membentakku? Apa itu berarti bentakan tadi murni dan bukan tidak disengaja? Dan kenapa pandanganku mulai kabur?

 

“Kau tidak seharusnya sekasar itu pada orang yang tulus mengkhawatirkanmu. Kita tidak diajarkan seperti itu Baek Hyun.”

 

Kupikir dia akan minta maaf karena membentakku. Tapi apa yang dia lakukan? Dia menceramahiku layaknya aku masih anak-anak. “Oh… maaf kalau begitu. Mungkin waktu itu aku melewatkan pelajaran etikaku. Aku permisi,” pamitku karena aku sudah merasakan ada yang menetes di pipiku. Dan aku harus pergi sebelum ada yang menyadari itu.

 

“Baek Hyun….”

 

Kudengar Kyung Soo memanggilku, tapi aku tidak peduli.

 

“Sudahlah Kyung Soo, dia tidak akan mempedulikanmu. Biarkan saja dia.”

 

Itulah kalimat terakhir Kris Hyung yang kudengar sebelum aku berbelok di perempatan koridor dan kembali ke toilet. Kali ini bukan untuk memuntahkan isi perutku.

 

Tapi mengeluarkan semua persediaan air mataku.

 

Kris Hyung betul-betul telah pergi dariku.

 

 

♣♣♣

 

 

 

Kyung Soo  POV

 

 

Ini sudah beberapa jam sejak Kris Hyung masuk ke dalam kamarnya. Kupikir dia terlalu lelah karena kuliah hari ini sangat padat, bahkan sampai sore. Tapi sebenarnya aku tahu, ada yang sedang ia pikirkan. Tentu saja tentang kejadian tadi siang di kampus. Bagaimana Kris Hyung membelaku di depan Baek Hyun. Di depan orang yang kurasa masih sangat ia cintai.

 

Tidak bisa kupungkiri, aku senang. Setidaknya Kris  Hyung tidak dibutakan cinta untuk memilih hal yang benar. Bukan tentang membentak Baek Hyun, demi Tuhan aku juga merasa bersalah saat melihat Baek Hyun terkaget karena bentakan Kris Hyung. Aku hanya bepikir, setidaknya Kris Hyung tidak main-main saat ia mengatakan akan melindungiku dari mereka yang ingin menyakitiku.

 

Aku… senang.

 

 

Aku sedikit tersentak saat kulihat pintu kamarnya terbuka. Aku beranjak dari sofa ruang tengah dan berlari untuk menggandeng lengannya. “Kau tidak apa-apa Hyung?”

 

“Iya… Aku ketiduran.”

 

Aku tahu dia bohong. Tidak ada tanda-tanda kalau dia baru saja bangun tidur. “Pasti lelah sekali. Aku sudah menyiapkan makan malam.”

 

Ia tersenyum, dan itu senyum yang dipaksakan. “Terima kasih. Kau sudah sangat repot belakangan ini karena aku jarang memasak.”

 

“Itu hobiku. Akan sangat ganjil kalau yang mengurus urusan rumah itu kau, dan aku yang bersantai-santai.”

 

Ia masih tersenyum seperti tadi. Dan itu membuatku cukup cemas karena tidak bisa membuatnya lebih baik. “Hyung… ingin kubuatkan minuman hangat?”

 

“Tidak perlu Kyung Soo-ya. Kita makan saja, aku sangat lapar.”

 

“Baiklah…” akupun berseru girang sambil menggandeng Kris Hyung menuju ruang makan. Dengan cekatan menyiapkan makanan untuknya bahkan untuk hal-hal terkecil sekalipun seperti tusuk gigi karena aku memasak steak sapi kali ini.

 

“Kenapa kau tidak masuk saja di bidang kuliner. Masakanmu tidak pernah ada kekuarangan sedikitpun. Semuanya sempurna.”

 

Aku tertawa mendengar pujiannya. Sesekali membantu Kris Hyung menyeka bibirnya dengan tissue saat kulihat mulutnya belepotan saos. “Ini hanya sekedar hobi. Aku tidak pernah berpikir untuk menjadi koki handal.”

 

“Tapi… Aku juga tidak rela kalau kau memasak untuk orang lain. Rasanya sudah sangat bangga kalau kau memasak spesial untukku saja.”

 

“Egois sekali,” ledekku.

 

“Biarkan saja. Kau kan kekasihku sendiri.”

 

“Ya ya ya… semua orang tahu.”

 

Dan Kris Hyung kembali menikmati masakanku. Sebenarnya cukup beruntung aku pandai memasak, karena masakanku bisa mengembalikan mood Kris Hyung seperti sedia kala. Ia sudah tersenyum seperti biasanya, dan itu cukup membuatku lega. Artinya…

 

Saatnya membahas Baek Hyun.

 

“Hyung…” tegurku sangat lembut.

 

“Hm…”

 

“Soal tadi siang, kurasa Baek__”

 

“Oh ya, bagaimana tanganmu? Masih sakit?”

 

Dia mengalihkan pembicaraan. “Dibandingkan dengan tanganku, kurasa Baek Hyun lebih sakit . Dia sudah kurang sehat sejak awal, ditambah aku yang mengganggunya, terlebih kau membentaknya, kupikir kita sudah keterlaluan.”

 

“Dia pantas. Kau sudah mencemaskannya tapi dia sama sekali tidak menghargaimu.”

 

“Itu karena aku datang di waktu yang tidak tepat.”

 

Kris Hyung meletakkan garpu dan pisaunya di atas meja. Meneguk segelas air kemudian menatapku cukup serius. “Berhenti menyalahkan dirimu Kyung Soo-ya. Kau sudah melakukan hal yang sepantasnya dilakukan seorang sahabat. Aku jelas marah melihat kau diperlakukan seperti itu. Itu wajar, karena aku kekasihmu.”

 

“Tapi Baek Hyun__”

 

“Baek Hyun akan menyadari kesalahannya. Teguran itu sudah cukup lembut untuknya.”

 

Aku menyerah. Kris Hyung sama sekali tidak ingin membahas ini denganku. Tapi sebenarnya aku sangat tahu, jauh di lubuk hati Kris Hyung yang terdalam, dia menyesal telah membentak Baek Hyun.

 

 

 

♣♣♣

 

 

 

Pagi itu seperti biasanya, aku dan Kris Hyung sedang sarapan sambil mengobrol. Obrolan kami masih seputar film yang kami tonton semalam. Sebenarnya itu film kategori dewasa, dan umur kami jelas sudah cukup untuk memaknainya.

 

Maksudku, semalam Kris Hyung berhasil membuat wajahku semerah apel ketika ia membahas hal yang cukup… membuatku malu. Itu tentang… hubungan sex yang sampai detik ini kami belum berpikiran ke sana. Bukan berarti aku menjadikannya pengecualian dalam hubungan kami, hanya saja Kris Hyung memang cukup berhati-hati, dan kini aku tahu kenapa Baek Hyun selalu membahas itu. Tapi tidak dengan tadi malam. Aku tahu dia mengatakan semua hal itu hanya untuk menggodaku, dan demi Tuhan dia berhasil membuatku berteriak dan lari ke kamar mandi karena malu.

 

“Oh ya Kyung Soo, apa tehnik berciuman yang keren itu harus menggunakan manuver lidah? Bagaimana kalau kita coba.”

 

Itu belum seberapa dibandingkan perkataannaya tentang…

 

“Bagaimana solusimu kalau saja kita sedang berhubungan intim dan kau lebih dulu mencapai orgasmemu? Kau tidak akan meninggalkanku begitu saja kan?”

 

Atau…

 

“Doggy style tidak terlalu buruk sebenarnya, hanya saja itu sedikit mengurangi gairah karena aku tidak bisa melihat wajahmu kalau kau sudah sampai pada klimaksmu.”

 

Apa Kris Hyung juga menggoda Baek Hyun dengan cara seperti itu? Membayangkannya saja aku bisa mati karena malu. Kris Hyung sungguh… aghhh… aku tahu itu dia lakukan agar aku berhenti mengajaknya membahas kejadian kemarin. Tentu saja tentang dia yang membentak Baek Hyun di hadapan orang banyak. Dan jujur saja aku betul-betul menyerah dan kapok untuk membahasnya. Beruntung pagi ini dia sudah tidak membahas hal-hal yang vulgar, ini lebih kepada bagian komedinya. Dan itu lebih membuatku sedikit lega jika membahasnya.

 

“Oh ya, kuliahmu jam berapa?” tanya Kris saat aku menyuguhkannya segelas susu.

 

“Jam 10 Hyung, kenapa?”

 

“Hari ini kuliahku kosong. Mungkin aku mengantarmu saja, setelah itu aku ke supermarket untuk membeli bahan makanan.”

 

“Memangnya sudah habis? Bukankah kita baru-baru ini selesai berbelanja?”

 

“Bukan bahan makanan pokok. Aku hanya ingin kau membuatkanku pasta lagi.”

 

“Oh, kenapa tidak sekalian saja setelah aku pulang kuliah? Kita bisa pergi bersama.”

 

“Kau tidak lelah?”

 

“Tidak sama sekali. Dulu bahkan kegiatanku lebih padat. Dan kadang aku harus pergi sendiri ke supermarket kalau Kai tiba-tiba saja ingin makan sesuatu dan bahannya kosong di rumah.”

 

Kris menghentikan gerakannya mengunyah makanan dan menatapku. Aku bahkan tidak menyadari kelalaianku kalau saja aku tidak menatap matanya langsung.

 

“Ah, maksudku… itu dulu. Aku tidak bermaksud membawa Kai dalam obrolan kita. Hanya… eum bagaimana menjelaskannya.”

 

“Tidak apa-apa. Aku hanya… entahlah. Rasanya familiar sekali. Kupikir karena anak itu tidak akan mengusikku lagi setelah mendapatkan apa yang seharusnya milikku. Tapi… entah kenapa aku merasakannya lagi.”

 

“Merasakan apa?”

 

“Cemburu, tentu saja.”

 

Aku terbatuk cukup telak, kemudian meraih air minum dan meneguknya cepat-cepat.

 

“Kau kenapa?” tanya Kris sambil menyodorkan serbet untukku.

 

Aku menggeleng beberapa kali dan berusaha mengatur nafas. “Hanya terkejut.”

 

“Kenapa terkejut?”

 

Aku memejamkan mataku sejenak setelah berhasil menguasai diriku.  “Itu… cemburu,” lirihku hati-hati.

 

“Iya, aku cemburu. Lalu bagian mananya yang salah?”

 

“Kupikir kau tidak akan cemburu karena aku.”

 

“Kenapa tidak bisa? Kau kekasihku kan? Aku sedikit berpikir, kalau kali ini aku tidak tegas dan anak brengsek itu merebut milikku lagi, aku tidak akan tinggal diam.”

 

Entahlah, ada sesuatu yang hangat menjalar di hatiku, dan pipiku merasakan hal yang sama. “Boleh kuakui satu hal Hyung?”

 

“Apa itu?”

 

Aku berdehem sejenak kemudian menunduk. “Terkadang, aku juga merasa cemburu saat kau dengan terang-terangan menunjukkan sikap pedulimu pada Baek Hyun. Maksudku… aku tahu kalau hubungan kalian lebih lama dibandingkan aku dan Kai. Tapi… entahlah, perasaan itu tetap saja ada. Dan aku sedikit bingung bagaimana mengatasinya.”

 

Kris terdiam, dan aku khawatir telah mengatakan hal yang tidak seharusnya ia dengar.

 

“Ta… Tapi aku tidak apa-apa. Karena aku tahu itu lumrah. Siapapun tidak akan bisa menyangkal kalau kau…” ucapanku terhenti saat Kris berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiriku yang berada di seberang meja. Aku sedikit mengerutkan keningku karena kebingungan. “Masih mencintai Baek Hyun,” lanjutku dengan suara sangat lirih.

 

Kris tidak membalasku, ia hanya meraih daguku dengan sisi jari telunjuknya, membuatku mendongak agar aku bisa menatapnya. Dan dengan sedikit membungkuk ia berhasil menggapai bibirku dan memberikanku ciuman yang….

 

Sangat lembut.

 

Ini…

 

Ketiga kalinya kami berciuman. Tapi entahlah… aku merasakan sensasi luar biasa pada ciuman ini.

 

Seperti…

 

Aku tidak bisa menjelaskannya. Ini sungguh berbeda… sangat jauh berbeda dari cara Kai menciumku yang terkadang membuatku kesulitan bernafas. Cara Kris menciumku seperti membawaku pada sebuah dimensi yang membuatku lupa pada apa saja yang berada di sekelilingku. Demi Tuhan, ini sungguh lembut… sungguh… menguasai hatiku. Dan aku sedikit kecewa saat Kris lebih dulu menarik bibirnya itu.

 

“Aku senang.”

 

Itu ucapannya. Singkat, namun tidak jelas apa maknanya.

 

“Senang?” dan aku mengutarakan kebingunganku.

 

“Iya, aku senang karena kau cemburu. Itu artinya… kau tidak hanya sekedar suka padaku.”

 

Dan sekali lagi pipiku memanas. Mungkin akan kukatakan ini untuk kesekian ribu kalinya.

 

Byun Baek Hyun… sebodoh apa kau?

 

“Karena hubungan ini tidak hanya dilandasi dengan rasa suka saja kan Hyung? Apa ini terlalu cepat kalau kukatakan… aku mencintaimu?” tanyaku sambil menggigit bibir bawahku.

 

Dan senyuman Kris memperparah kondisi hatiku. Kenapa dia begitu memperdayaku? “Harusnya kau katakan sejak lama. Dan aku juga akan mengatakannya lebih awal.”

 

“Mengatakan apa?”

 

“Aku juga mencintaimu.”

 

Baiklah… aku cukup beruntung dengan pertahanan tubuhku, karena kalau tidak… aku akan pingsan saat ini juga. “Hyung…”

 

“Aku serius dengan hubungan ini. Dan aku sudah memutuskan. Apapun yang terjadi, aku tidak akan menoleh ke belakang. Kyung Soo… jadilah milikku sepenuhnya.”

 

Tidakkah ini berlebihan Tuhan? Bagaimana aku sanggup mengendalikan perasaanku kalau Kris sudah seperti ini di hadapanku? Bagaimana aku bisa…

 

“K… Kyung Soo? Kenapa kau menangis? Apa aku mengatakan hal yang membuatmu terluka?” tanya Kris panik. Dan itu sebagai bukti betapa bodohnya aku.

 

Aku menggeleng sangat cepat, menghindari kemungkinan Kris akan tersinggung karena sikap bodohku. “Ini terlalu banyak Hyung…”

 

“Apanya?”

 

“Aku… Aku tidak bisa menyangka akan seberuntung ini. aku…”

 

Dan berikutnya ia tertawa sebelum meraihku dalam pelukannya. Posisinya yang lebih tinggi dariku terlebih aku yang sedang duduk tampak sedikit menyusahkannya. Dan aku tidak heran saat Kris justru menggendongku menuju ruang tengah. Kris duduk di sofa, sementara aku masih dalam pelukannya. Di pangkuannya.

 

“Kuharap aku bisa memberikanmu yang terbaik. Yang sesuai dengan keinginanmu. Karena terakhir aku melakukan hal yang kukira akan membahagiakan kekasihku, ia justru merasa tertekan. Jadi, jika suatu saat kau jengah dan merasa aku sangat berlebihan, tolong tegur aku.”

 

Aku menggeleng pelan. Masih membenamkan wajahku di bahunya. “Tidak Hyung… ini sudah lebih dari cukup. Jangan pernah berubah karena alasan apapun. aku hanya ingin seperti ini. terus bersamamu.”

 

Dan kurasakan Kris Hyung semakin memelukku dan mengecup pundakku. “Aku mengharapkan hal yang sama. Jangan meninggalkanku hanya karena kau tidak menemukan apa yang kau mau padaku.”

 

Sekali lagi aku menggeleng. Menikmati aroma maskulin favoritku dari tubuh Kris. “Tidak Hyung… tidak akan.”

 

 

tbc

 

ALF cuap cuap: ternyata bersambung kawan kawan. bagaimana ini? apakah ALF harus ditampar pake soekarnohatta? yuk marih…
dan sialnya, ALF butuh satu bahkan dua chapter lagi untuk menyelesaikan ini. atau, 1 chapter plus epilog. entahlah…

 

52 respons untuk ‘Not Behind Me || KrisDo-KrisBaek||KaiBaek-KaiSoo || Chapter 3

  1. Ini udah kali kesekian aku baca ini lagi huhuhuhu terakhir update tiga tahun lalu, sampe lupa pw email gw dulu pas komen
    IT SEEMS A BIT IMPOSSIBLE BUT I STILL HOPE YOU WILL CONTINUE THIS MASTERPIECE KAK ALF OMG HSHSHSHSHSHSH IM BEGGING YOU 😭😭😭 sama NRL juga itu paling ditunggu aaaaaaaaaaa

Tinggalkan komentar