Amaterasu (The Undying Flames)|| ChanBaek || Chapter 1


 

amaterasu 8

ChanBaek Fanfiction

Tittle: Amaterasu (The Undying Flames) – Sequel Avenger’s Fault

Author: AyouLeonForever

Cover pic/poster edited by: AyouLeonForever

Genre: Yaoi, Romance, Thriller, crimes, Tragedy

Length: Chaptered- Sequel

Rating: T, NC 17 (untuk adegan kekerasan dan darah-darahan(?), dan juga… ehem, a lil’ bit lime, maybe *evil smirk).

Main Cast:

  • Park Chan Yeol
  • Byun Baek Hyun
  • Kim Jong In/Kai
  • Lu Han
  • Wu Yi Fan/Kris

Support Cast:

  • Oh Se Hun (yang dalam cerita ini udah almarhum)
  • Do Kyung Soo
  • Kim Joon Myun Myeon /Su Ho
  • Dan seseorang yang akan diungkap di akhir cerita.(sok misterius)

Disclaimer: GOD

Copyright: AyouLeonForever

Summary: dendam itu masih membara, dan belum padam sedikitpun sampai kau mengatakan bahwa adikku tewas saat menjalankan tugasnya sebagai seorang Avenger. Kau bilang dia melakukan kesalahan, hingga ia tewas dalam tragedi itu. kini… dendamku semakin membara, tidak akan padam hanya dengan perasaan menjijikkan yang kau sebut cinta. Kobaran api dendam di hatiku ini tidak akan padam… selamanya, bahkan jika aku sudah melenyapkan nyawa namja itu. namja yang menjerat adikku dalam sebuah perasaan terkutuk bernama cinta!Dan dengan alasan yang sama ia renggut nyawa adikku dalam kenaifannya.

 

ALF special Note: pasti pada bingung ama judul nih FF. Amaterasu…. apakah gerangan? Mungkin ada sebagian yang tahu, jikalau dirimu adalah Naruto mania seperti diriku, maka kau akan tahu dengan sangat pasti *plak.

Jadi ana gak bakal bahas jurus Mangekyou Sharingan yang udah pasti kalian semua gak bakal ngerti.  Langsung aja ke Amaterasu-nya. Jadi Amaterasu ini adalah sebutan dari kobaran api yang gak bisa padam. Dengan kata lain, kobaran api ini kekal. Yah, jadi hubungannya dengan cerita ini adalah, seperti Amaterasu, dendamnya si tokoh utama di sini gak bakal padam sampai kapanpun (anggap saja begitu). Oke… keanya ana kebanyakan bacot, langsung aja ding. Becikot… eh… bekicot…. eh, cekidot…

 

 

AMATERASU

Author POV

 

Baek Hyun meletakkan sebuket mawar putih di atas pusara mendiang kekasihnya yang sangat ia cintai, sudah dua bulan lebih sejak kematian kekasihnya, tapi ia tak juga sanggup menerima kenyataan bahwa namja bernama Park Se Hun telah pergi dari sisinya.

Entah untuk keberapa kalinya, Baek Hyun menyeka air matanya yang makin lama kian menderas. “Aku membutuhkanmu Se Hunnie, sangat membutuhkanmu. Aku begitu kalut dengan keadaan saat ini. perusahaan Appa… aku tidak bisa menanganinya sejak mereka meremehkanku. Aku harus apa? Aku harus bagaimana?”

Kyung Soo sahabatnya yang selama ini menemaninya sebenarnya tidak tega melihat keterpurukan Baek Hyun. Tapi ia tidak punya daya sedikitpun, bahkan untuk menghiburBaek Hyun karena ia seolah kehilangan jati dirinya. Wajah malaikatnya kini tak lagi memancarkan senyuman, hanya raut kesedihan mendalam di sana.

“Sudah sore Baek Hyun-ah. Ayo kita pergi,” ajak Kyung Soo.

Baek Hyun menghela nafas, kemudian mengangguk. “Maaf, telah merepotkanmu.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

Kris tengah menikmati cocktail yang dibuat oleh bartender khusus di bar pribadi miliknya. Kai masih setia duduk di sana, mengamati sang boss dengan waspada.

“Jadi, kapan dia akan tiba di Beijing?” tanya Kris santai.

Kai melirik arlojinya. “Kuperkirakan 4 jam lagi Sajangnim, berhubung anda baru menyampaikan kabar tentang kematian adiknya kemarin.”

Kris tertawa. “Aku jadi sangat penasaran mengenai apa yang dia dapat selama di Argentina.”

Sajangnim… hati-hatilah.”

Kris menoleh. “Aku tahu, 2 tahun di Argentina jelas sudah membentuk pribadi anak itu lebih keras lagi, karena kudengar, dia berhasil menjadi musuh bebuyutan Polisi di sana. Jadi tidak menutup kemungkinan anak itu bisa saja membunuhku saat ia datang, tapi… aku punya senjata untuk menghadapinya. Lagipula…” Kris mengangkat alis. “Aku masih mempunyaimu untuk melindungiku.”

Kai membungkuk. “Dengan segenap hidupku Sajangnim.”

Kris tertawa, semakin keras. “Ini akan semakin menarik, Kai. Karena dendam yang dimilikinya kini beratus-ratus kali lipat dari sebelumnya, hanya menambahkan sedikit bumbu dan… BHOOOWWWW…. dendam itu akan semakin membara.” Kris melanjutkan tawanya bagai orang kesetanan.

 

*~~Amaterasu~~*

 

Seorang namja tinggi berwajah tampan keluar dari sebuah taxi dan membanting pintunya.

“Tuan… ongkos taxinya…”

Ia  menoleh. “Arrrggghhhh…” segera melepas arlojinya dan menyerahkannya pada supir taxi itu.. “Letakkan barangku di situ, biar orangku saja yang mengambilnya.”

Supir taxi itu menatap takjub jam tangan mewah yang mengkilat itu, harganya pasti sangat mahal. “Baik…”

.

.

“Ah anda sudah datang?” sambut beberapa orang yang mengenakan jas hitam

“Mana Kris Hyung?” tanya namja tampan itu dengan sangat murkanya.

Sajang-nim ada di dalam.”

 

Namja itu melanjutkan langkahnya, menuju ruang tengah yang biasanya ditempati Kris untuk bersantai. Ia melihatnya dan langsung menghampirinya, dengan segera ia mengeluarkan pistol dari jas kelabunya dan langsung meletakkan ujungnya di dahi Kris begitu mereka sudah berhadapan. “Sekarang jelaskan dengan cepat kenapa adikku mati, atau kepalamu akan pecah.”

Kris tersenyum. “Selamat datang… anak didikku.”

 

TTAK~

 

Namja tampan itu menarik pelatuk pistolnya. “Jangan berbasa-basi atau___”

 

SRAK~

 

“Letakkan senjatamu Chan Yeol-shii,” ancam Kai yang ternyata sudah berada di belakang namja yang bernama Chan Yeol itu sambil menempelkan ujung pistolnya di kepala belakang Chan Yeol.

Chan Yeol mendesis, kemudian meludah. “Cih… aku lupa kalau kau punya anjing peliharaan.” Chan Yeol kembali memasukkan pistolnya ke balik jas. “Sekarang katakan, kenapa adikku mati dan kenapa kau baru memberitahuku setelah kepergiannya dua bulan yang lalu, JAWAB!!!”

“Kai, minta pelayan membawakan beberapa gelas minuman, Chan Yeol sepertinya sangat kepanasan.”

“Tapi Sajang-nim.”

“Aku akan memanggilmu lagi kalau ada apa-apa.”

“Baik Sajang-nim.” Kai pun beranjak pergi, meninggakan Kris dan Chan Yeol di ruang tengah itu.

“Duduklah dulu Park Chan Yeol.”

“Jangan berbasa-basi Hyung… aku betul-betul muak melihatmu.”

Kris tertawa. “Maaf-maaf, lalu aku harus membuka obrolan dari mana?”

Chan Yeol hanya bisa menahan emosi melihat Kris menanggapinya dengan terlalu santai. Padahal ini menyangkut keluarga Chan Yeol satu-satunya di dunia ini, dan kini sudah tidak adalagi. “Apa kau yang meminta Se Hun ke Korea untuk membunuh Byun Tae Hwang?”

“Menyuruh? Tidak. Dia yang meminta padaku untuk memudahkan aksesnya untuk membunuh Byun Tae Hwang.”

“Aku tidak percaya… Se Hun bukan orang yang gegabah seperti itu.”

“Sayangnya kau sudah meninggalkannya selama 2 tahun Park Chan Yeol. Dan kau jelas tidak akan menyadari sepesat apa perubahan psikis anak itu. dia jengah menunggumu yang terus mengulur waktu untuk membalaskan dendam kedua orangtuamu, makanya dia memintaku untuk mendidiknya dan menuntut balas dengan tangannya sendiri.”

“BIADAB KAU NAMJA LUMPUH!!!” Chan Yeol kembali menodongkan pistolnya di kepala Kris sementara kakinya menginjak lutut Kris yang menekuk di atas kursi roda.

“Tenanglah, ceritanya belum selesai.”

 

DOOORR~

 

PRANGGG~

 

Chan Yeol menembak akuarium yang berada persis di belakang Kris. “Kau yang menyuruhku ke Argentina untuk bekerja dengan seorang mafia sebagai pembunuh bayaran dengan alasan agar aku siap membunuh Byun sekeluarga, kau yang mengatakan aku harus melakukan ujian akhir itu agar nantinya aku tidak akan sungkan-sungkan lagi menghabisi nyawa Byun Tae Hwang dan siapapun yang terlibat dengannya. Lalu… dengan santainya kau mengatakan bahwa adikku jengah menungguku yang mengulur waktu untuk membalaskan dendam kedua orang tua kami???” Chan Yeol menarik nafas sejenak.

“APA HAKMU MENGATAKAN ITU NAMJA BIADAB???” maki Chan Yeol di akhir kalimat dengan emosi bergemuruh, matanya bahkan sudah memerah dan basah.

Sayangnya orang yang diancam tetap menanggapi dengan santai. “Aku tidak mengatakannya secara gamblang pada Se Hun, dia yang menarik kesimpulan seperti itu. lagipula, kau hanya membuang-buang waktu dengan menyalahkanku sementara penyebab kematian adikmu masih berkeliaran di luar sana sambil menikmati kehidupan yang ia terima setelah Se Hun menukarkan nyawanya.”

Chan Yeol menelan ludah, tangannya bergetar hebat, ia tatap Kris dengan tajam. “Siapa dia? Siapa orang yang berani melenyapkan nyawa adikku???”

Kris mengangkat alis. “Kau tarik saja kesimpulannya sendiri. Se Hun sudah berhasil melenyapkan seluruh anggota keluarga Byun kecuali satu orang…” Kris tersenyum licik. “Se Hun yang dirasuki perasaan terkutuk yang bernama cinta, akhirnya tidak bisa menembakkan peluru di kepala anak itu…”

Chan Yeol menahan nafasnya.

“Byun Baek Hyun,” lanjut Kris dengan sangat dinginnya.

 

*~~Amaterasu~~*

 

Chan Yeol terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal. Bayangan kematian orang tuanya yang mencekam kembali mengusiknya bahkan di bawah alam sadarnya. Ditambah, entah memori apa yang diciptakannya, ia melihat jasad Se Hun yang berlumuran darah tergeletak di tanah berumput, dan dia tidak sendirian. Ada seorang namja lagi yang memegang pistol, dan saat namja itu menoleh, Chan Yeol menangkap senyum iblis terukir di sana, dan itulah yang membuatnya terbangun dari mimpi buruk itu.

Ia mengusap-usap wajahnya yang penuh keringat. “Tunggu saja Se Hunnie, Hyung akan membalaskan dendammu.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

Chan Yeol menatap sebuah berkas memusingkan yang diserahkan Kris padanya. “Apa maksudnya ini?”

“Tentu saja demi kelancaranmu memasuki perusahaan milik keluarga Byun.”

“Untuk apa? Aku akan langsung membunuhnya begitu aku tahu bagaimana sosoknya.”

“Kau jangan gegabah. Pihak kepolisian dan penyidik Korea masih mengusut kasus kematian keluarga Byun. Dan kupikir semua keterangan yang diperoleh mereka berasal dari Byun Baek Hyun. Termasuk tentang data pribadi Park Se Hun yang mempunyai seorang kakak”

“Apa aku sudah pernah mengatakan padamu Hyung? Aku tidak takut polisi-polisi brengsek itu.”

Kris tersenyum sinis. “Percaya sesuatu? Polisi Korea itu sangat menyebalkan.”

“Lalu?”

Kris tertawa melihat Chan Yeol yang sepertinya memang tidak takut apa-apa. “Seperti Se Hun, menyusuplah ke sarang musuh menggunakan bulu yang sama dengan mereka. Serang hatinya terlebih dahulu sebelum kau menghabisi nyawanya. Kau tahu, kematian akan sangat menyakitkan bila itu dilakukan oleh orang terdekat. Se Hun sudah melakukannya dengan sangat baik. Bisa kubilang mendekati sempurna, hanya saja… pertahanannya runtuh di detik-detik terakhir.”

Chan Yeol kembali fokus membaca berkas itu, seketika matanya membulat. “Apa-apaan ini? kau bercanda? Perusahaan kosmetik?”

“Benar. Itu adalah satu-satunya cabang perusahaan WYF group di Korea. Perusahaan yang cukup sukses dengan laba yang tinggi.”

“Dan apa ini? Direktur cabang? Kau mengerjaiku? Aku tidak tahu apa-apa tentang kosmetik”

Kris tertawa (lagi). “Aku jelas tidak akan menyerahkan tugas penuh perusahaan ini padamu, hanya sebatas formalitas bahwa kau adalah Direktur cabang di perusahaan itu. Hanya nama, karena seluruh perencanaan, kegiatan dan sebagainya sudah kepercayakan pada orang lain yang mulai sekarang akan menjadi tangan kananmu.”

Chan Yeol mengangkat alis. “Tangan kanan?”

“Benar, yang akan membantumu di perusahaan.” Kris menoleh pada Kai. “Panggil dia masuk”

“Baik Sajang-nim.” Kai beranjak meninggalkan ruangan itu dan 2 menit kemudian ia kembali masuk dengan membawa seorang namja berambut cokelat terang dan sangat…. cantik.

“Anda memanggilku Sajangnim?” tanya namja itu.

“Ya… ”

Chan Yeol menoleh. “Dia orangnya?”

Kris kembali tertawa karena mendengar nada bicara Chan Yeol  seolah meremehkan. “Kenapa? Namja cantik tidak selamanya lemah. Walau tingkat kemahirannya memegang pistol masih di bawah rata-rata, dia tetap bisa diandalkan. Lagipula, tangan kanan bukan berarti seperti Kai untukku. Namja cantik ini khusus akan membantumu di perusahaan. Dia lulusan terbaik dari Perancis, jadi kau tidak perlu meragukan skillnya.”

Chan Yeol mengangguk-angguk. “Siapa namamu?”

“Ah, Lu Han imnida… mohon kerjasamanya Chan Yeol-shii.”

Chan Yeol sedikit takjub. “Kau mengenalku?”

“Sebelum ini, Sajang-nim telah menceritakan hal yang cukup banyak tentang anda padaku. Jadi aku tahu sedikit tentang anda.”

“Baiklah, kuharap kedepannya kita bisa bekerja sama,” Chan Yeol kembali menatap Kris. “Lalu apa rencana awalnya?”

“Perusahaan Byun bergerak di bidang furniture dan design interior, sejak kematian presdirnya, perusahaan itu terancam bangkrut, terlebih Byun Baek Hyun selaku pewaris dan Presiden direktur yang baru belum cukup matang dalam menjalankan perusahaan besar itu. ditambah, banyak karyawan dan pemegang saham yang meragukan skill anak itu.”

“Lalu?”

“Sebenarnya anak itu tidak sepenuhnya bodoh, bisa kubilang dia cukup cerdas. Di saat dia mengalami keterpurukan, dia masih bertanggung jawab demi kelancaran bisnis keluarganya. Kudengar dia akan meluncurkan produk baru yang berhubungan dengan kosmetik. Meja rias mungkin, aku tidak begitu yakin. Dan sangat kebetulan bukan, perusahaan yang akan kau tangani bergerak di bidang kosmetik. Kau akan datang sebagai penolong, mencegah perusahaan itu jatuh bangkrut dengan menanamkan modal di sana, dan… selebihnya biar Lu Han yang mengatasinya, kau hanya tinggal membubuhkan tanda tangan dan berlagak seperti orang profesional.”

Chan Yeol mengangguk-angguk. “Kapan aku akan ke Korea.”

“Secepatnya. Besok lusa.”

“Baiklah…” Chan Yeol meletakkan berkas itu kemudian melirik Lu Han dengan ekor matanya. “Tidak apa-apa kalau kujadikan dia mainanku?”

Kris mengerutkan kening. “Maksudmu?”

“Kau tahu seperti apa watakku, saat emosiku meledak, aku akan mencari pelampiasan. Hm… dari pada aku membunuhnya…”Chan Yeol mengangkat alisnya, menegaskan ancamannya.

“Terserah kau, anak ini sepenuhnya di tanganmu, tapi percayalah dia akan sangat berguna, jadi jangan terlalu merusaknya.”

Chan Yeol mengangguk-angguk kemudian tersenyum sinis. “Menarik, aku memang selalu penasaran seperti apa kehidupan orang-orang kantoran,” ia beranjak meninggalkan ruangan itu bersama Lu Han yang mulai sekarang akan terus mengikutinya.

Kris tertawa setelah Chan Yeol betul-betul pergi. “Tidak kusangka aku harus menjelaskannya sampai sedetail ini. tidak seperti Se Hun, kau susah sekali menanggapi sesuatu Chan Yeol-ah. Sayang sekali kau tidak secerdas Se Hun, dan kuharap temperamenmu cukup membantu menuntaskan dendammu.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

 

Chan Yeol merebahkan tubuhnya di tempat tidur apartemen barunya. Ia cukup takjub juga dengan segala persiapan yang diatur Kris untuknya selama berada di Korea, termasuk telah menyiapkan sebuah apartemen berkelas elit untuknya dan Lu Han.

“Chan Yeol-shii, boleh aku masuk?” seru Lu Han di depan pintu kamar yang sebenarnya tidak ditutup oleh Chan Yeol.

“Ya, silakan.”

Lu Han masuk sambil menggeret koper besar milik Chan Yeol. Tanpa bicara banyak, dengan cekatan ia memindahkan seluruh isi koper itu ke dalam lemari. Tapi ia sedikit bingung dengan kotak besi hitam yang terletak paling bawah.

“Jangan sentuh itu,” perintah Chan Yeol

“Ya?”

“Jangan sentuh. Itu isinya senjata api.”

Lu Han menelan ludahnya gugup. “Maafkan aku Chan Yeol-shii.”

“Tidak apa-apa, biarkan saja begitu.”

Lu Han mengangguk-angguk. “Sebenarnya aku kaget, kenapa benda ini lolos keluar masuk bandara?”

Chan Yeol tertawa, kemudian memejamkan matanya. “Di dunia ini, apa yang tidak bisa dilakukan Kris Hyung dengan kekuasaannya?”

 

*~~Amaterasu~~*

 

Malam itu, tanpa sepengetahuan Lu Han, Chan Yeol keluar untuk berjalan-jalan, menghirup udara malam negara asalnya itu. Korea selatan!

Ia singgah di sebuah supermarket yang kelihatannya masih buka tengah malam. Ia ingin mencari sesuatu untuk sarapan besok pagi.

Chan Yeol mengelilingi etalase yang berisi segala jenis roti, memilih salah satu jenis dari mereka, kemudian pindah ke sebuah rak bersusun yang berisi berbagai macam selai beraneka rasa. Matanya sedikit membulat saat menemukan selai strawberry yang kelihatannya tinggal sebotol karena stoknya habis.

“Eh?” kejutnya saat ia sadar bahwa ia bukan satu-satunya yang menyentuh botol itu. ia pun menoleh dan betapa takjubnya ia saat matanya menangkap sesosok malaikat putih yang bersinar.

Err…

Sebenarnya bukan malaikat asli, hanya sesosok namja dengan paras indah dan memancarkan cahaya kemurnian dari matanya.

“Ah maaf, untukmu saja,” ucap namja cantik itu.

“Ah, tidak apa-apa, untukmu saja. Aku bisa memilih selai rasa lain, rasa cokelat mungkin.”

Namja cantik itu mengangguk, walau tidak tersenyum, wajahnya tetap memancarkan pribadi yang hangat. “Terima kasih,” Namja cantik itupun mengambil botol selai strawberry dan mamasukkannya ke dalam trolly. “Aku duluan,” pamitnya ramah kemudian mulai meninggalkan Chan Yeol yang terus menatap punggungnya hingga menghilang di balik rak tinggi.

“Namja itu… siapa dia?” Irihnya membatin. “Sungguh indah.”

.

.

*~~Amaterasu~~*

 

“Chan Yeol-shii…” sapa Lu Han saat mereka tengah sarapan.

“Ya?”

“Apa terjadi sesuatu?”

“Hm? Sesuatu? Tidak. Kenapa kau bertanya begitu?”

“Sejak tadi aku melihatmu tersenyum seperti itu, kurasa pasti ada sesuatu.”

Chan Yeol kembali tersenyum. “Tidak ada, lupakanlah.”

Lu Han meletakkan roti yang sudah diolesi selai cokelat di atas piring Chan Yeol. “Sajang-nim selalu mengatakan ini padaku, untuk selalu mengingatkanmu. Chan Yeol-shii, sebelum dendammu tuntas, jangan sedikitpun terlibat dalam urusan percintaan.”

Chan Yeol terbatuk, kemudian menatap Lu Han sedikit tajam. “Apa maksudmu? Kau pikir aku sedang jatuh cinta?”

“Aku hanya menebak, dan kuharap tebakanku salah.”

Chan Yeol meneguk jusnya dan membanting gelasnya ke lantai hingga pecah berhamburan. “Kau perlu belajar bagaimana cara berkomunikasi denganku Lu Han. Ini masih sangat pagi dan kau sudah membuat moodku berantakan.”

“Ah, maaf.”

“Dan lagi, aku tidak mengenal perasaan menjijikkan yang bernama cinta itu, karena dendamku telah menjadi prioritas utama dalam hidupku.”

“Aku mengerti.”

“Lagipula…” Chan Yeol mengangkat alis. “rasa penasaranku semakin memuncak pada orang yang membunuh adikku dengan kedok cinta itu…” Chan Yeol tersenyum sinis. “Byun Baek Hyun!”

 

*~~Amaterasu~~*

 

Chan Yeol memejamkan matanya, kemudian menghirup udara yang ada disekitarnya. Gedung perusahaan milik mendiang ayahnya masih berdiri kokoh di depannya, hanya sayang ini bukan lagi PJS group, tapi TH group.

“Lu Han…”

“Ya Chan Yeol-shii.”

“Terus ingatkan aku untuk mengontrol emosi agar tidak segera meledakkan kepala Byun Baek Hyun kalau aku bertemu dengannya.”

“Ya Chan Yeol-shii. Apa kau membawa senjata hari ini?”

Chan Yeol menggeleng. “Tapi aku bisa membunuh dengan apa saja.”

“Ya?.”

“Itu yang kudapat selama di Argentina.” Chan Yeol tertawa sinis. “Apa kau tahu, terakhir aku membunuh korbanku dengan benda apa?”

Lu Han menggeleng polos.

“Kau percaya? Saat kusentil bagian belakang kepalamu, kau akan meninggal mendadak?”

Lu Han tidak merespon.

“Percayalah, karena aku sudah membunuh 7 orang dengan cara seperti itu.”

Lu Han menelan ludah, melihat sikap Chan Yeol yang terlalu santai mengatakan itu.. “Ba… bagaimana mungkin kau melakukannya?”

Chan Yeol tertawa. “Aku bercanda, sebenarnya kugunakan jarum untuk itu. kutancapkan persis di syarafnya. Sudahlah, agar kau percaya saja bahwa senjata api bukan satu-satunya alat yang kugunakan untuk membunuh. Aku hanya menyukai senjata api karena bisa menciptakan cipratan darah yang indah.”

Lu Han menghela nafas, sekarang ia tidak ragu lagi dengan Chan Yeol. Jangankan byun Baek Hyun, ia sendiripun mungkin saja bisa dibunuh Chan Yeol tanpa sungkan.

BRUGH!

Chan Yeol terkejut saat ada yang menabraknya dari belakang.

“Ah Maaf, aku buru-buru.”

GREB~

Chan Yeol jelas tidak akan membiarkan seseorang pergi begitu saja setelah membuat jasnya kusut. Tapi begitu ia tahu siapa yang menabraknya, matanya langsung melebar.”Eh, kau bekerja di sini?”

Namja mungil dan cantik itu mengangkat alis. “Ng maaf? Kau siapa?”

Chan Yeol cukup tercengang karena namja cantik yang ditemuinya di supermarket tadi malam ini tidak mengingatnya. “Aku Park Chan Yeol, direktur cabang WYF group, aku ada pertemuan dengan presiden direktur di sini.”

“Ah, selamat datang Chan Yeol-shii… tapi sepertinya kau datang terlalu pagi, ada rapat jam 8, paling lambat selesai pukul 10, tapi kau bisa menunggu di ruang presdir. Aku buru-buru. Sampai jumpa,” pemuda cantik itupun berlari sambil menenteng beberapa map yang membuatnya cukup kerepotan.

“Hm… cantik…”

“Temanmu Chan Yeol-shii?” tegur Lu Han

Chan Yeol menoleh. “Bukan,… hanya kenalan. ayo… sesuai instruksinya, kita tunggu  saja Byun Baek Hyun di ruangannya.”

“Baik.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

 

Chan Yeol hampir tertidur di ruangan Baek Hyun, sampai ketika seorang namja cantik masuk sambil membawa nampan berisi 2 cangkir kopi dan meletakkannya di atas meja dekat sofa tempat menerima tamu.

Chan Yeol melebarkan matanya. “Kau bekerja sebagai office boy?” terkanya

Namja cantik itu menghela nafas. “Sepayah itukah aku bahkan tamuku pun mengira aku office boy? Aku berpapasan dengan pekerjaku di luar, berhubung aku juga ingin masuk, sekalian saja kubawakan nampan itu.”

“Eh?”

Namja cantik itu duduk di kursi tunggal di balik meja yang di atasnya terletak kokoh sebuah papan nama dengan tulisan indah Presiden Direktur Byun Baek Hyun.

Chan Yeol membelalak. “Kau… Byun Baek Hyun???” pekiknya tak percaya.

Ia menngangguk. “Anda pasti Park Chan Yeol, direktur cabang WYF group? Selamat datang di perusahaan kami,” sambut Baek Hyun ramah.

 

Krak…krak….krak

 

Chan Yeol meremukkan ke sepuluh jarinya, hawa panas langsung berkumpul di sekitarnya, merasuk, membakar hatinya hingga menjadikannya bara dengan lidah api menakutkan. Sontak Chan Yeol berdiri, masih dengan tatapan mata tajam mencekam ia menghampiri Baek Hyun dan mencekal pundaknya, membuat namja mungil itu terkejut bukan main. Jelas saja  Lu Han melihatnya. Seperti yang dikatakan Chan Yeol tadi, Lu Han harus mengingatkan Chan Yeol ketika aura pembunuhnya kumat.

“Chan Yeol-shii.”Lu Han mencekal lengan Chan Yeol. “Sepertinya ada berkas yang ketinggalan.”.

Namja tinggi itu menoleh pada Lu Han, di sambut sebuah kode bermakna oleh Lu Han.

Chan Yeol mengatupkan rahangnya kuat-kuat, memejamkan mata rapat-rapat, kemudian menghela nafas, berjuang mati-matian agar dia tidak mengambil apa saja di atas meja dan mencabut nyawa Byun Baek Hyun.. “Ah maaf, tadi kukira ada ulat bulu di jasmu,” Chan Yeol menepis-nepis debu di pundak kecil Baek Hyun.

“Ah… begitu, terima kasih,” ucap Baek Hyun tanpa curiga sedikitpun.. “Silakan duduk kembali Chan Yeol-shii.”

Chan Yeol mengangguk. Bersama Lu Han ia kembali duduk di sofa tamu, diikuti Baek Hyun yang membawa beberapa map dan meletakkannya di atas meja tamu. Ia juga duduk di sebelah Chan Yeol tanpa tahu bahwa tamunya itu semakin haus akan darahnya.. “Entah harus berapa kali kuulangi, tapi terima kasih Chan Yeol-shii, anda betul-betul memberikan bantuan di saat yang sangat tepat”

Melihat Chan Yeol tidak juga merespon, Lu Han mengambil alih. “Tidak perlu sungkan Sajang-nim, kita sama-sama berada di pihak yang menguntungkan.”

Baek Hyun mengangguk. “Kau… ng…”

“Saya Lu Han, asisten pribadi Chan Yeol Sajang-nim.”

“Ah, senang mengenalmu Lu Han-shii, sepertinya kita akan sering berinteraksi.”

“Mohon bantuannya Sajang-nim.”

“Ah, justru aku yang harus mengatakan itu. mohon bantuannya.” Baek Hyun menyodorkan map tadi kepada Chan Yeol untuk di tanda tangani.

“Ah maaf… aku melamun,” ucap Chan Yeol sedikit menyembunyikan emosi yang meluap-luap bagai air mendidih.

“Ada yang anda pikirkan Chan Yeol-shii?”

“Sedikit. Wajahmu mengingatkanku pada seseorang.”

Baek Hyun tersenyum tipis, sangat tipis hingga senyumannya hanya terlihat seperti garis lurus. “Klise sekali Chan Yeol-shii, tapi kuharap seseorang yang anda maksud tidak meninggalkan kenangan buruk di benak anda hingga merusak imageku di mata anda.”

Chan Yeol tertawa. “Tidak… tidak. Tentu saja tidak. Wajahmu terlalu cantik untuk memberikan kesan buruk bagiku.”

“Kuanggap itu pujian Chan Yeol-shii.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

“Kau mau kemana?” tanya Lu Han malam itu, saat ia menemukan Chan Yeol mengenakan pakaian serba hitam sambil memasang sarung tangan hitam beserta ranselnya.

“Cuci mata,” jawabnya datar kemudian mengambil sebuah unit pistol di atas mejanya dan mengecek pelurunya.

“Dengan membawa senjata?”

Chan Yeol menoleh dan menodongkan pistolnya ke arah Lu Han. “Sudah lama aku tidak mencium bau darah, jadi jangan hentikan aku atau peluru ini akan menembus jantungmu.”

Lu Han mengangguk. “Byun Baek Hyun?”

Chan Yeol menggeleng dan memasukkan pistol itu di balik jacketnya. “Bukan… masih terlalu pagi untuk membunuhnya. Akan kubiarkan namja itu menderita saat kubunuh dia perlahan-lahan.”

“Baiklah… jangan pergi terlalu lama, besok pagi ada rapat dengan Byun Baek Hyun di perusahaannya.”

“Hm… aku akan pulang setelah peluruku habis”

 

*~~<Amaterasu>~~*

 

Lu Han mengerutkan kening, saat ia memastikan penglihatannya pada jarum jam dinding, pukul 3 subuh dan Chan Yeol baru pulang. ia langsung menyuguhkan minuman hangat untuk Chan Yeol yang duduk bersandar di sofa ruang tamu setelah melepas kaos tangannya yang berlumuran darah. Ada senyum kepuasan tercetak di bibirnya.

“Kau membunuh siapa?” tanya Lu Han berani.

“Hanya kecoa-kecoa kecil yang menjaga perusahaan TH group tiap malam. Sayang sekali mereka hanya 5 orang di sana, jadi terpaksa kugunakan peluru terakhir untuk membunuh namja jelek yang mencoba memperkosa pejalan kaki tadi,” jawab Chan Yeol lancar. Sepertinya moodnya sedang baik.

“Namja jelek? Memperkosa pejalan kaki?”

“Ya…  aku belum puas kalau keenam peluruku tidak habis. Siapa suruh namja itu melakukan hal bodoh ketika aku melintasi gang sempit itu.”

Lu Han bisa mencernanya sedikit. Walau Chan Yeol adalah pembunuh berdarah dingin, sepertinya dia masih terhitung sebagai manusia, walau tujuannya tidak semurni itu untuk menolong wanita yang hampir diperkosa, setidaknya Chan Yeol sudah melakukan tindakan mulia…

Hanya Sedikit, walau tidak cukup untuk menebus 5 nyawa security Perusahaan TH group yang dia habisi.

 

*~~Amaterasu~~*

 

“Lu Han! Lu Han… lihat itu.” seru Chan Yeol yang asyik menonton berita pagi di TV.

Lu Han bergegas menghampirinya, masih merapikan beberapa berkas sebenarnya. “Ada apa Chan Yeol-shii?”

“Lihat… wartawan korea betul-betul lincah.” Chan Yeol mengunyah roti panggang yang dibuatkan Lu Han tadi. “Aku baru membunuh mereka tadi malam, tapi beritanya sudah disiarkan. Hebat…”

Lu Han akhirnya bisa tahu apa yang dikerjakan Chan Yeol semalam. Dari layar TV bisa ia saksikan kerumunan orang yang berkumpul di depan gedung perusahaan TH group milik Byun Baek Hyun, ada garis polisi di mana-mana, dan bisa terlihat 5 tandu yang diyakini Lu Han berisi mayat security yang dihabisi Chan Yeol semalam.

“Payah, kenapa darahnya disensor? Bukankah itu indah?” keluh Chan Yeol entah apa maksudnya.

Lu Han kembali fokus pada berita di TV.

“Lihat-lihat, Byun Baek Hyun diwawancarai,” seru Chan Yeol semangat, ia bahkan mengeraskan volumenya.

 

“Baek Hyun  Sajang-nim, bagaimana tanggapan anda terhadap pembunuhan kelima karyawan anda?”

“Sa… saya tidak bisa berkomentar banyak,… ini betul-betul mengejutkan dan… saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

“Sajang-nim, kudengar ini perbuatan teroris yang juga telah membantai keluarga anda beberapa bulan yang lalu.”

“Cwesonghamnida… saya harus pergi.”

 

Chan Yeol membulatkan matanya. “Eh, wawancaranya hanya begitu? Aish… padahal Byun Baek Hyun terlihat sangat cantik di TV”

Lu Han terbatuk, dan itu membuat Chan Yeol menoleh padanya

“Ada apa?”

“Ah tidak Chan Yeol-shii… sepertinya rapatnya akan ditunda.”

Chan Yeol tertawa. “Makanya aku bersantai. Tapi akan kupanggil langsung Byun Baek Hyun ke kantorku, rapatnya bisa di sana saja.”

“Iya, akan kupersiapkan segala sesuatunya.”

“Oh ya Lu Han…”

“Ya… ?”

“Menurutmu kenapa Se Hun tidak sanggup membunuh Baek Hyun? Apa karena dia terlalu cantik?”

Lu Han menggeleng pelan. “Aku tidak tahu Chan Yeol-shii.”

“Aneh…” Chan Yeol menarik sebuah pistol dan menempelkannya di leher Lu Han. “Padahal apa susahnya membunuh namja cantik”

Lu Han hanya berusaha untuk tidak terlihat ketakuan. “Tenangkan dirimu dulu Chan Yeol-shii, ini bisa kita selidiki sama-sama.”

Chan Yeol mengangguk-angguk, kemudian menyimpan kembali senjatanya. “Hm, kau benar, sebenarnya aku masih penasaran kenapa Se Hun tidak bisa menembakkan pelurunya untuk membunuh Baek Hyun.”

Lu Han hanya tersenyum, masih tidak habis pikir kenapa namja bernama Park Chan Yeol ini tenang-tenang saja setelah menghabisi nyawa 6 orang hanya dalam hitungan jam.Dan lagi, namja bengis ini sepertinya tidak akan sungkan-sungkan melenyapkan Lu Han kalau saja ia melakukan kecerobohan.

 

*~~Amaterasu~~*

 

“Terima kasih atas kerja samamu Chan Yeol-shii, kupikir kau akan membatalkan kontrak ini setelah mendengar kasus yang menimpa perusahaanku kemarin,” ujar Baek Hyun setelah rapatnya selesai.

“Bukan masalah besar. Aku turut berduka mengenai kelima karyawanmu itu,” ucap Chan Yeol santai.

“Terima kasih perhatianmu Chan Yeol-shii.”

Chan Yeol menoleh pada Lu Han. “Apa menu makanan yang disediakan cafetaria kita?”

“Setahuku, kebanyakan makanan cepat saji Sajang-nim.”

“Hm, aku jelas tidak boleh menjamu tamuku dengan makanan cepat saji,” ia kembali menatap Baek Hyun.. “Sudah jam makan siang Baek Hyun-shii, keberatan jika kuajak kau untuk makan siang bersamaku?”

“Tentu saja tidak Chan Yeol-shii, suatu kehormatan bisa menemanimu makan siang.”

“Baiklahyo, ayo..”

“Ah Chan Yeol-shii, di sekitar sini ada cafe milik temanku, jika tidak keberatan, kita ke sana saja.”

Chan Yeol mengangkat alis. “Keberatan? Tentu saja tidak.”

Chan Yeol dan Baek Hyun berjalan bersisian setelah keluar dari ruang direktur, sementara Lu Han tetap mengikut di belakang.

Chan Yeol sedikit menoleh ketika ada pemandangan yang mengusik matanya. 3 pekerjanya yang kesemuanya adalah namja terus memandangi Baek Hyun yang berjalan di sebelah Chan Yeol, dan yang membuat mata Chan Yeol terganggu adalah, salah satu diantara mereka menjilati bibirnya ketika melihat Baek Hyun.

“Ah Baek Hyun-shii, kau duluan saja bersama Lu Han ke mobil, aku ke toilet sebentar,” pamit Chan Yeol

“Ah iya… ”

 

*~~Amaterasu~~*

 

“Maaf membuatmu menunggu lama,” ucap Chan Yeol begitu ia masuk ke dalam mobil dan duduk di jok tengah bersama Baek Hyun.

“Ah tidak juga. Jangan sungkan Chan Yeol-shii.”

Chan Yeol tertawa. “Mungkin ini semacam syndrome karena aku akan makan siang dengan namja cantik sepertimu.”

“Eh?”

“Hanya bercanda… kau susah sekali tersenyum Baek Hyun-shii.” Chan Yeol menepuk pundak Lu Han. “Jalankan mobilnya.”

“Baik Sajang-nim.”

Lu Han pun menjalankan mobilnya sesuai petunjuk yang diberikan Baek Hyun. Dan berhenti di depan sebuah cafe yang cukup ramai pengunjung.

“Kyung Soo-ya…” seru Baek Hyun ketika ia baru saja masuk ke dalam cafe itu.

Kyung Soo menoleh, “Baek Hyun-ah.” seketika menyambut sahabatnya itu dengan sebuah pelukan. “Kau sibuk yah?”

“Begitulah, terlebih kemarin aku mendapatkan musibah, dan seharian itu aku mondar-mandir ke kantor polisi.”

“Hm, aku mendengar beritanya, aku ingin menelponmu tapi aku takut mengusikmu.”

“Ayolah… aku selalu punya waktu untuk sahabatku ini.”

“Cafe yang sangat ramai.” Chan Yeol tiba-tiba berdiri di sebelah Baek Hyun.

“Ah Chan Yeol-shii, ini temanku, Kyung Soo, dia pemilik cafe ini,” ujar Baek Hyun.

Chan Yeol sedikit takjub karena wajah Baek Hyun terlihat cerah setelah bertemu namja bernama Kyung Soo ini. “Temanmu? Atau kekasihmu?”

Kyung Soo terbatuk. “Ah, tidak seperti itu.”

Chan Yeol mengangguk-angguk. “Kenalkan, aku Park Chan Yeol, dan ini Lu Han. Kami rekan bisnisnya Baek Hyun.”

“Senang berkenalan denganmu Chan Yeol-shii, Lu Han-shii, aku Do Kyung Soo, temannya Baek Hyun sejak kecil.”

“Senang mengenalmu Kyung Soo-shii,” ucap Chan Yeol sambil menjabat tangan Kyung Soo. Hanya Lu Han yang menyadari bahwa senyuman Chan Yeol cukup berbeda saat itu.

Terkesan sedikit… ada yang disembunyikan. Dan aura pekat itu… jelas saja aura pembunuh.

 

*~~Amaterasu~~*

 

Chan Yeol memandangi sebuah rumah minimalis yang berdiri kokoh di hadapannya.. “Jadi presiden direktur TH group tinggal di rumah kecil seperti ini?”

Baek Hyun tersenyum tipis. “Bukan perkara kecilnya Chan Yeol-shii, rumah ini sangat nyaman. Lagipula aku hanya sendirian di dunia ini, untuk apa tinggal di rumah besar.” Baek Hyun menghela nafas,  “rumahku yang dulu sudah terbakar habis, itu membuktikan bahwa rumah megah tidak selamanya kokoh.”

“Ah maaf… sempat kudengar bahwa kau kehilangan keluargamu beberapa bulan yang lalu akibat serangan teroris”

Baek Hyun mendongakkan wajah, menatap Chan Yeol dengan sendu. “Bukan… bukan teroris. Dia terlalu mulia untuk dikatakan sebagai teroris.”

 

DEG~

 

Chan Yeol terkejut melihat ekspresi Baek Hyun itu, dan itu membuatnya kehabisan kata-kata. Ini tentang Se Hun kan? Tentang namja yang mati karena ulahnya? Lalu kenapa ucapan Baek Hyun terkesan sangat aneh?.

“Chan Yeol-shii.” tegur Lu Han

“Kenapa?” Chan Yeol menoleh setelah berhasil menguasai keterkejutannya.

“Aku baru mendapatkan kabar dari kantor bahwa 3 karyawan kita diitemukan meninggal di dalam toilet, satu diantaranya ditemukan tewas dengan lidah terputus.”

“Ugghhh.” Baek Hyun membungkam mulutnya, begitu mual membayangkan itu.

“Ah maaf Baek Hyun Sajang-nim,” ucap Lu Han.

“Ti…tidak apa-apa…”

“Ah begitu…” Chan Yeol menoleh ke Baek Hyun. “Sepertinya kita sama-sama mengalami musibah Baek Hyun-shii. Istirahatlah, aku harus kembali ke kantor untuk melihat kondisinya. Hari ini pasti akan menjadi hari yang panjang.” Chan Yeol menepuk pundak Baek Hyun

“Ya Chan Yeol-shii.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

“Kau yang melakukannya?” tanya Lu Han saat ia tengah konsentrasi menyetir.

“Hm, kenapa?” balas Chan Yeol santai.

“Jangan terlalu sering membunuh Chan Yeol-shii, kalau kau lebih dulu ketahuan, bisa-bisa kau tidak akan sempat membunuh Byun Baek Hyun.”

“Tenanglah… 2 tahun di Argentina jelas cukup membuatku ahli dalam hal ini. percayalah, bahkan detektif terkenalpun tidak akan bisa mencurigaiku sama sekali.”

“Sebenarnya apa alasanmu membunuh karyawan kita? Apa salah mereka?”

Chan Yeol tertawa pahit. “Apa salah mereka?”

ia menarik nafas dan mengeluarkannya berat

“Apa salah orang tuaku sehingga Byun Tae Hwang menghabisi nyawa mereka? Apa salah keluargaku sampai Byun Tae Hwang merenggut semua milik kami? Dan… Apa salah adikku sampai… Byun Baek Hyun membuatnya terbunuh???”

Lu Han tidak bisa merespon, karena dia tidak punya jawabannya.

“Tapi kalau kau butuh alasan kenapa aku membunuh mereka…” Chan Yeol menoleh pada Lu Han dengan sedikit tajam. “Karena mereka mengusik mataku… aku tidak suka.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

“Hm begitu… baiklah, tidak apa-apa. Biarkan saja anak itu bertindak. Setidaknya Chan Yeol lebih tega membunuh ketimbang Se Hun. Terus awasi pergerakannya dan laporkan padaku. Hm…” Kris mematikan ponselnya dan melemparnya ke atas sofa.

“Ada berita tentang Chan Yeol?” tanya Kai.

“Hm… anak itu membunuh 5 karyawan TH group hanya selang beberapa hari dia di Seoul.”

“Bisa kulihat, Chan Yeol kelihatan tidak segan-segan menghabisi siapapun.”

“Saking tidak segan-segannya, dia bahkan menghabisi 3 karyawan perusahaan sendiri.”

Kai melebarkan matanya. “A… Apa?”

Kris meneguk Wine yang dituangkan Kai tadi. “Chan Yeol itu ceroboh, gegabah, mudah terbakar emosi, dan masih jauh bila dibandingkan dengan kesempurnaan Se Hun. Hanya saja…” Kris tertawa. “Aku mengagumi sikapnya itu, pembunuh berdarah dingin,… hm… sudah lama aku tidak melihat orang seperti itu. aku suka. Kurasa Chan Yeol punya cara yang cukup sadis untuk mempertemukan Baek Hyun pada kematiannya.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

“Bukankah ini malam minggu Chan Yeol-shii? Kau mau kemana?” tanya Lu Han saat mendapati Chan Yeol begitu rapih malam itu.

“Ke suatu tempat”

“Kemana?”

Chan Yeol menoleh. “Ke suatu tempat, belum jelas kah?”

Lu Han menghela nafas, ia tahu bahwa sepertinya Chan Yeol sedang tidak ingin diajak mengobrol.

“Aku mungkin akan pulang larut malam, jangan menungguku.”

“Kusiapkan makan malam?”

“Tidak perlu.”

“Bisakah kau untuk tidak membunuh orang dulu?”

Chan Yeol menghentikan kegiatannya yang sibuk memasang sarung tangan hitamnya, kemudian menoleh. “Sepertinya kau sudah cukup bisa membaca pikiranku. Tidak percuma namja lumpuh itu memilihmu sebagai tangan kananku.”

“Siapa lagi yang akan kau habisi kali ini?”

Chan Yeol tertawa kecut. “Tergantung moodku. Bisa siapa saja… lumayan untuk mengisi waktu senganggku… karena lebih cepat aku mengetahui alasan sebenarnya kenapa Se Hun tidak membunuh Baek Hyun… secepat itu pula masalah ini akan selesai, dan lebih sedikit lagi tanganku ini merenggut nyawa orang lain.”

“Lalu… jika seandainya kau sudah mengetahui alasan itu… dan… itu juga mempengaruhimu selayaknya Se Hun terpengaruh? Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” tanya Lu Han hati-hati.

Tapi sayang, tidak cukup hati-hati karena itu tepat mengenai titik rawan. Tangan kanan Chan Yeol yang cukup panjang langsung mencekik leher kurus Lu Han dan menarik namja cantik itu kearahnya. Dan detik berikutnya ia menyambar bibir Lu Han dan melumatnya sangat kasar, padahal namja cantik itu sudah cukup tersiksa dengan cengkraman tangan Chan Yeol di lehernya.. “Alasan apapun itu… aku tidak akan begitu mudah terpengaruh, karena pada akhirnya… Baek Hyun tetap harus membayar semuanya dengan harga yang sama.” ucap Chan Yeol tajam. Kemudian kembali melumat bibir Lu Han sekali lagi.

Setelah Chan Yeol melepas ciuman kasarnya dan cengkramannya, ia pun menyeka darah yang menetes di bibir Lu Han. “Jangan mengujiku… karena aku bukan orang yang punya belas kasihan… mengerti?”

Lu Han mengangguk cepat, masih berusaha mengatur nafasnya yang hampir putus akibat cekikan tadi.

“Bagus… dan jangan membuatku marah lagi atau kau akan mendapatkan hal yang lebih dari ini.”

Chan Yeol keluar sambil membanting pintu apartemennya. Sementara Lu Han luruh ke lantai sambil membungkam mulutnya.

Chan Yeol… sangat menakutkan saat marah…

 

*~~Amaterasu~~*

 

Sebenarnya ini bukan tentang Byun Baek Hyun, atau… mungkin masih menyangkut dirinya, hanya saja… Ada yang membuat Chan Yeol tidak bisa tidur dan itu harus dibereskannya sebelum hal itu mengganggunya terlalu lama.

Mobilnya menikung ke daerah pertokoan yang berjejer rapi. Masih cukup ramai padahal jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Matanya terus mengawasi sebuah pintu cafe yang masih terbuka dan lampunya menyala.

Sampai ketika seorang namja yang tingginya hampir sama dengan Baek Hyun, keluar dari cafe itu.  Chan Yeol tersenyum…

“Hm… kita lihat, bagaimana reaksi Baek Hyun setelah kehilangamu.” Chan Yeol menarik pistol dari balik jaketnya kemudian tanpa kentara mengarahkan pistol itu ke namja pendek yang mulai berjalan menuju mobilnya itu.

“Selamat tinggal Do Kyung S___”

“Kyung Soo-ya…”

DOOOORRRR~

Chan Yeol cukup terkejut begitu melihat siapa namja cantik yang menghampiri Kyung Soo itu. dan itu menyebabkan tembakannya meleset.

“KYUNG SOO…” pekik Baek Hyun saat mendapati Kyung Soo ambruk ke tanah sambil memegangi lengannya yang terkena tembak.

“Sh*t!” Chan Yeol langsung menancap gas nya dan meninggalkan lokasi itu tanpa kentara. Ia memang berhasil menembak Kyung Soo, tapi jelas sekali tembakannya meleset karena hanya mengenai lengannya, bukan dada kirinya.

“Kyung Soo-ya…” Baek Hyun menangis histeris sambil memeluk sahabatnya itu. dengan tangan bergetar ia merogoh sakunya dan menelpon ambulance. “Kyung Soo-ya, bertahanlah… Kumohon.”

 

*~~Amaterasu~~*

 

Baek Hyun masih sesenggukan, duduk di tepi tempat tidur Kyung Soo di mana namja itu duduk bersandar dengan selang infus menempel di punggung tangan kanannya sementara lengan kirinya dibalut perban dan dipasangkan traksi.

“Aku tidak apa-apa Baek Hyun-ah, berhentilah menangis,” ucap Kyung Soo sambil mengusap pundak sahabatnya.

“Pasti orang itu.. pasti orang itu. orang yang dimaksud Kai… dia sudah muncul untuk menuntut balas… tapi kenapa justru orang-orang di sekitarku yang dia lukai???” rintihBaek Hyun.

“Baek Hyun-ah, sudahlah…”

“Semua salahku… semua salahku. Kalau saja aku mati bersama Se Hun waktu itu, ini tidak akan terjadi.”

“Hey… jangan bicara sembarangan, atau aku akan marah. Aku tidak apa-apa, jadi berhentilah menangis.”

“Tadi malam aku merasakannya, firasatku buruk tentang hal ini, untuk itulah aku menemuimu… aku bahkan tidak menyangka nyawamu juga diincarnya.”

“Sudahlah, ini bukan salahmu.”

“Tapi tetap saja…”

Kyung Soo menghela nafas. “Tenanglah… aku akan mengatasi masalah ini. aku punya kenalan, dia seorang detektif yang cukup terkenal di Jepang, mungkin kau pernah bertemu dengannya.”

Baek Hyun mengusap air matanya. “Siapa?”

“Su Ho Hyung… dia ke Korea hari ini, dan akan kuminta dia secara khusus menyelidiki kasus ini, mengenai orang yang mengincarmu, tenanglah… dia pasti akan menemukannya.”

“Secepatnya Kyung Soo-ya, aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu karenaku.”

Kyung Soo tersenyum. “Aku tidak akan meninggalkanmu. Tuhan menciptakanku untuk menemanimu, jadi jangan cemas lagi, paham?”

Baek Hyun berusaha menghentikan tangisnya, kemudian mengangguk. “Aku menyayangimu Kyung Soo-ya.”

“Aku lebih menyayangimu…”

 

*~~Amaterasu~~*

 

PRAAANNNGGG~~~

Untuk kesekian kalinya Lu Han mendengar bunyi pecahan kaca dari dalam kamar Chan Yeol. Sudah tidak diragukan lagi, namja tampan itu pasti mengamuk.

Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya, Lu Han akhirnya membuka pintu kamar Chan Yeol dan masuk ke dalam.

Ia sudah tidak terkejut lagi dengan keadaan kamar Chan Yeol yang berubah drastis menjadi kapal pecah. Lemari besarnya sudah tak berdiri vertikal lagi, cermin pecah berhamburan, vas bunga ikut pecah di lantai, spreinya tak lagi berbentuk, meja nakas yang membuat Lu Han takjub karena tertancap di kaca televisi besar di dalam kamar Chan Yeol itu, terakhir yang lebih parah. Punggung tangan Chan Yeol koyak dan meneteskan darah. Jadi Lu Han tahu dengan cara apa Chan Yeol memecahkan cermin, merobohkan lemari dan mengacaukan segalanya.

Dengan sangat hati-hati ia membimbing Chan Yeol untuk duduk di atas tempat tidurnya yang kacau, dan dengan lembut ia membersihkan luka Chan Yeol dengan peralatan P3K yang sudah siap sejak tadi di tangannya.

“Dia harus mati… harus mati…” pekik Chan Yeol tertahan dalam geramannya, tubuhnya yang panas menahan emosi terlihat bergetar.

“Terjadi sesuatu?” tanya Lu Han lembut.

Chan Yeol menoleh pada Lu Han dengan tatapan tajam. “Menurutmu… siapa namja yang bernama Do Kyung Soo itu?”

Lu Han mengerutkan kening, ia pikir yang dimaksud Chan Yeol tadi harus mati adalah Byun Baek Hyun. “Bukankah dia kenalan Baek Hyun? Pemilik cafe tempat kita makan siang tempo hari?”

“Apa hubungan namja itu dengan Byun Baek Hyun.”

“Seperti yang dikatakan anak itu… dia teman Baek Hyun sejak kecil. Dan kurasa hanya seperti itu.”

“Kau yakin?”

Lu Han semakin kebingungan. “Apa Do Kyung Soo juga terlibat dalam kematian keluargamu?”

“Tidak…”

“Lalu?”

Chan Yeol mengacak rambutnya. “AKU TIDAK TAHU… AKU TIDAK TAHU….JANGAN BERTANYA.” ia menarik kaos Lu Han hingga namja cantik itu terhempas ke arah Chan Yeol dengan sangat kasar.

Terakhir Chan Yeol menarik rambut belakang Lu Han agar wajahnya mendongak, dan selanjutnya ia lumat bibir Lu Han yang tentu saja dengan caranya…

Kasar…

 

TBC

 

ALF Note: segini dulu deh…otak mampet… ana mau meditasi dulu, mencari pencerahan untuk lebih mengejamkan(?) FF ini… gak tau kenapa ane lagi suka yang sadis2… kekekekekeke

 

 

531 respons untuk ‘Amaterasu (The Undying Flames)|| ChanBaek || Chapter 1

  1. Ping-balik: LIST FF CHANBAEK FAVORITE | Shouda Shikaku's World

  2. Annye0ng th0r,,
    nie ff sadis amat,b’banding terbalik dgn NRL..
    tp saya suka2..

    Chan sadis amat,,
    h0bby k0q ngebunuh 0rg..
    Yg saya suka dr ff Alf adalah cerita nya yg gag biasa n bwt ketagihan..
    Bhs auth0r jg keren,gag ngeb0senin..

    salam kenal y th0r..

  3. What a brilliant brain you have author.. Srsly,, kmu tau bngt apa yg kami, reader mau. Hunbaek, dan skr chanbaek. chanbaek, hunbaek, krisbaek, adalah most fav pairs ever. Suka bangeett sama ke-3 pair itu. Thankyou thankyou thankyouuuu… Pokoknya i love you and your story!

    Back to the cmnt.. Ada sdikit yg brbda dri AF dan amaterasu biarpun story linenya mungkin sama2 tentang balas dendam. AF mungkin trmasuk kategori ff yg berat bgt, tp yg ini(amaterasu) lebih berat lagi. Chara chanyeol dsini lbih kuat dri sehun. Dan itu (sexy#slap) mngkhawatirkan bgt. Dia beda dngn sehun. Lebih kejam n bengis. Aq harap ini gak berakhir angst yg bnr2 angst. Like, yeol kill baek maybe? Heyy baek deserves a happiness ending u’know#gettingslap. Duh gak tau lagi musti komen opo. Yg pasti excited bgt deh. Udah gak sabar pen bc chapt 2nya.. So annyeong nee~

  4. Chanyeol nya beneran lebih ngeri dari sehun. Tapi dia kayanya udah tertarik sama baekhyun. Dia marah sama kyungsoo gegara kyungsoo deket sama baekhyun?

    Duhh ngeri aja waktu ceye bunuh tiga karyawan gegara liatin baek.
    Ayoloh main main sama baekhyun nanti jatuhnya bakal kaya sehun gimana itu 😂😂😂

    Aaaa otw next chapter kkkk

  5. Astaga chanyeol lebih serem dari sehun, bener-bener serem banget disini, tapi bikin tambah kereeeen.. Hehehe, suka deh baca karakter chanyeol yang sadis gini.
    Aduh gak sabar buat baca kelanjutannya. Lanjut outhor😊

  6. Tak dapat kubayangkan chanyeol sesadis itu, so badass.
    Mungkin pada akhirnya nanti chanyeol bakal luluh juga sama baekhyun.
    Uuhhuuu

  7. Duuuuhhhhh ingin berkata kasar lagiiiiii!!!! Greget aku sama chanyeol. Dasar kampret!!!! Kyungsoo kuuuuuu jangan kyungsoo ku dasar dobi!!!! Bunuh Kris aja, bunuh dia aja!!! Aku dukung!!! Dari awal aku emang gak suka sama si Kris kampret itu

Tinggalkan komentar