Monochrome || HunBaek || Chap 2 of 2 – END


mono2 jadi1

Tittle: Monochrome

Author: AyouLeonForever

Cover pic/poster edited by: AyouLeonForever

Genre: Yaoi, Romance, Sad (?) Romance, Action(?), Comedy. Diramu menjadi satu.

Length: 2shot

Pairing: HunBaek

Slight: HunHan and others #smirk

Main Cast:

  • Oh Se Hun

  • Byun Baek Hyun.

  • Wu Fan / Kris Wu

  • Kim Joon Myun / Su Ho

  • Do Kyung Soo

  • Dll

 

Disclaimer: semua cast bukan punya ALF, cuman pinjam nama buat imajinasi(?).

Copyright: Alur/plot belongs to me. AyouLeonForever™. Dilarang menyebarkan(?) alias copy paste without permission.

 

Summary: Jika kutemukan warna indah pada dirinya…Lalu mengapa aku harus teguh pada satu latar warna yang membuatku redup?

Kubutuh Ia.

 

Warning: Boys Love, OOC, AU, Little bit lime. Yang bocah nyadar.

 

 

|| Chapter 2||

 

 

 

Baek Hyun berdiri tegap namun gemetar di hadapan seorang Polisi paruh baya dengan lencana emas –mengerikan di mata Baek Hyun- yang tersemat di seragamnya, menandakan bahwa Polisi itu memiliki pangkat cukup tinggi.

 

Di sebelah Polisi itu, Kris berdiri tanpa melepas senyumnya sejak tadi.

 

“Aku masih tidak percaya ini. Betul kau melakukan penyelidikan sendiri di bar itu?”

 

Baek Hyun terkaget mendengar pertanyaan yang sebenarnya sangat sederhana itu. “Ne… Seojang-nim. Bisa dibilang seperti itu.”

 

“Lalu dari mana kau tahu bahwa Bar itu adalah tempat transaksi penyelundupan senjata api?”

 

“Itu, Kris Seojang-nim yang__”

 

“Itu dia sendiri yang menyelidikinya, Sunbae-nim. Aku juga terkejut saat ia memintaku memberinya surat tugas untuk menyelidikinya secara langsung,” potong Kris.

 

Baek Hyun jelas membelalak karena itu murni kebohongan.

 

“Hebat… kupikir aku akan berkunjung ke sini untuk mendengar kabar gembira mengenai kembalinya Detektif Oh. Tapi ternyata, ada kabar gembira lainnya. Kau tahu Polisi Byun? Kelompok itu sangat sulit dilacak karena keberadaannya tidak menentu. Jadi ini sungguh luar biasa jika Polisi muda sepertimu bisa melacak mereka bahkan seorang diri.”

 

“I… Itu…”

 

“Itu benar Sunbae-nim,” potong Kris lagi. “Sudah kubilang anak ini memiliki kemampuan di atas rata-rata. Jadi bukan tanpa alasan aku mati-matian mempertahankannya di sini.”

 

“Oh masalah itu, mungkin aku harus menyampaikan permintaan maaf padamu karena meragukan anak buahmu.”

 

“Tidak masalah Sunbae-nim. Bukan perkara serius, yang jelas anak ini sudah membuktikan eksistensinya.”

 

Polisi senior itu mengangguk-angguk sambil tersenyum. “Keberhasilan individu dalam kasus seperti ini sangat jarang. Harus ada penghargaan bukan?”

 

Baek Hyun menelan ludah dengan sangat gugup, tangannya bahkan berkeringat. Sebenarnya ia akan mendengar kabar baik, dan ia tahu hal itu. Tapi ada yang janggal di sini.

 

“Polisi Byun, besok datanglah ke kantor pusat untuk pelantikan kenaikan jabatan.”

 

Dan Baek Hyun hampir pingsan mendengarnya.

 

 

♨♨♨♨

 

 

 

“Kenapa anda berbohong?” tanya Baek Hyun langsung saat ia hanya berdua saja di ruangan itu bersama atasannya.

 

“Bohong apanya?” balas Kris terlihat sibuk atau menyibukkan diri memilah berkas kasus yang sudah ia periksa.

 

“Semuanya… mengenai dari mana aku tahu bahwa kelompok itu melakukan transaksi di bar itu.”

 

“Itu bukan bohong, yah hanya sedikit bumbu.”

 

“Itu bukan sedikit Seojang-nim, itu terlalu banyak. Aku merasa betul-betul tidak pantas menerima pernghargaan yang bukan sepenuhnya atas jerih payahku.”

 

Kris menutup sebuah map yang belum sempat ia baca, kemudian mendongak untuk menatap Baek Hyun. “Kau marah?”

 

Baek Hyun berdecak kesal. Masih kebiasaan buruk saat hanya berdua dengan atasannya. “Bukan marah, hanya… tidak suka. Seperti menerima sesuatu yang bukan hakku. Harusnya anda mengatakan bahwa anda yang mulanya mencurigai lokasi itu.”

 

“Eh, kapan aku mengatakan bahwa aku yang pertama kali menemukan lokasi transaksi itu?”

 

“Bu… Bukankah kemarin anda mengatakan…”

 

“Hanya mengatakan sedang mencari seseorang untuk menyelidiki tempat itu kan. Karena aku mendapat laporan itu juga dari orang lain.”

 

Baek Hyun semakin mengerutkan keningnya. “Orang lain? Siapa?”

 

Kris tersenyum penuh arti. “Wae? Kau mau berterima kasih?”

 

“Memangnya siapa orangnya?”

 

Kris mengangkat bahu. “Mungkin Detektif Oh punya jawabannya.”

 

Dan Baek Hyun akhirnya hanya bisa menganga lebar-lebar.

 

 

 

 

 

♨♨♨♨

 

 

 

 

 

Malam itu Baek Hyun terlihat begitu gelisah bermondar mandir di depan tembok pagar rumah Detektif Oh. Ingin masuk, tapi ia urung lagi. Dan itu terjadi hampir berpuluh-puluh kali sampai ia akhirnya duduk berjongkok di bawah pohon sekitar 5 meter dari pagar rumah itu.

 

“Masuk, pulang, masuk, pulang, masuk, pulang…” ucapnya seiring jarinya yang menghitung jumlah ubin di trotoar. Sampai ia dikejutkan oleh dering ponselnya sendiri.

 

Sebuah SMS dari nomor yang tidak dikenal.

Sudah jauh-jauh ke sini. Masuk saja!

 

 

 

 

 

 

 

Baek Hyun hampir terjungkal ke belakang setelah membaca isinya. “Akh sial, aku lupa kalau dia seorang Detektif yang sangat menyebalkan.” Dan akhirnya ia menyeret langkah kesalnya memasuki pagar yang tidak lagi berkarat itu. Sepertinya Detektif Oh mengganti cat pagarnya. Juga cat rumahnya. Sudah tampak bersih dan menawan dari depan, tidak ada lagi lumut yang menempel di dindingnya.

 

Baek Hyun hendak mengetuk pintu, tapi ponselnya kembali berdering. Kali ini berupa panggilan.

 

“Aku Byun Baek Hyun!” sahut Baek Hyun pelan saat menjawab panggilan masuk itu.

 

“Aku tahu, karena kalau bukan kau, mana mungkin aku repot-repot menelpon,” balas suara dari seberang. Sudah pasti Oh Se Hun yang entah apalagi maksud kalimatnya itu.

 

“Aku ada di depan.”

 

“Aku tahu, makanya aku menelponmu. Aku sedang mengerjakan sesuatu, jadi jangan manja untuk dibukakan pintu. Masuk saja sendiri, itu tidak dikunci.”

 

Baek Hyun mendesis, dalam sekejap ia menyesal untuk berkunjung ke rumah itu. “Arasso, aku masuk.”

 

“Hm, aku di kamar.”

 

“MWO? KENAPA HARUS DI KAM__”

 

Piiiippp…

 

“Akh brengsek…” umpat Baek Hyun saat sambungannya terputus tiba-tiba.

 

Ia pun memberanikan diri memasuki rumah yang tidak lagi terlihat seperti rumah hantu. Ruangannya betul-betul bersih. Lantainya bahkan mengkilap, dan ada aroma cat yang masih baru. Mengingat saat ia masuk, latarnya suram sekali. Cat putih yang usang ditambah penerangan yang tidak maksimal, seperti tengah menonton sebuah film hitam putih yang –menurutnya- sangat suram. Kali ini tidak, justru sangat menyejukkan mata dengan kombinasi warna cerah dan senada. Biasanya akan mencerminkan kepribadian pemilik rumah yang ceria. Tapi mengingat rumah ini adalah milik Detektif Oh, Baek Hyun hanya melengos dan membantahkan pendapat itu.

 

Tidak harus mengunjungi rumah itu berkali-kali untuk tahu di mana kamar Se Hun yang dimaksud. Rumah itu tidak terlalu besar, namun kesan mewahnya melekat kuat. Baek Hyun menyentuh handle pintu yang terdapat papan kayu bertuliskan Oh Se Hun di sana. “Seolah kau punya banyak saudara saja di sini,” gerutunya seorang diri.

 

“Masuk!” seru Se Hun dari dalam, padahal Baek Hyun baru saja ingin mengetuk pintu itu.

 

“Ck, aku tidak tahu kalau mata seorang Detektif  bisa menembus pintu,” gerutunya lagi kemudian membuka pintu itu secara perlahan.

 

Tampaklah di sana, seorang Oh Se Hun yang duduk di bersandar di atas ranjangnya dengan sebuah laptop di pangkuannya.

 

“Tidak bisakah kau keluar sebentar dan meladeniku bicara di ruang tamu?” tanya Baek Hyun cukup risih, terlebih melihat penampilan Se Hun yang hanya memakai baju mandi tebal berwarna putih.

 

“Sudah kubilang ada yang sedang kukerjakan, kau tidak lihat aku sibuk?” balas Se Hun masih fokus pada layar laptopnya.

 

“Ya sudah, aku kembali besok saja.”

 

“Besok aku tidak di rumah.”

 

“Kalau begitu aku akan kembali saat kau ada di rumah. Atau kita bisa membuat janji bertemu di luar, di tempat yang lebih masuk akal dan layak untuk mengobrol, atau…”

 

“Kalau kukatakan aku hanya bersedia meladenimu saat ini kau mau apa?”

 

Baek Hyun merutuk dalam hati. Betul-betul ingin mencakar wajah Oh Se Hun yang sialnya sangat tampan itu. Baek Hyun menghembuskan nafasnya cukup panjang. Membuang segala bentuk amarah yang nyaris membuatnya meledak karena memang ia datang bukan untuk marah-marah. Entahlah, sekarang mungkin tidak, siapa yang tahu nantinya.

 

Setelahnya ia melanjutkan langkah menuju sofa dekat jendela. “Aku akan mengatakan ini dengan cepat, sepertinya kau juga tidak suka diganggu.”

 

Mendengar itu, Se Hun langsung menoleh, kemudian meletakkan laptopnya di atas nakas dan melepas kacamatanya. “Katakan secara perlahan. Aku terkadang tidak mengerti saat orang berbicara dengan cepat padaku.”

 

Baek Hyun memejamkan mata sejenak. Masih berusaha mengontrol emosi. “Mengenai kasus penyelundupan senjata yang kutangani kemarin… bersamamu. Aku rasa ada yang janggal.”

 

“Hm? Apanya?”

 

“Seojang-nim awalnya mengatakan padaku bahwa ia membutuhkan seseorang untuk menyelidiki kasus itu karena dia sudah menemukan lokasi yang ia curigai. Tapi saat Kang Seojang-nim bertanya mengenai hal itu, ia justru mengatakan bahwa akulah yang sejak awal mencurigai tempat itu. Dan karena kebohongan besarnya itu, aku akan mendapatkan penghargaan yang tidak seharusnya kuterima. Untuk itu, harus kucari tahu alasan kebohongannya itu.”

 

“Lalu jawaban yang kau dapat?”

 

Baek Hyun menatap Se Hun cukup tajam. “Aku mencium sebuah konspirasi di sini.”

 

Se Hun tertawa kecil, terdengar seperti tawa geli.

 

“Ini sama sekali tidak lucu Detektif Oh. Kenapa kau dan Seojang-nim mempermainkanku?” protes Baek Hyun dengan suara meninggi.

 

“Hei, santailah, kami tidak bermaksud mempermainkanmu. Kau lihat? Tidak ada dampak buruk yang kau terima bukan?”

 

“Masalahnya bukan dampak buruk seperti yang kau maksud. Tapi tetap saja ini merugikanku, karena aku memikul tanggung jawab dan kepercayaan yang cukup besar. Sementara aku tidak yakin bahwa aku mampu”

 

Se Hun melipat tangannya di dada, menatap Baek Hyun yang tidak cukup jauh darinya. “Kau ragu? Kau meragukan kemampuanmu? Polisi yang dididik untuk bersikap tegas justru ragu akan kemampuannya sendiri?”

 

Seperti tertampar telak-telak. Baek Hyun akhirnya bungkam.

 

“Apa kau pernah bertanya kenapa Kris Hyung begitu mengistimewakanmu?”

 

Baek Hyun menggeleng ragu, juga bingung karena perubahan topik yang tiba-tiba itu. “Mungkin karena aku terlalu ceroboh.”

 

Se Hun tertawa geli namun segera ia hentikan sebelum Baek Hyun yang sensitif itu kembali tersinggung. “Ceroboh itu bukan suatu hal yang pantas untuk diistimewakan.”

 

Sayangnya ucapan itu justru semakin membuat Baek Hyun tersinggung. “Tahu begitu untuk apa kau bertanya?”

 

“Hanya untuk memastikan. Apa kau juga menyukai Kris Hyung?”

 

Baek Hyun membelalak. “Apa kau gila? Mana mungkin aku menyukai orang yang sudah menikah?”

 

“Hei, bukan suka dalam artian itu. Karena kutahu yang kau sukai itu adalah aku. Maksudku, Kris Hyung itu akan mengistimewakan siapa saja yang dia suka. Sepertiku, terlebih jika kau juga menyukainya.”

 

“Tunggu… tunggu, suka dalam artian apa yang kau maksud, dan lagi… APA MAKSUDMU KALAU AKU MENYUKAIMU??”

 

Se Hun kembali menahan senyumnya. Sedikit bergeser kemudian ia turun dari tempat tidurnya dan menghampiri Baek Hyun yang duduk tidak tenang di sofa cokelat dekat balkon. “Harusnya kau mempertanyakan kepedulian yang tidak masuk akal itu. Mana mungkin ada atasan yang begitu mempertahankan anak buahnya yang tidak betul-betul bisa diandalkan, terlebih jika ia masih baru.”

 

Baek Hyun terdiam, memasang wajah bingung.

 

“Kau ada hubungan spesial dengan Kris Hyung?”

 

“Sudah kubilang aku bukan namja seperti itu yang suka merusak rumah tangga orang!”

 

“Jadi kau tidak pernah memikirkan kenapa Kris Hyung begitu memperhatikanmu?”

 

“Mungkin karena jiwa sosialnya cukup tinggi, terlebih dia tahu betul tentang kondisi keluargaku.”

 

Se Hun bergumam lalu mengangguk kecil berkali-kali. “Kenapa? Apa latar belakang keluargamu cukup suram?”

 

“Kenapa harus kujawab? Aku kesini bukan untuk menceritakan latar belakang keluargaku. Aku hanya ingin tahu kenapa kau dan Seojang-nim bersekongkol untuk mempermainkanku?”

 

“Mempermainkanmu bagaimana?”

 

“Mengenai orang yang memberi laporan pada Seojang-nim bahwa akan ada transaksi di bar itu. Orang itu… kau kan Detektif Oh!”

 

Se Hun masih setia tersenyum, menikmati ekspresi kesal Baek Hyun di depannya itu. “Kemampuan analisamu mulai meningkat Byun Kyeongjal-nim, padahal aku baru mengajarimu kemarin malam, kupikir kemampuanmu akan semakin meningkat kalau kau terus bersamaku.”

 

Baek Hyun memutar bola matanya malas. “Ini bukan lelucon, jadi berhenti mengatakan hal yang tidak masuk akal. Sekarang katakan padaku, apa tujuanmu melibatkanku dalam persekongkolanmu dengan Seojang-nim?”

 

“Tidak ada tujuan khusus.”

 

“Lalu?”

 

Se Hun terdiam sejenak, menatap Baek Hyun tetap di manik mata. “Baiklah, sepertinya kau memang butuh penjelasan. Seperti yang kukatakan, tidak ada tujuan khusus. Aku hanya ingin membantumu mempertahankan pekerjaanmu, ya kebetulan aku menangkap gerak-gerik kelompok itu sejak 4 hari yang lalu. Rasanya sayang saja kalau aku membiarkannya, terlebih aku tahu ada bibit baru yang bisa menyelesaikan hal seperti itu. Memang benar aku yang memberitahu Kris Hyung mengenai keberadaan kelompok itu, dan aku membuat semacam kesepakatan dengannya agar kaulah yang diutus untuk melakukan penyelidikan. See… kau tidak akan kehilangan pekerjaanmu, manis. Karena kalau titik beratnya adalah aku harus kembali kesana, kurasa itu akan mustahil. Aku sudah bersumpah untuk tidak akan pernah kembali lagi kesana.”

 

 

Deg~

 

Baek Hyun bungkam. Terlebih  nada suara Se Hun tidak semenjengkelkan biasanya.

 

“Mengenai perhargaan yang kau dapat, kurasa itu bukan beban. Kau hanya perlu meningkatkan kemampuanmu agar semuanya seimbang bukan? Jadi berhentilah mengeluh, karena ini bukan kendala besar.”

 

“Tapi dengan cara seperti itu sama saja dengan menipu.”

 

Se Hun menggumam pelan. Cukup takjub pada lawan bicaranya yang mampu mempertahankan kontak mata dalam kurun waktu yang cukup lama. Menandakan bahwa orang itu adalah pribadi yang bisa dipercaya dan bisa memegang kepercayaan dengan teguh. “Tidak juga, karena aku lihat kau memang punya kemampuan itu, hanya perlu sedikit diasah. Belum lagi kau masih sangat muda.”

 

Baek Hyun terdiam lagi. Ini aneh, tapi kalimat pendek itu bisa menenangkan Baek Hyun. Menghilangkan keraguannya dan apapun yang membuatnya sangat tidak percaya diri. Terlebih setelah ia tahu bahwa Se Hun melakukan semua itu hanya untuk sekedar menolongnya. Bukan mempersulitnya dengan mengajukan syarat khusus saat ia meminta Detektif tampan itu untuk kembali. Ia pikir, Se Hun  sengaja memberikan syarat mustahil itu bukan untuk menggodanya, tapi memang bahwa Se Hun tidak punya niat sama sekali untuk kembali. Dan sudah pasti ini berhubungan erat dengan masa lalunya.

 

Tentu saja tentang  namja bernama Lu Han… dan… entahlah… hanya menyebutkan nama itu dalam hatinya, Baek Hyun merasa ada yang aneh. Bukan tidak suka… hanya… aneh.

 

Dan melihat sikap Baek Hyun yang mulai melunak itu, Se Hun tersenyum. Mengarahkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Baek Hyun, menapakkan sikunya di sandaran sofa untuk menopang sebelah pipinya. “Apa sudah sejak lama kau ingin menjadi Polisi?”

 

Baek Hyun tidak langsung menjawab, ia seperti menimbang-nimbang untuk merespon, bukankah ia kesini hanya untuk membahas kejadian kemarin dan tadi pagi? Dan setelah pembahasan mereka  selesai, bukankah seharusnya ia pulang? Tapi ia pikir, apa salahnya meladeni Se Hun berbicara. Mengingat ia tidak  selicik yang Baek Hyun kira. “Tidak juga… “

 

“Lalu?”

 

“Apa ini caramu  memintaku untuk menceritakan latar belakangku?”

 

Se Hun tertawa kecil dan mengangguk pasti. “Apa salahnya untuk saling mengenal lebih jauh. Maksudku, ayolah… sayang sekali kau hanya datang kesini untuk menanyakan hal yang tidak penting. Kau juga bisa menanyakan apapun padaku setelah ini.”

 

Deg__

 

Entah  apa menariknya tawaran itu. Tapi jujur saja ada  sesuatu yang mendorong Baek Hyun untuk ‘ingin tahu’ masa lalu Se Hun.  “Aku tidak pandai bercerita. Dan kepalaku sedikit sakit jika membahas masa lalu. Yang jelas, kalau kau ingin mengenalku, kau bisa lihat aku sekarang. Aku hanyalah seorang anak yatim piatu yang memiliki 3 orang adik untuk dibiayai. Untuk itulah aku mati-matian berusaha agar aku diterima menjadi seorang Polisi. Makanya, jika ada orang sepertimu yang menggagalkan usahaku maka aku tidak akan memaafkanmu sampai mati.”

 

Se Hun mengangkat alisnya tinggi-tinggi. “Wah kejam sekali.”

 

“Untuk itu, kembalilah. Dan jangan menyusahkanku. Tolong!”

 

“Untuk apalagi? Bukankah kau sudah tidak terancam dipecat? Seperti yang kau bilang tadi, bukankah kau akan naik pangkat?”

 

“Tetap saja Departemen penyidikan masih sangat membutuhkanmu. Tidak menutup kemungkinan aku akan ditugaskan lagi untuk membawamu kembali.”

 

Se Hun tertawa, masih betah memandangi wajah Baek Hyun yang entah kenapa malam itu terlihat lebih bersinar. “Boleh saja. Tapi syarat yang waktu itu masih berlaku.”

 

Baek Hyun memutar bola mata malas. “Tolong seriuslah Detektif Oh.”

 

“Aku sudah serius, kau sangat menarik. Dan aku suka…”

 

 

Deg~

 

 

“Se… Sebenarnya kenapa kau tidak ingin kembali?” tanya Baek Hyun mengalihkan pembicaraan. Yang benar saja, melihat Detektif Oh mengatakan ‘suka’ sesantai itu jelas sekali tidak ada unsur keseriusan sama sekali. Dan Baek Hyun tidak ingin berharap banyak dari hal itu.

 

 

 

Berharap banyak?

 

Lupakanlah. Baek Hyun tidak punya waktu untuk membahas perasaan pribadinya.

 

“Hanya tidak ingin.”

 

“Kenapa tidak ingin?” desak Baek Hyun lagi.

 

“Entahlah, aku merasa tidak ada gunanya lagi untuk kembali. Mungkin kau sedikit mengerti, mengingat kau juga pernah mengalami ‘kehilangan’ orang yang sangat kau cintai.”

 

 

Deg_

 

 

Baek Hyun hendak membuka mulutnya, tapi urung karena ia rasa belum saatnya memotong.

 

Se Hun pun mengubah posisi duduknya untuk bersandar tanpa menatap Baek Hyun. Ia rebahkan kepalanya di sandaran sofa dan menghadap ke langit-langit kamarnya. “Selama ini aku bekerja di sana, karena aku punya seseorang di belakangku, menopangku dan menjadi sandaran hidupku. Maka kujadikan ia tujuan hidupku. Dia adalah bahagiaku, senangku, sedihku, sukaku, dukaku, tawa dan tangisku. ‘Dia’ adalah warna dalam kehidupanku. Dan ketika dia pergi, hidupku tidak hanya kelam tanpa warna… tapi gelap,” lanjut Se Hun dengan ekspresi berbeda. Dan Baek Hyun kontan melupakan semua sikap kurang ajar Se Hun yang pernah ia lakukan padanya saat melihat sorot mata penuh luka itu. Tidak ada air mata, tapi mata itu jauh lebih terluka dari pada mata yang menangis.

 

“Dia… L… Lu Han?” tanya Baek Hyun antara ragu dan takut.

 

Se Hun tidak menjawab. Hanya setia menatap langit-langit. Seolah ada sesuatu di sana. Dan itu justru membuatnya memejamkan mata, seolah  itu akan membuatnya semakin terluka.

 

“Se… Secinta itukah?” tanya Baek Hyun lagi. Kali ini lebih pelan.

 

Se Hun tersenyum getir, masih dengan mata terpejam. “Mungkin kau seharusnya bertanya. Sebodoh itukah? Tapi kau masih ingat pertemuan pertama kita bukan. Itulah pembenaran keadaanku saat kehilangannya. Ragaku masih hidup, namun jiwaku pergi bersamanya.”

 

Baek Hyun kini terdiam. Memandangi wajah Se Hun dari samping. Garis sempurna yang membentuk dari ujung keningnya hingga ujung dagunya. Sekali lagi, tanpa dihiasi air mata, namun wajah itu seperti menangis meratapi luka yang sampai sekarang terlihat jelas masih berdarah.

 

Maka salahkah jika Baek Hyun ikut merasakannya? Salahkah jika saat itu Baek Hyun tidak kuasa menahan air matanya. Meleleh begitu saja tanpa penghalang. Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa ia ikut terluka. Namun satu yang paling ia tidak mengerti akan penyataan…

 

Baek Hyun terluka melihat Se Hun masih secinta itu pada sosok yang telah raib dari sisinya. Menyisakan penderitaan yang ujungnya tak terlihat.

 

Jemari indah itu terulur. Tidak diperintah maupun dituntun oleh otaknya, bukan juga murni akibat kerja syaraf motoriknya. Ada sesuatu yang menuntunnya mengangkat tangan dan meletakkan jemari indahnya di pipi Detektif Oh yang masih memejamkan mata.

 

“Lepaskanlah… Jika ini membuatmu tersiksa maka lepaskanlah. Bukan melupakan, karena aku tahu itu sulit,” lirih Baek Hyun lembut seiring jemari indahnya yang mengusap pipi Se Hun.

 

Detektif tampan itu membuka mata dan sedikit tercengang. Ia dapati wajah Baek Hyun yang sendu, seolah ikut merasakan lukanya, merasakan kesedihannya. Bukan ekspresi sok peduli yang selama ini ditangkapnya dari orang lain. Sepasang mata mungil itu memancarkan kemurnian dan ketulusan dari dalam dan… entahlah… seperti seseorang yang menemukan sebuah oase setelah merasakan dahaga selama bertahun-tahun. Dan melihat ekspresi wajah itu… ada sesuatu yang singgah menyapa hati Detektif tampan itu.

 

 

Baek Hyun sedikit terkejut saat Se Hun  menapakkan tangannya di atas punggung tangan Baek Hyun yang masih menempel  di pipinya. Tatapannya lurus, seolah mengunci sepasang manik mata hitam yang terlindung di dalam kelopak tipis di depannya itu. “De… Detektif Oh…” lirihnya bahkan hanya dengan gerakan bibir. Takut memecah hening yang sangat berarti itu.

 

Se Hun kembali memejamkan matanya. Mengeratkan genggamannya di punggung tangan indah Baek Hyun. Dengan gerakan kecil ia menoleh, membuat bibirnya menyentuh permukaan kulit telapak tangan Baek Hyun yang menurutnya lembut. Mengecupnya cukup lama dan sangat pelan, seolah ia takut permukaan kulit itu akan tergores jika ia tidak hati-hati.

 

Baek Hyun menggigit bibir bawahnya saat merasakan permukaan kulit telapak tangannya disentuh dengan begitu lembut oleh bibir hangat Se Hun. Mengirimkan getaran aneh yang menjalar ke sepanjang pembuluh darahnya. Berhenti dengan sebuah pukulan kecil di jantungnya hingga berbunyi ‘dug’. Membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain diam. Menerima setiap sensasi yang membuatnya merasa aneh sekaligus suka. Bisa jadi ini gila, mengingat selalu ada yang tertinggal jika ia hanya berdua saja dengan Detektif tampan itu.

 

Selang beberapa menit, Se Hun membuka matanya. Menatap lurus ke arah Baek Hyun yang masih setia dalam kebisuan sebagai perwujudan kebingungannya.

 

“Kenapa?” tanya Se Hun, lirih.

 

Ne?”

 

“Kenapa aku harus melepaskannya? Berikan aku satu saja alasan untuk melepaskannya maka aku akan menurutinya.”

 

Baek Hyun bergumam ragu. Masih terkunci oleh tatapan lurus Se Hun. “Sebenarnya apa alasanmu mempertahankannya? Bahkan jika kau ingin, kau tetap tidak bisa lagi bersamanya, karena ia tidak lagi di dunia.”

 

“Aku mencintainya… sangat mencintainya. Melupakannya bukan sekedar sulit Byun Baek Hyun, bagiku itu mustahil. Sama seperti melepas nyawaku!”

 

Baek Hyun terdiam. Namun tak ada ekspresi mengiyakan dari pernyataan Se Hun. Ada ketegasan di sana. Masih membiarkan Se Hun menggenggam punggung tangannya, lalu ia ulas senyum tipis namun meyakinkan. “Jika… Begitu…., maka lepaskanlah,” lirihnya tegas.

 

Se Hun menelan ludah, kemudian menggeleng tidak percaya. “Kau tahu artinya? Hm? Itu artinya aku akan kehilangan nyawaku Byun Baek Hyun.”

 

Namja berwajah cantik itu mengangguk pelan. “Kubilang lepaskanlah… dan alasannya sudah kau sebutkan. Bahwa kau mencintainya. Kupikir kau  lebih tahu tentang  cinta, Detektif Oh. Cinta itu adalah kebahagiaan, bukan penderitaan.”

 

Se Hun terdiam. Namun tidak melepaskan tatapan  tajamnya pada sepasang manik mata murni itu.

 

“Ah sepertinya aku terlalu banyak bicara. Padahal aku tidak tahu apa-apa.” Baek Hyun menarik tangannya perlahan, berlagak melirik arlojinya. “Ya Tuhan… sudah tengah malam, aku harus pulang.” Baek Hyun  buru-buru berdiri dan membungkuk beberapa kali di hadapan Se Hun kemudian beranjak pergi secepat mungkin. Ia tidak ingin rasa itu kembali membuatnya bingung. Ia tak ingin tercampakkan lagi.

 

 

 

 

Tepat saat tangannya menyentuh handle pintu, tubuhnya mematung di tempat. Dua tangan terulur memeluknya dari belakang. Menariknya agak merapat hingga ia tidak bisa bergerak seinchi pun.

 

“De… Detektif Oh…”

 

“Bagaimana? Bagaimana agar aku bisa melepaskannya?”

 

Baek Hyun tidak menjawab. Ia hanya meletakkan kedua tangannya di lengan Se Hun yang memeluk perut dan dadanya sangat erat.

 

“Bahkan jika Lu Han mati karenaku. Apa aku juga harus melepaskan semuanya? Gara-gara pekerjaan sialan itu aku sampai melupakan janjiku dengan Lu Han. Gara-gara pekerjaan sialan itu aku melupakan hari penting bagi Lu Han, gara-gara pekerjaan itu… akhirnya Lu Han ….” suara Se Hun yang sedari tadi bergetar akhirnya tercekat, tak mampu menyelesaikan kalimatnya. Sampai  akhirnya Baek Hyun mendengar suara isakan samar namun pilu, ia pun menyadari bahwa Se Hun sedang membutuhkan pegangan. Saat ia berusaha melepaskan, maka ia akan rapuh. Satu-satunya hal yang bisa menolongnya adalah, ia memiliki sandaran dan pegangan setelah ia betul-betul melepaskan.

 

“Detektif Oh…” lirih Baek Hyun sembari mengusap pelan lengan Se Hun yang masih memeluknya itu. Dan firasatnya mengatakan, kontaknya dengan Detektif tampan itu tidak akan berakhir saat itu juga.

 

 

 

 

 

♛♛♛

 

 

 

 

 

 

Blam~

 

Kyung Soo menoleh saat mendengar pintu kamar kedua adiknya tertutup. Ia pun tersenyum saat melihat sosok namja tampan yang keluar dari sana dengan kondisi cukup lelah. Eun Jin dan Hye Min mungkin terlalu bersemangat untuk bermain bersamanya.

 

“Mereka sudah tidur Hyung?” tanya Kyung Soo pelan sembari meletakkan segelas cokelat hangat di atas meja ruang tengah.

 

Namja tampan itupun tersenyum dan menghampiri Kyung Soo yang duduk di sofa panjang. “Hm, Eun Jin itu benar-benar yeoja atau bagaimana? Dia hampir mematahkan punggungku saat bermain gulat.”

 

Kyung Soo tertawa, sebenarnya merasa tidak enak. “Mianhaeyo Hyung, mungkin karena aku dan Baek Hyun  Hyung jarang menemani mereka bermain, terutama Eun Jin. Kau tahu kan sejak kecil, Baek Hyun Hyung sibuk mencari penghidupan untuk kami, aku sibuk sekolah dan mengurus rumah dan… yah…”

 

Namja tampan itu –Su Ho- mengulas senyum tipis kemudian mengusap kepala Kyung Soo perlahan. “Mereka punya kakak-kakak yang terbaik, kau tahu? Itu sudah lebih dari apapun. Hye Min melarangku mengatakan ini, tapi adikmu itu betul-betul bahagia memiliki Hyung sepertimu dan Baek Hyun tentunya.”

 

Kyung Soo menunduk dengan wajah memerah. “Padahal kupikir mereka akan mengeluh karena kedua kakaknya terlalu sibuk.”

 

“Eh… kebetulan. Berbicara tentang Baek Hyun, kenapa sampai sekarang dia belum pulang  juga?” tanya Su Ho setelah menyadari jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 1 malam.

 

“Eh, dia tidak di kantor, Hyung? Bukankah biasanya dia tidak pulang karena lembur di kantor?”

 

“Lembur apanya? Tugasnya kosong, dan tadi sebelum aku ke sini, dia menelpon untuk memintaku menjaga kalian sampai dia pulang.”

 

“Eh, kupikir kau hanya berkunjung biasa, ternyata memang amanah. Kemana lagi Hyung ku itu?” keluh Kyung Soo cemas.

 

“Jangan khawatir, seluruh dunia tahu dia itu ceroboh, tapi dalam hal ilmu bela diri, dia yang paling baik.”

 

“Ck, sebaik-baiknya dalam ilmu beladiri tetap saja tidak menjamin dia bebas dari bahaya. Bagaimana kalau dia dikepung sekawanan mafia bersenjata? Dia kan belum terlalu ahli menggunakan senjata.”

 

Su Ho tertawa, sedikit membenarkan kecemasan Kyung Soo. “Tenanglah, dia tidak berkeliaran ke tempat yang tidak jelas. Eum… kalu kulihat dari gerak-geriknya sejak tadi pagi. Mungkin dia menemui Detektif Oh.”

 

Kening Kyung Soo berkerut, memandang Su Ho dengan ekspresi kebingungan. “Siapa itu Detektif Oh?”

 

Su Ho mengangkat bahu dan bergumam lirih. “Setahuku masuk list dalam tugas kakakmu yang belum tuntas. Tapi siapa yang tahu, bisa jadi Detektif Oh ini adalah calon kakak iparmu.”

 

Kyung Soo membelalak terkejut, menambah ukuran volume mata indahnya. “Jeongmalyo????”

 

“Ya pikirkan saja sendiri. Memangnya ada alasan lain apa sampai Baek Hyun masih betah berlama-lama di rumah Detektif Oh kalau bukan…” Su Ho menggerakkan alisnya naik turun, semacam kode rahasia mengisyaratkan kecurigaan.

 

“Ah tidak mungkin. Baek Hyun Hyung itu umurnya saja yang sudah dewasa, tapi kalau urusan percintaan, dia tidak lebih baik dariku.”

 

“Benarkah?”

 

“Hm.” Kyung Soo mengangguk  antusias, tanpa sadar bahwa Su Ho hanya sekedar memastikan. Bukan bertanya.

 

Dan saat hening telah menguasai. Semburat merah pun memenuhi kedua pipi Kyung Soo, apalagi tatapan mata Su Ho yang sulit diartikannya itu semakin membuatnya gugup.

 

“Mungkin… aku harus mengatakannya pada Baek Hyun dalam waktu dekat ini.”

 

Kyung Soo tersentak  kaget, langsung mengangkat wajah dan menatap Su Ho panik. “Mengatakan apa?”

 

“Tentang hubungan kita kedepannya… Kyung Soo-ya…”

 

Kyung Soo semakin membelalak. “Jangan! Aku bisa dibunuh.”

 

“Dibunuh? Wae?”

 

“Maksudku, aku mana mungkin menyempatkan diri berpacaran sementara kakakku mati-matian mencari uang untuk membiayai kuliahku dan sekolah adik-adikku.”

 

“Hei…”

 

“Lagipula aku sudah berjanji tidak akan memikirkan itu dulu sampai aku lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Setelah itu membalas jasa-jasa kakakku dan__”

 

 

Singkat, namun sukses membuat Kyung Soo mematung.

 

Su Ho menyentuh pipi mulus Kyung Soo dan mengusap bibir imutnya itu, menghapus jejak samar yang ditinggalkan bibirnya beberapa detik yang lalu di sana. “Aku berjanji hubungan ini tidak akan membuat pikiranmu terbelah antara kuliah dan aku. Maksudku, santai sajalah. Aku tidak menuntut apa-apa karena aku mengerti keadaanmu. Aku juga menyukaimu sejak aku tahu bahwa kau adalah adik dari sahabatku, Baek Hyun. Mengingat bahwa kakakmu itu begitu menakjubkan, aku jamin kau juga tidak jauh beda dari itu. Dan setelah aku mengenalmu, tebakanku sedikitpun tidak meleset.”

 

Kyung Soo menunduk dengan wajah semakin memerah. Ia meremas tangannya yang tiba-tiba berkeringat dingin. “Awalnya… kukira kau menyukai kakakku.”

 

“Hm, aku memang menyukainya. Tidak bisa kupungkiri aku kagum padanya. Tapi hanya sebatas itu, karena setelah bertemu denganmu, aku merasakan hal yang lebih indah dari itu.”

 

Kyung Soo mengangkat wajahnya, dan mengerjapkan matanya lucu. “Seperti apa?”

 

Su Ho jadi gelagapan sendiri. Cukup kikuk saat ia hanya bisa tertawa garing dan menggaruk tengkuknya. “Sebenarnya aku juga payah dalam hal ini. Tapi kuharap kau mengerti, tadi itu aku menciummu karena memang ada sesuatu. Orang-orang menyebutnya dengan nama cinta. Tapi aku ingin memastikannya sendiri.”

 

Blush~

 

“Hyung…”

 

 

“Er… A… Kurasa… Aku mencintaimu. Aku payah, dan sialnya itu benar. Aku mencintaimu Kyung Soo-ya.”

 

Kyung Soo terdiam sejenak, namun seulas senyum rikuh dan malu-malu tersungging di bibir indahnya. “Aku juga payah Hyung… dan aku juga mencintaimu.”

 

Su Ho pun tersenyum, meraih jemari Kyung Soo dan mengecupnya pelan. “Gomawo…”

 

“Untuk apa?”

 

“Karena kau telah mencintaiku.”

 

“Bukankah cinta memang untuk memberi, Hyung?”

 

“Tahu dari mana?”

 

Kyung Soo mengangkat bahu. “Baek Hyun Hyung yang bilang begitu. Dan aku semakin mengerti maknanya karena Baek Hyun Hyung tidak pernah mengeluh sedikitpun di hadapan kami. Karena dia mencintai kami, dia tidak butuh apa-apa lagi selain melihat kami bahagia.”

 

Su Ho menghela nafas, tidak melepaskan senyumnya. “Salah satu alasan kenapa aku mengaguminya. Kuharap ada seseorang yang cukup pantas mendapatkan sosok semurni kakakmu itu.”

 

Kyung Soo balas tersenyum. Kemudian dengan perlahan ia merebahkan kepalanya di pundak Su Ho. “ I hope so.”

 

 

 

 

 

♛♛♛

 

 

 

Baek Hyun membiarkan keadaan itu berlangsung cukup lama. Satu jam, dua jam, tiga jam? Entahlah. Baek Hyun tidak begitu peduli dengan perguliran waktu. Ia hanya membiarkan Se Hun membawa tubuhnya ke atas tempat tidur dan memeluknya di sana. Ia hanya membiarkan Se Hun menenggelamkan wajahnya di dada sempit Baek Hyun, terisak pelan di sana. Ia hanya membiarkan jemari lentiknya bergerak sendiri membelai rambut Se Hun, sebagaimana ia biasa menenangkan Eun Jin yang menangis dalam pelukannya. Ia mengabaikan beban tubuh Se Hun yang sudah pasti lebih berat darinya itu menindihnya cukup lama. Sesak tak mengapa, karena menurutnya ini lebih baik dari pada melihat Detektif yang meninggalkan perasaan asing untuknya itu masih terkurung dalam sebuah sangkar bernama penyesalan.

 

“Lu Han…” lirih Se Hun dengan suara serak. Baek Hyun melirik sedikit ke bawah, dimana Se Hun masih menenggelamkan wajahnya di sela jaket tebal Baek Hyun. Sepertinya Detektif tampan itu sudah sedikit lebih tenang. “Aku sudah bersamanya sejak SMU.  Dan di tahun pertamaku bekerja di Kepolisian, kami memutuskan tinggal bersama di rumah ini. Semuanya berjalan sangat sempurna Byun Baek Hyun, terlalu sempurna. Aku di kepolisian, dan dia mengelola sebuah cafe. Aku mengerjakan kasus apapun selalu berakhir dengan sempurna. Sampai akhirnya aku mendapatkan dampak buruk dari kesempurnaan itu. Kecintaanku terhadap pekerjaanku membuatku semakin lalai. Hal yang tidak pernah kulupakan akhirnya betul-betul luput dari memoriku. Aku ingat betul pagi itu Lu Han memintaku menjemputnya di cafe karena ada sesuatu. Mungkin saat itu ia mengira aku pura-pura lupa akan hari penting itu, karenanya… ia hanya tertawa saat kutanya alasan kenapa ia memintaku menjemputnya di cafe sementara ia tahu aku sering pulang terlambat. Dan malam itu…” Se Hun menghentikan ucapannya. Semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Baek Hyun.

 

Namja yang dipeluknya pun menyadari hal itu, ia mengusap punggung Se Hun dengan niat menenangkannya.

 

“Aku sedang berada di TKP menangani kasus pembunuhan saat Kris Hyung menemuiku dengan wajah memucat. Dan tanpa menunggu penjelasannya, aku sudah tahu bahwa telah terjadi hal buruk pada orang yang paling kucintai di dunia ini… Lu Han.” Se Hun terdiam lagi. Membiarkan irama nafas dan detak jantung Baek Hyun di telinganya terdengar seolah menghilangkan sepi dan senyap kehidupannya. Bahwa Baek Hyun ada di situ. Di pelukannya, mendengarkan keluhnya, menghilangkan resahnya. “Penyesalan pertamaku dimulai. Aku lupa menjemput Lu Han. Penyesalan kedua adalah aku terlambat menyadari bahwa telah kubiarkan ia menunggu lebih dari 4 jam. Penyesalan ketiga, aku sampai di cafe yang dikelola Lu Han saat tempat itu sudah disegel oleh Polisi. Penyesalan keempat, kuketahui kabar dari seorang Polisi, bahwa pemilik cafe yang tidak lain adalah kekasihku itu telah meninggal dunia akibat penyerangan sekelompok yang tidak dikenal. Penyesalan kelima, jasad kekasihku telah dilarikan ke rumah sakit tanpa sempat kusaksikan ia memberikanku pesan terakhir. Penyesalan keenam aku sampai di rumah sakit dalam keadaan kacau dan sampai detik terakhir aku tidak bisa memperjuangkan hak ku di depan keluarganya untuk melihat jenasah kekasihku. Aku bahkan tidak bisa berbuat apa-apa saat Ayah Lu Han menghajarku habis-habisan karena telah lalai menjaga anak kesayangannya. Sedikitpun Byun Baek Hyun, aku tidak melihat wajah kekasihku sampai keluarganya membawa jasadnya kembali ke Beijing untuk dimakamkan di sana. Dan penyesalan terakhirku, juga penyesalan terbesarku adalah, saat aku tidak punya arah lain selain ke rumah ini, detik itu juga aku sadar bahwa alasan mengapa Lu Han memintaku menjemputnya lebih awal adalah, karena ia ingin kami merayakan hari ulangtahunnya bersama-sama.” Se Hun menghentikan ucapannya, yang Baek Hyun tahun bahwa namja tampan itu telah sampai pada batas kekuatannya untuk membuka kembali kotak memamori kelamnya.

 

“Detektif Oh…” lirih Baek Hyun, hanya bisa seperti itu tanpa mampu mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan Detektif tampan yang masih ia peluk dengan segenap perasaannya.

 

“Jika saja aku tidak lupa untuk menjemputnya, jika saja aku tidak lupa ulangtahunnya, jika saja aku tidak sefokus itu pada pekerjaan sialan itu, maka Lu Han tidak akan mati. Aku akan membawanya pergi sebelum penyerangan itu terjadi. Merayakan hari ulangtahunnya bersama-sama… dan… masih bisa memeluknya sampai sekarang.”

 

Hening kembali menguasai. Baek Hyun hanya bisa mengusap punggung Se Hun dan membelai rambutnya sesekali. Masih menunggu jika saja Se Hun masih menyimpan beban yang seharusnya ia keluarkan.

 

“Pelaku penyerangan itu… aku menemukan mereka berpesta di sebuah gudang tua yang aku yakin mereka menggunakan uang hasil rampokan mereka di cafe Lu Han. Hanya sekelompok anak muda labil yang hampir kuledakkan masing-masing kepalanya jika saja Kris Hyung tidak menghalangiku saat itu juga. Ingin rasanya aku menerobos ruang tahanan dan membunuh mereka satu persatu, namun Kris Hyung selalu menghalangiku, dan terakhir menyadarkanku bahwa aku tidak akan mendapatkan apa-apa jika aku nekat membunuh mereka. Lu Han telah pergi, dan tidak akan pernah kembali. Hal yang membuatku hampir gila bahkan hampir mengakhiri hidupku sendiri. Dan sejak saat itu, aku memutuskan keluar dari kepolisian. Melanjutkan hidup yang seperti orang mati. Aku sudah tidak tahu berapa lama waktu bergulir. Berapa kali Kris Hyung membujukku untuk kembali, dan berapa orang yang diutus Kris Hyung untuk membawaku kembali sampai terakhir ia mengutusmu. 2 tahun… aku bahkan tidak sadar bahwa aku telah hidup sebagai orang mati selama 2 tahun.” Se Hun memberi jeda sejenak untuk mengatur nafasnya. “Jadi… Jika kau ingin tahu alasan kenapa aku tidak ingin kembali ke Kepolisian, maka kau telah mendengarnya secara lengkap. Pekerjaan sialan itu membuatku kehilangan orang yang paling kucintai di dunia ini.”

 

Baek Hyun memejamkan matanya. Menarik nafas sedalam-dalamnya seolah mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi sesuatu yang besar.

 

Membebaskan Oh Se Hun dari kurungan  penyesalan!

 

Pelan namun pasti, ia bergerak dan memindahkan posisi Se Hun yang sejak tadi menindihnya, kini berbaring menyamping di sebelahnya. Selanjutnya, Baek Hyun sedikit bergeser untuk menyejajarkan pandangan mereka. Ia letakkan tangan indahnya di pipi kanan Se Hun dan mengusap sisa air mata di sana. “Aku tidak akan mengatakan bahwa kau tidak salah karena nyatanya kau sangat salah.”

 

Se Hun menatap nanar wajah indah di hadapannya itu. Membiarkan hembusan nafas hangat menyapa wajahnya.

 

“Kau sangat salah karena telah menyalahkan dirimu atas sesuatu yang bukan salahmu. Jika kukatakan kekasihmu pergi adalah sudah takdir dari Tuhan, mungkin kau akan mengatakan bahwa itu adalah hal yang sering kau dengar. Tapi orang-orang tidak akan sering mengatakan itu jika kalimat itu tidak benar. Aku tidak memintamu menyalahkan takdir yang sudah ditetapkan Tuhan, aku hanya ingin kau menerimanya.” Baek Hyun menurunkan tangannya, kemudian meletakkannya di dada Se Hun. “Terima semua yang telah terjadi. Lepaskan semua beban yang membuatmu menderita, maafkan dirimu atas sesal dan salah yang bukan sepenuhnya olehmu, dan terakhir… sadarilah bahwa kau hidup bukan sebagai orang mati. Masih banyak hal yang perlu kau lakukan di dunia ini yang aku yakin Lu Han pun mengharapkan hal yang sama.”

 

Deg~

 

“Detektif Oh… mengenai kehilangan, aku tahu arti itu. Karena aku sudah merasakannya sejak usiaku 10 tahun saat ibuku meninggal dalam proses persalinan adik bungsuku. Dan terjadi lagi dua tahun setelahnya saat Ayahku meninggal dalam menjalankan tugas memadamkan kebakaran di sebuah gudang pabrik. Bohong besar kalau aku tidak terpuruk, bohong besar kalau aku tidak merasa hampir gila setelah kehilangan besar-besaran itu. Tapi aku seolah tertampar telak-telak saat melihat adik-adikku menangis saat proses pemakaman Ayahku. Kalau aku memperturutkan egoku dengan bermasa bodoh menghadapi kehidupan, maka kepada siapa adik-adikku akan bergantung? Menyerahkan adik-adikku pada kerabat kami yang sebenarnya tidak peduli? Itu adalah pilihan terakhir. Aku tidak akan mengambil pertaruhan melihat adik-adikku dijadikan pekerja oleh mereka. Dan panti asuhan?” Baek Hyun menggeleng pelan. “Selama aku hidup, tidak akan kubiarkan adik-adikku menyandang status anak-anak yang ditelantarkan oleh keluarganya.” Baek Hyun menarik nafas sejenak, kemudian mengulas senyum tipis. “Bukan bermaksud membandingkan apa yang kualami dan yang kau alami Detektif Oh. Hanya ingin berbagi denganmu bahwa bersikap acuh pada hidupmu sendiri itu sungguh sia-sia. Terlalu banyak hal yang bisa kau lakukan di luar sana selain meratapi kesalahan yang bukan sepenuhnya salahmu. Terlalu banyak warna indah di dunia ini untuk kau abaikan dan terkurung dalam satu latar warna kelabu. Terlebih kau memiliki banyak orang yang peduli padamu.” Baek Hyun bergumam sebentar, masih setia menatap wajah Se Hun. “Mengenai Lu Han… Jangan jadikan ia penghambat kehidupanmu Detektif Oh, karena aku yakin ia akan ikut bersedih di sana. Jadikan ia sumber kekuatanmu untuk kembali bangkit dan… melanjutkan hidup yang sempat kau sia-siakan. Sekali lagi… bukan melupakan. Lapi melepaskan. Karena dia bukan beban untuk terus disimpan.”

 

Se Hun memejamkan matanya, mengizinkan genangan air yang menumpuk di pelupuk matanya untuk mengalir. Langkah awal untuk melepaskan… memaafkan diri sendiri…

 

“Detektif Oh…”

 

“Cukup Byun Baek Hyun, jangan bicara lagi.”

 

“Tapi… kau baik-baik saja?”

 

“Tidak… Aku tidak baik-baik saja. Aku benci semua kata-katamu.”

 

“Detektif Oh?”

 

“Aku benci karena kau membuatku terlihat seperti orang bodoh yang kalah dengan anak berusia 12 tahun.”

 

Baek Hyun terkejut. “Ah, aku tidak bermaksud___”

 

“Kubilang diam,” ucap Se Hun sejenak, kemudian kembali membungkam bibir Baek Hyun dengan ciumannya yang kali ini cukup berbeda.

 

Dini hari, di atas tempat tidur, ruangan yang cukup remang. Baek Hyun pikir ia akan berakhir dengan menyerahkan tubuhnya pada Detektif Oh Se Hun. Namun nyatanya tidak. Se Hun memang menciumnya dengan cukup berbeda. Meninggalkan jejak indah dan bermakna di sisi leher kirinya, bukan lagi sesuatu yang abstrak dan membuatnya merana. Setidaknya berupa sesuatu yang bisa ia lihat keesokan harinya saat ia bercermin. Tapi hanya sebatas itu.

 

“Terima kasih banyak… Byun Kyeongjal-nim.” Lirih Se Hun sebelum ia menarik wajah Baek Hyun untuk ia benamkan di dadanya sendiri. Memeluknya lembut dan mengecup puncak kepalanya berkali-kali. Setelahnya ia  memejamkan mata. Betul-betul mengantuk… betul-betul lelah. Dampak dari 2 tahun lebih mengurung diri dalam sangkar penyesalan. Menutup mata akan keindahan dunia dan terpuruk pada satu latar warna yang kelam. Bersiap untuk suatu saat berbagi warna indah dengan namja yang tengah dipeluknya sekarang

 

 

 

 

 

 

♛♛♛

 

 

 

Baek Hyun terbangun lebih dulu pagi-pagi buta. Atau lebih tepatnya, ia tidak benar-benar tertidur. Siapa yang bisa tertidur dalam dekapan namja yang membuat detak jantungnya tak beraturan? Dan sialnya justru namja itu yang menikmati lelapnya.

 

Baek Hyun membungkam mulutnya saat ia menguap cukup lebar. Takut membangunkan namja yang tertidur dengan damainya. Sedikit kesulitan saat ia berusaha melepaskan pelukan Se Hun, sampai akhirnya ia beranjak dari tempat tidur yang ajaibnya bisa ia tempati bersama Se Hun sepanjang sisa malam. Baek Hyun menghela nafas cukup panjang, kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuh Se Hun hingga dada. Baju mandinya sendikit terbuka dan Baek Hyun berpikiran kemana-mana karena sempat mengintip bentuk dada bidang itu.

 

“Kutunggu kabar baikmu Detektif Oh,” lirih Baek Hyun sebelum ia meninggalkan rumah yang kini tampak cerah seiring sinar matahari yang menyambutnya di luar.

 

 

♛♛♛

 

 

“Aku pul__” suara Baek Hyun tercekat saat melihat pemandangan cukup aneh namun manis di hadapannya itu. Kyung Soo tertidur sangat pulas di atas pangkuan Su Ho yang juga ikut tertidur dalam keadaan duduk. “Sepertinya aku membuat kalian menunggu terlalu lama. Maaf…” lirih Baek Hyun sambil tersenyum. “ck… cinta betul-betul memusingkan,” lanjutnya kemudian melangkah ke kamar dua adiknya. “Hye Min-ah… Eun Jin-ah.. bangun, cepat mandi dan bersiap-siap ke sekolah,” seru Baek Hyun sedikit keras, sengaja membuat 2 namja yang tertidur di sofa itu terbangun kaget.

 

“Ah Hyung… Kau sudah pulang?” seru Kyung Soo gelagapan. Ia bahkan hapir limbung karena dia belum sepenuhnya sadar dari kantuknya. Beruntung Su Ho lebih cepat meraih lengannya dan menuntunnya kembali duduk di sofa.

 

“Hm, aku terlambat karena ada urusan. Kau bersiap-siaplah, kau ada jadwal kuliah pagi bukan? Biar aku yang menyiapkan sarapan.  Ah, sekalian bantu Hye Min dan Eun Jin menyiapkan peralatan sekolahnya.”

 

“I… Iya Hyung,” sahut Kyung Soo buru-buru memasuki kamarnya.

 

Tinggallah Su Ho yang serba salah menghadapi tatapan tajam Baek Hyun dengan begitu canggung. “A… Aku pulang dulu kalau bagitu. Semalaman tidak terjadi apa-apa. Semua aman, adik-adikmu aman.”

 

Baek Hyun menahan senyumnya susah payah. Menurutnya Su Ho betul-betul terlihat lucu saat gelagapan begitu. “Hm, bisa kulihat. Terutama Kyung Soo,” sindirnya.

 

Dan sindiran itu cukup telak baginya. “Ya sudah kalau begitu, sampai ketemu di kantor.”

 

“Tunggu, kenapa  tidak sekalian ikut sarapan saja di sini?”

 

“Eh?”

 

Baek Hyun mendekat, kemudian melipat tangan di dada saat ia sudah berhadapan dengan Su Ho yang tidak lebih tinggi darinya itu. “Wae? Harusnya kau memanfaatkan moment-moment seperti ini kan? Melakukan pendekatan padaku agar aku merestui kalian.”

 

Su Ho mengerutkan keningnya, bingung. “Maksudnya?”

 

“Kyung Soo… sejak orang tuaku sudah meninggal, perwalian adikku itu jatuh di tanganku. Bukankah terus terang jauh lebih baik dari pada kau sembunyi-sembunyi begitu? Jangan sampai aku menilaimu pengecut, dan kujodohkan adikku dengan orang lain.”

 

Su Ho membelalak kaget, seketika memucat. “Andwae, jangan kejam begitu. Aku menyukai adikmu. Dan aku serius.”

 

Baek Hyun sengaja mengangkat alisnya. “Jinjja?”

 

“Sungguh…”

 

“Jaminannya?”

 

“Err… biaya kuliahnya biar aku yang tanggung sampai dia lulus.”

 

Dan Baek Hyun sukses memberinya sebuah jitakan di kepala seniornya itu. “Kau menghinaku? Begini-begini aku masih bisa membiayai adikku. Yang kumaksud adalah, apa jaminanmu kalau kau tidak akan menyakiti adikku?”

 

Su Ho mengusap kepalanya kemudian menggumam lirih. “Aku tidak suka mengumbar janji, tapi kupersilakan kau membunuhku kalau aku menyakitinya.”

 

Baek Hyun mengangguk-angguk, masih dengan tatapan angkuhnya. “Baiklah… Jaga Kyung Soo untukku.”

 

“Eh?”

 

“Kau tidak mau?”

 

“Tunggu, maksudnya kau menyetujui hubungan kami?”

 

“Haih, jangan biarkan aku mengatakannya terang-terangan karena aku tidak rela. Jaga saja adikku, kalau kau tidak mau maka__”

 

“AKU MAU!!!” potong Su Ho cepat. “Saranghae Baek Hyun-ah!!!” serunya kemudian memeluk Baek Hyun erat.

 

“Terima kasih, tapi sebenarnya siapa yang kau cintai? Adikku atau aku?” canda Baek Hyun.

 

“Aku mencintai kalian semua, aku mencintai Hye Min dan Eun Jin…aku mencintai semua keluargamu.”

 

“Arasso… Arasso… bisa lepaskan sekarang?”

 

Su Ho menurut, ia melepas pelukannya namun masih merengkuh kedua pundak kecil Baek Hyun. Tanpa sengaja membuat kerah jaket sekaligus kaosnya sedikit tersibak. “Eh apa ini?” tanya Su Ho heran, sedikit mengusap sisi kiri leher Baek Hyun yang memerah.

 

“Ha? Apa?”

 

“Ini…” tunjuknya pada bercak merah mencurigakan itu. Dan Su Ho pun menahan senyum jahilnya. “Wow, belum pernah berpacaran, tapi sudah sampai tahap itu dengan Detektif Oh?”

 

Baek Hyun membelelak dan langsung mendorong Su Ho menjauh, sedetik kemudian ia membetulkan kerah jaketnya. “Jangan asal bicara.”

 

“Wah… ternyata kau tidak pulang semalaman karena…”

 

“Berhenti mengatakan hal yang aneh sebelum kutarik kembali ucapanku barusan.”

 

“Andwae.. aku hanya bercanda.”

 

“Ya sudah, bantu aku siapkan sarapan,” perintah Baek Hyun, masih dengan wajah memerah karena sindiran Su Ho.

 

“Oke…”

 

“Jangan melihatku begitu!! Kami tidak melakukan apa-apa, arasso!!!!”

 

“Aku mengerti kakak ipar. Aku hanya takjub.” Su Ho langsung merangkul pundak Baek Hyun dan membawanya ke dapur. “Eum, bisa ajarkan padaku?”

 

“KIM JOON MYUN!!!!”

 

 

 

♛♛♛

 

 

 

Baek Hyun menata beberapa berkas laporan yang harus ditanda tangani oleh atasannya. Kesemuanya dengan wajah datar, tanpa ekspresi berarti. Membuat beberapa rekan seruangannya merasa cukup aneh berhubung Baek Hyun terkenal sebagai Polisi yang ceria. Apa-apa dikerjakannya dengan senyum bahkan tawa riang. Melihatnya tanpa ekspresi begitu, jelas telah terjadi sesuatu.

 

“Polisi Byun, kau dipanggil Seojang-nim,” lapor salah satu rekannya.

 

“Ck, ini saja belum selesai, panggilan apalagi?” keluh Baek Hyun.

 

Rekannya itu terperangah tak percaya. Baek Hyun mengeluh saat akan diberi tugas itu juga sebuah fenomena. Biasanya dia yang paling bersemangat untuk menjalankan sebuah tugas. Dan lihat langkah tertatihnya menuju ruangan sang atasan.

 

“Selamat siang Seojang-nim,” sapa Baek Hyun saat ia masuk ke ruangan Kris.

 

“Hm, masuk. Dan tutup pintunya.”

 

Baek Hyun menghela nafas. Pembicaraan 4 mata lagi. “Ada apa Seojang-nim.”

 

Kris menutup sebuah map dan menggeser letak teleponnya agak ke sudut,sepertinya memang baru saja digunakan. Ia belum juga memulai sementara Baek Hyun sudah berdiri tegap di depan mejanya.

 

“Ada sesuatu yang serius, Seojang-nim?” tanya Baek Hyun lagi karena merasa sudah cukup lama menunggu.

 

“Heum… bisa dibilang cukup serius. Ah, sangat serius. Mungkin kemarin itu aku terlalu berlebihan menyanjungmu di depan senior Kang.”

 

“A… Apa yang terjadi?”

 

Kris tidak langsung menjawab. ia menangkupkan kedua tangannya di depan wajah, sepertinya berpikir cukup serius. “Kemampuanmu menggunakan senjata sudah sampai mana?”

 

“Eh? Kenapa tiba-tiba?”

 

“Jawab saja.”

 

“Eum… masih setingkat pemula, Seojang-nim,” jawab Baek Hyun takut-takut.

 

Kris mengusap wajahnya lemas. “Senior Kang pasti bercanda?”

 

“Ada apa Seojang-nim? Katakanlah.”

 

Kris menghela nafas panjang, kemudian bangkit dari kursinya. Menghampiri Baek Hyun untuk sekedar mengusap kepalanya. “Kasus kemarin masih bersisa. Organisasi mafia itu cukup luas jangkauannya. Dari pengakuan salah satu tersangka, akan ada transaksi lagi di Pelabuhan selatan Busan. Senior Kang mengutusmu untuk menuntaskan kasus ini, dan kukatakan dia bercanda karena dia memintamu memimpin penyidikan ini.”

 

Baek Hyun tersentak kaget. “Ya Tuhan… lalu aku harus bagaimana Seojang-nim? Tunggu… tunggu… aku bisa melakukannya, pasti bisa. Aku polisi, benar aku polisi…”

 

Kris tersenyum geli kemudian mengetuk kening Baek Hyun dengan jarinya. “Kau tidak akan sendiri, akan kucarikan rekan yang hebat untukmu. Kalau tidak ada, ya masih ada aku kan?”

 

“Eh, tapi Seojang-nim!”

 

“Sesekali melanggar tidak apa-apa. Kasus ini juga masuk kelas menengah ke atas, jadi apa salahnya seorang atasan ikut turun tangan?”

 

“Anda serius?”

 

“Hm, why not. Dari pada terjadi hal yang tidak-tidak padamu?”

 

“Dia akan baik-baik saja Ahjushi genit. Urusi saja rumah tanggamu, dia tanggunganku!”

 

Seruan tiba-tiba itu membuat Kris dan Baek Hyun menoleh serempak ke arah pintu yang baru saja terbuka dan tertutup kembali setelah seorang namja tampan berseragam polisi masuk dengan gagahnya.

 

“Oh Se Hun/Detektif Oh!!!” seru Kris dan Baek Hyun bersamaan.

 

Se Hun tersenyum dan melangkah santai ke arah dua namja yang tengah berdialog serius itu. “Katakan di mana lokasinya, dan berikan aku data-data yang perlu untuk penyelidikan,” ucap Se Hun tegas sembari meletakkan sebuah map di atas meja Kris.

 

Kris dan Baek Hyun memasang ekspresi yang sama. Ekspresi tidak percaya pada sosok yang terakhir terlihat berantakan ini, kini sungguh terlihat sangat tampan.

 

Dan Baek Hyun, mengesampingkan perasaan pribadi, dia berani menggeser posisi atasannya Kris sebagai namja tertampan yang pernah lihat selama hidupnya digantikan oleh Detektif Oh Se Hun. Yang  benar saja, rambutnya yang rapih, wajahnya yang bersih, juga penampilannya yang sempurna membuatnya tidak bisa berkedip.

 

“Hei ada apa? Belum pernah melihat Polisi setampan ini?” tanya Se Hun dengan santainya duduk di atas meja Kris.

 

“Kau… kembali?” tanya Kris bingung.

 

Se Hun mengangguk, masih terlalu santai. “Itu surat tugasku, sudah kuurus tadi pagi di kantor pusat. Jadi kasus apa yang kutangani dengan polisi Byun, Seojang-nim?”

 

“Tunggu… tunggu, aku masih belum paham. Kau kembali ke sini?”

 

Se Hun memutar bola mata. “Aku heran kenapa kau bisa terangkat sebagai kepala polisi sementara daya tangkapmu lemah. Kau tidak lihat aku sudah di sini? Kau pikir ada festival sehingga aku berpakaian seragam?”

 

“Tapi bukankah kau bilang…”

 

“Ah sudahlah, aku sudah kembali. Jadi jangan cerewet. Cepat serahkan surat tugas kami, akan kami selidiki secepatnya.”

 

Baek Hyun berdehem sejenak, membuat Se Hun dan Kris menoleh. “Err… Itu… kupikir karena kau dipanggil Detektif Oh, maka seharusnya kau seorang Detektif. Lalu kenapa kau mengenakan seragam…Polisi?”

 

Se Hun tertawa,kemudian dengan sedikit lancang menarik tangan Baek Hyun hingga tubuh mungil itu dengan mudah terhempas ke arahnya, disambut oleh pelukan ringan di pinggang rampingnya. “Tanya saja mereka kenapa memanggilku Detektif Oh?”

 

“Itu karena dia memang mempunyai kemampuan itu. Dan nama Detektif Oh lebih terkenal dari pada Oh Kyeongjal-nim,” jawab Kris.

 

“Aku juga lebih suka dipanggil Detektif Oh. Kesannya lebih bergengsi dari pada Kyeongjal-nim,” tambah Se Hun.

 

Kris hanya melengos. Sebenarnya masih penasaran alasan kembalinya Se Hun ke kepolisian, terlebih tingkahnya terhadap Baek Hyun sangat… mencurigakan. Akankah syarat itu….

 

Baek Hyun mengangguk-angguk, sedikit kesulitan melepaskan rangkulan Se Hun. Ia ingat bagaimana Kris menceritakan masa lalu mereka, bahwa memang mereka berdua adalah seorang polisi muda yang sangat berprestasi. Berarti memang Se Hun adalah polisi, dan Detektif Oh adalah panggilannya. Lagipula ia tidak lupa di departemen mana dia bekerja. Jadi bibit-bibit seperti Se Hun sudah jelas berangkat dari sana.

 

“Kenapa meninggalkanku begitu saja heum?” lirih Se Hun persis di depan wajah Baek Hyun. Membuat permukaan kulit putih yang melapisi wajah cantik itu berubah warna menjadi merah merona.

 

“Itu, banyak yang harus kukerjakan di rumah kalau pagi. Tolong lepaskan tanganmu Detektif Oh,” balas Baek Hyun.

 

“hey… manis sekali. Kemana sikap galakmu yang kemarin-kemarin itu?”

 

“Detektif Oh, tolong…”

 

Kris memutar bola mata malas. “Kalian berdua ingin di skors? Kalian pikir di mana dan di hadapan siapa kalian bersikap begitu?”

 

“Ck, santai sajalah Hyung, di sini tidak ada orang lain. Kau ini tidak asyik sekali,” ucap Se Hun setelah ia melepas Baek Hyun.

 

“Jadi ada hubungannya dengan Baek Hyun?”

 

“Apanya?”

 

“Alasan kau kembali.”

 

Se Hun bergumam panjang, sengaja mennggoda Kris. “Kapan-kapan kujawab. Aku dan polisi Byun bertugas dulu, annyeong…”

 

“Ya Se Hun-ah!!!”

 

“Hahahah… kalau kau penasaran, baiklah. Aku kembali karena Baek Hyun sudah memenuhi syarat yang kuajukan!” seru Se Hun setelah ia menyeret Baek Hyun keluar ruangan itu.

 

“MWORAGO???” tinggallah Kris yang tercengang parah. Siapa yang bisa menyangka bahwa Se Hun akan semudah itu menjerat Baek Hyun ke dalam dekapannya. Tapi apapun itu, ini sungguh berita baik. Sorot mata Se Hun yang begitu redup kini terlihat begitu terang, bahkan terbias warna pelangi di sana, terlebih saat mata itu terfokus pada objek indah bernama Byun Baek Hyun.

 

Alasan yang sangat melankolis sebenarnya. Tapi tidakkah itu benar bahwa luka yang diakibatkan oleh cinta, penawarnya juga adalah cinta? Bahasa sederhananya adalah… Obat patah hati adalah dengan jatuh cinta lagi.

 

Kris melihat Se Hun sebagai jawabannya. Cintanya yang begitu besar kepada Lu Han membuatnya betul-betul terpuruk semenjak kehilangan Lu Han, namun ajaib. Baek Hyun dengan pesona berbeda mampu membawa warna dan nuansa baru pada celah yang ciri-cirinya sudah mendekati cinta. Apa benar cinta?

 

Mungkin Detektif Oh punya jawabannya sendiri.

 

 

 

♛♛♛

 

 

Se Hun hanya menahan senyumnya saat ia menangkap arah pandangan Baek Hyun dengan ekor matanya. Sebuah frame temporer yang dilekatkan di atas dashboard mobilnya. Sungguh, Se Hun bersumpah bahwa tatapan itu lucu.

 

“Kenapa? Itu fotoku dan Lu Han? Kau tidak suka melihatnya?” goda Se Hun.

 

“Ah bukan. Itu… Lu Han, dia betul-betul… menawan,” jawab Baek Hyun pelan, namun tak terlihat ada kebohongan dari ucapannya.

 

“Hm, salah satu alasan juga kenapa aku tergila-gila padanya.”

 

Baek Hyun mengangguk berkali-kali. “Jika ia sebegitu menawan, kenapa kau sempat salah mengira kalau aku adalah dia di detik pertama kita bertemu?”

 

“Hm?”

 

“Kenapa kau mengira aku Lu Han dan langsung memelukku saat itu?”

 

“Entahlah, mungkin karena kalian mirip.”

 

Baek Hyun memicingkan matanya, menatap lamat-lamat frame di depannya itu. “Ah… Tidak mungkin, dia terlalu…”

 

“Cantik?”

 

“Eum, kurasa begitu.”

 

“Entalah, bukan itu. Ada kesan yang sama yang kutangkap pertama kali di pertemuan pertamaku denganmu dan dengannya.”

 

Baek Hyun sedikit menoleh, sepertinya mulai tertarik. “Apa itu?”

 

Se Hun bergumam kemudian menepikan mobilnya di tempat tujuan. “Aku tidak tahu, tapi…  sepertinya kesan yang kutangkap saat kalian tersenyum, adalah sama.”

 

Deg~

 

 

“Begitu?”

 

“Hm, mungkin. Pertama kali aku melihatmu waktu itu, bukankah kau tersenyum padaku dan memperkenalkan dirimu? Aku seolah melihat sosok Lu Han pada dirimu saat itu.”

 

Baek Hyun mengangguk-angguk dengan ekspresi datar. “Kalau seperti itu, aku tidak akan lagi tersenyum di hadapanmu.”

 

Se Hun terhenyak, langsung menatap Baek Hyun lamat-lamat, takut ada ekspresi yang tak terbaca olehnya. Namun nyatanya justru tak satupun ekspresi yang mampu ia baca. “Apa maksudmu?”

 

“Tidak ada maksud apa-apa. Hanya tidak ingin kau terus melihatku sebagai Lu Han.”

 

Se Hun membelalak tak percaya. “Byun Baek Hyun!”

 

Namja bertubuh mungil itu menghela nafas, kemudian memejamkan mata sejenak. “Aku tidak tahu Detektif Oh. Seingatku, belum pernah kurasakan diriku seegois ini. Tapi jujur, aku tidak ingin kau melihatku sebagai Lu Han. Secinta apapun kau padanya, tapi… aku tidak ingin kau letakkan pada posisi pengganti Lu Han. Aku… tidak suka, karena bagiku itu tidak adil. Aku… Ya Tuhan, maafkan aku Detektif Oh, aku tidak tahu kenapa aku begini.. aku…”

 

“Hey…”

 

“Tidak… maksudku, ya Tuhan, siapa aku menyuruhmu? Lalu kenapa kalau kau masih mencintai Lu Han? Hahaha, aku aneh sekali. Betul-betul tidak masuk akal, ikut campur urusan pribadi orang lain. Dan kenapa pula cuaca siang ini panas sekali, mataku jadi panas dan perih, aduh… apa ini? Detektif Oh, jangan percaya issue bahwa aku polisi cengeng, ini mataku memang sensitif dengan cuaca, jadi__”

 

Greb~

 

Hening…

 

Baik Se Hun maupun Baek Hyun  membutuhkan senyap itu sejenak. Yang satu menyelami perasaan, yang satu menenangkan perasaan. Nyatanya mereka tidak sadar bahwa mereka telah terikat. Sejak malam itu. Sejak Se Hun melepaskan… dan Baek Hyun menjadikan dirinya pegangan.

 

“Bodoh… Kapan aku mengatakan bahwa aku melihatmu sebagai Lu Han?” bisik Se Hun persis di telinga Baek Hyun saat ia berhasil memeluk namja mungil itu.

 

Baek Hyun tidak bisa menjawab. Bukan salahnya jika ia terlalu sensitif, dan semua kerja metabolisme dalam tubuhnya tidak bisa ia kontrol termasuk deru nafas dan detak jantungnya. Terakhir ia hanya menggigit bibir bawahnya agar suara isakannya tak terdengar oleh Se Hun.

 

“Aku mencintai Lu Han, itu benar, dan itu kenyataan. Tapi bisakah aku diberi kesempatan satu kali lagi untuk jatuh cinta?”

 

Baek Hyun masih tidak menjawab.

 

“Hm, mungkin benar kalian punya kesamaan. Dan kalau kau ingin tau, bahwa kesamaan kalian adalah… Sukses membuatku terpedaya di detik pertama menatap mata kalian. Ya walau yang terakhir aku sedikit khilaf, tapi jujur saja, otak dan batinku saat itu sedang tidak sinkron. Aku tahu kau bukan Lu Han, tapi rindu itu sudah menumpuk dan membuatku gila.”

 

Baek Hyun mengangguk, dan bergumam. Masih menahan tangisnya agar tak terdengar.

 

Se Hun terkekeh geli kemudian melepas pelukannya. Menangkup pipi Baek Hyun yang ajaibnya betul-betul banjir air mata. “Lagipula, siapa bilang kau mirip Lu Han? Lu Han itu lebih cantik.”

 

Sukses membuat bibir mungil Baek Hyun tertekuk ke bawah.

 

“Tapi kau lebih dari itu. Jangan tanya apa yang kumaksud, tapi aku suka begini. Melihatmu dari dekat.”

 

“Detektif Oh,” suara pertama Baek Hyun seiring tangis yang mati-matian ditahannya.

 

Se Hun menggerakkan ibu jarinya. Memutus aliran air mata yang membasahi pipi pucat itu. “Aku… sudah melepaskannya,” lirih Se Hun sambil tersenyum. “Masalahnya kau harus bertanggung jawab akan satu hal.”

 

“Apa itu?”

 

“Aku tidak merasa kosong saat melepaskan, karena kau langsung mengisinya saat itu juga. Jadi jangan lepas tanggung jawab, atau aku akan memborgolmu dan memasukkanmu ke penjara. Tapi bukan penjara seperti yang kau pikirkan. Ini penjara khusus.”

 

Barulah Baek Hyun tertawa kecil dalam sisa tangisnya. “Aku juga polisi, Detektif Oh. Jadi bukan hanya kau yang bisa melakukannya.”

 

“Hei? Mana ada polisi secengeng ini?”

 

Baek Hyun lagi-lagi mengerucutkan bibirnya. “Kubilang aku tidak cengeng, ini pengaruh__”

 

“Cuaca… aku tahu, aku tahu. Jadi?”

 

“Jadi apa?”

 

“Ya Tuhan, setelah perdebatan panjang ini kau tak mengerti juga? Apa kau mau aku mengatakannya secara gamblang? Kuminta kau menjadi kekasihku, begitu?”

 

Blush~

 

“Ti… Tidak semudah itu. Kita baru beberapa hari berkenalan, mana bisa secapat itu?”

 

“Kenapa tidak? Kita sudah beberapa kali berciuman, kau bahkan sudah mau tidur denganku sebagai syarat aku kembali ke kepolisian. Hm, apalagi?”

 

“Y… Ya! Apa maksudmu aku sudah tidur denganmu, kau gila!”

 

“Memangnya yang semalam itu kau tidak tidur denganku? Memangnya apa definisi kalimat itu bagimu?”

 

Baek Hyun membuang muka, menghilangkan kemungkinan Se Hun menebak isi kepalanya yang kemana-mana.

 

“Hum… Bagaimana kalau sedikit pertaruhan?” Se Hun menyentuh dagu runcing Baek Hyun, membuatnya kembali menoleh. Sepertinya Se Hun tidak bercanda saat ia bilang suka melihat wajah Baek Hyun dalam jarak dekat.

 

“Pertaruhan apalagi? Aku tidak mau, kau licik,” tolak Baek Hyun mentah-mentah.

 

“Ayolah, ini sangat menarik. Ini juga mengenai tugas kita.”

 

Baek Hyun mengangkat sebelah alisnya. “Mengenai penyelidikan kelompok yang tersisa itu?”

 

“Bingo. Normalnya kau dan polisi lain bisa menyelesaikannya berapa lama?”

 

“Eum, kalau kelompok yang berpindah-pindah seperti ini paling cepat seminggu.”

 

Se Hun tertawa, seperti meledek. “Bagaimana jika kuselesaikan hari ini juga tapi ada imbalannya.”

 

Baek Hyun membelalak tidak percaya. “Kau serius bisa menyelesaikannya setengah hari?”

 

“Makanya, mau bertaruh?”

 

“Lalu apa keuntunganku kalau kau gagal?”

 

“Kau bisa minta apa saja. Dan kalau aku yang menang, kau harus jadi kekasihku, dan malam ini kau menginap di tempatku.”

 

Baek Hyun bergidik ngeri, sedikit menggeliat setelah ia baru menyadari bahwa posisinya sudah sangat terdesak ke sisi pintu mobil karena Se Hun terlalu merapat padanya. “Kau menyeramkan Detektif Oh.”

 

“Salahmu membuatku jatuh cinta, polisi Byun.”

 

Deg~

 

“Ja… Jangan asal menyebut kata cinta kalau kau tidak bisa mempertanggung jawabkannya. Kau bisa melukai orang lain.”

 

Se Hun tertawa cukup puas melihat ekspresi wajah yang merona itu. “Percayalah, aku tidak akan melukaimu. Aku tidak akan pernah merusak kanvas yang penuh dengan warna indah. Oh ya, dan jangan kira aku bercanda saat berbicara sambil tertawa. Kali ini aku serius.”

 

“Tapi…”

 

“Jangan banyak pertimbangan. Ayo kita selesaikan kasus ini dan kita pulang ke rumahku. Masih banyak hal yang ingin kulakukan denganmu.”

 

“Siapa yang mau pulang ke rumahmu?”

 

“Kita sudah bertaruh Byun Baek Hyun, dan ini adalah janji. Kau tidak boleh mengelak. Mengerti.”

 

“Tidak pernah ada kata sepakat dalam pertaruhan ini.”

 

Se Hun tertawa puas, senang sekali mengerjai Baek Hyun. “Kalau begitu, ayo kita buat kesepakatannya.”

 

Dan Baek Hyun hanya bisa membelalak kaget tanpa bisa menyerukan protes. Cara Se Hun mengukuhkan kesepakatan memang aneh tapi manis. Baek Hyun tidak menamparnya, itu sudah sebuah bukti bahwa tindakan Se Hun yang menciumnya tiba-tiba tidak termasuk dalam katagori ‘kurang ajar’ lagi. Sebenarnya ia hanya mempertahankan gengsi agar tidak terlihat sangat bodoh di hadapan namja yang membuatnya terpesona itu. Walau meninggalkan kesan buruk di pertemuan pertama, namun Baek Hyun bersumpah, Se Hun yang membuatnya merasa tercampakkan malam itu telah sukses mencuri sesuatu darinya.

 

Hatinya. Dan saat Se Hun memperlihatkannya kembali, bentuknya sudah berubah. Ada yang terikat. Dan mereka menyebutnya cinta.

 

Suatu saat, mungkin… Baek Hyun akan cukup berani untuk mengatakan. “Aku mencintaimu Detektif Oh.” Seperti yang ia rasakan sekarang.

 

 

 

♨♨♨

Su Ho kembali masuk ke dalam apartemen milik Baek Hyun setelah ia memastikan tidak ada ciri-ciri orang datang sejak tadi. Ia menguap cukup lebar karena memang malam itu jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.

 

“Sepertinya kakakmu tidak pulang lagi Kyung Soo-ya,” lapor Su Ho setelah ia menghampiri Kyung Soo yang sedang mengusap rambut Eun Jin di pangkuannya. Sudah tertidur sejak tadi.

 

“Ck, kenapa jadi kebiasaan begitu? Seharusnya aku sudah menaruh curiga sejak dia  menyetujui hubungan kita tanpa syarat yang aneh-aneh,” gerutu Kyung Soo sedikit kesal.

 

“Hahahah ayolah, dia juga namja dewasa.”

 

“Yang kutakutkan dia bersikap sok dewasa. Sudah 2 malam berturut-turut dia tidak pulang.”

 

Su Ho masih tertawa, kemudian ia hampiri Kyung Soo untuk sekedar mengusap rambutnya. “Biarkan saja. Kurasa memang sudah waktunya Baek Hyun memikirkan dirinya. Bukankah kau yang paling tahu bahwa selama ini kakakmu lebih mementingkan kalian ketimbang dirinya?”

 

Kyung Soo terdiam sejenak. “Ya memang sih. Tapi… aku jadi penasaran, seperti apa wujud Detektif Oh sampai bisa memperdaya kakakku seperti ini?”

 

“Yang jelas tidak lebih tampan dariku.”

 

Kyung Soo melengos acuh. “Sudah, jangan dibahas. Bantu aku menggendong Eun Jin ke kamarnya.”

 

“Lalu kita?”

 

“Kita apa? Aku mengantuk, kau tidur saja di kamar Baek Hyun Hyung.”

 

“Tapi …”

 

“Hoaaahmm… jaljayo Hyung… sampai ketemu besok.” Dan dengan tidak berperasaannya Kyung Soo meninggalkan Su Ho yang sedang menggendong Eun Jin. Masuk ke kamarnya dan mengunci pintu rapat-rapat.

 

Su Ho menghela nafas panjang. “Sabarlah Kim Joon Myun, masih setahun lagi dan dia akan lulus kuliah. Sabar…” lirih Su Ho sembari menggendong Eun Jin ke kamarnya.

 

Setidaknya malam itu mereka akan tidur nyenyak. Cukup berbeda 180 derajat dengan Polisi cantik bernama Byun Baek Hyun yang benar-benar melakukan kesalahan besar saat ia menyetujui taruhan dengan Detektif Oh Se Hun.

 

Di atas kertas, Se Hun sudah menang sejak awal. Dan saat dengan gagahnya Detektif Oh menyergap memimpin penyergapan di pelabuan itu, maka taruhan murni dan jelas dimenangkan oleh Se Hun.

 

Jadi malam itu, Baek Hyun resmi berstatus sebagai kekasih Oh Se Hun dan siapa yang tahu sedang apa ia di kamar Detektif Oh Se Hun sekarang?

 

Yang jelas, tidak adalagi kehidupan Oh Se Hun yang hanya berlatar satu warna setelah ia menemukan beragam warna indah hanya dengan menatap Byun Baek Hyun.

 

 

 

end 1

ALF note:

KRIK…KRIK…KRIK…

Hening….

 

APA-APAAN INI? GAJE BENER INI ENDINGNYA ..

 

AMPUN.. AMPUN JANGAN LEMPARIN ALF PAKE SENDAL, PAKE CINTA AJA ATO DUIT.

 

Mian ye, jadi kacau gini ficnya, ini bukan tanpa alasan, gegara dianggurin cukup lama, feel hubaeknya ALF hilang. Mana waktu itu muncul gif kaibaek yang ajib pula -_-

 

Ya sudahlah, gini0gini juga nulisnya pake usaha. Belum lagi banyak masalah yang numpuk -_-

 

Oke, yang udah dapat pw wajib komen ye. Kalo gak komen, bisulan..

 

DAN YANG UDAH DAPAT PW.. TOLONG UNTUK YANG KESEJUTA KALINYA, JANGAN DISEBARIN PW NYA. MAU KE TEMEN KEK, KAKAK KEK, SAHABAT, ATAU APALAH.. KARENA SEMUA CUMANN BERMULA DARI SATU ORANG. YANG NGERASA SEGERALAH BERTOBAT, PAS ALF MINTA JANGAN NYEBAR PW, ITU SUDAH NAMANYA JANJI LOH, JANJI KALO DILANGGAR TAU KAN AKIBATNYA?

 

Udah ah, capek ceramah. Introspeksi diri aja masing-masing. Jangan karena nila setitik, rusak susu sebelanga. #copas komen reader.

 

Okeh… plis sekali lagi janngan nyebar PW. Dan masalah NRL, ALF serius, untuk semenntara gak lanjutin dulu sampe orang itu nongol.

 

Adioss.. komennya ye, salam pramuka !!!

 

 

Eh makasih yang udah ikutan polling ama yang udah ngedukung ALF… Love you all :-*

Sampai bertemu di FF berikutnya 😀

322 respons untuk ‘Monochrome || HunBaek || Chap 2 of 2 – END

  1. aduuh aq ngakak pas di bagian mana sih yaa td lupaaa :’3 di awal2 pkok.y hahah.
    iih mau komen apa yaaa hahah. elaah pkok.y keren tp klimaks.y kurang. klo d.jadiin chapter ky.y makin keren.
    ff ini contoh supaya kita bisa menghargai hidup kita sndri. emang sih klo jd oseh pasti bkal gila krn secara gk langsung dia yg nyebabin luhan mati. bodoh jg sih sehun.y hohoo. tp ya sekali lg kan hidup itu bkn cma untuk menerima tp memberi. klo kita gk bsa menerima aplg memberi setidak.y hrs sadar jgn repotin org lain. haha oseh ckup sadar gk repotin org tp repotin diri sendiri hahah.
    pesan ff ini bagus klo d.cermati hohooo terlebih buat anak2 cabe2an yg galau krn pacar tp gk prnah nurutin apa kt ortu.y, ini ff oke!
    btw aq paling seneng baca ff yg ada tulisan “Mworagoo?” haha lucuuu kesan.y hehew.
    baek lenjeh bgt siihh iih -.- situ kan polisi hahah karakter baek disini berasa ky naruto -.- hahah. Nice!

  2. akkkkkk kakak makasihhhh *sujudsyukur* dari dulu ini aku minta pw blom dapet2, di fb belom alf n kak nilam terima. huhuu syedih dede’
    nii cerita yg bikin aku penasaran sampe gak tenang.
    dah akhirnya bisa baca juga.
    yuhuu aku kira sehun bakal gimanaa gitu. eh taunya dia udah brubah n ngejer si byun.
    suka bagetttttt sama mereka, sama ceritanya, dan authornyaaa 😀
    aku hunbaek shipper jadi klo baca ff juga carinya yg hunbaek hehe.
    suka bgt deh liat baek cemburu lucuuuuuu kuharap sehun udah bisa lupain luhan dan mup on ke baek. bhakkk
    intinya makasih banget kakk udah gak di pw ni ff saranghaeeee alf eonn

  3. hai thor… seneng banget author kembali. sebenernya aku udah baca ffnya author sejak lama, cuman ga komen karena gabisaa hehe maap yah… dari sekarang aku bakalan usahain komen terus deh.. abis liat petunjuk dari author caranya ngomen…
    ff” author keren” banget.. feelnya selalu dapet.. tanpa celah, bagus banget.. kenapa author bisa bikin ff sekeren itu?? aku sampai jatuh cinta hehe… makasih ya thor karena udah kembali lagi.. kangen banget baca ffnya.. semoga ga bosen dan terus nulis ff yg bagus” lagi..

  4. sumvehh romantis bgt,,mau dong jadi baekhyunnya ,bahagialan Hun-ah,aku rela membiarkanmu memiliki banyak warna dalam hidupmu (ala Luhan),.
    kegigihannya Baekhyun patut di acungi jempol dech,,maklum adeknya banyak hahahahaha,
    adegang kissing nya aku jga mau,,meskipun d chap lalu yg disebut nma org laen sichh,
    akhrnya usaha si cabe slama nie gak siasia lah,,lumayan cpet jga y pdktnya,,eh lgsung berbagi tempat tidur ya,,perlu ditiru nieh ,,hhahhhhhaahhaahah dasar cabe ~~

    tapi secara keseluruhan kak ALF kerenlah,bkin q gonta-ganti ekspresi g jelas gtu dechh

  5. ‘Yang jelas, tidak adalagi kehidupan Oh Se Hun yang hanya berlatar satu warna setelah ia menemukan beragam warna indah hanya dengan menatap Byun Baek Hyun’ jadi sehun disini tidak melihat luhan didiri baekhyun.. baguslah kalau itu sampai terjadi pasti nyesek… tpi tetep aja sehun namja mesum.. hehe..

    keep writing thor.. ^-^

  6. ALF sayaang!! Duh ini baru tau cara komennya, akhirnya nyobain pake akun twitter gak kepake, sekarang aku bakal review/komentar di semua ff yang pernah kubaca. maaf baru sekarang, beberapa bulan yang lalu istirahat sejenak dari baca ff, dan pas awal puasa kemarin baru inget lagi sama ALF, pas taraweh ngerasa bersalah banget udh baca tapi ga komentar, dan pas berkunjung lagi ff monokrom chap 2 gak diprotect lagi, yaudah aku baca dan mutar otak gimana cara buat komennya, maklum aku masih bocah ingusan yg ga terlalu ngerti internet, cmn bisa baca ff dari facebook:’v jadi sebelum komen ke yang lain, aku review yg ini dulu soalnya masih anget barusan dibacanya hehe..

    Dari awal aku emang naruh harapan besar di ff ini, kenapa? bukan karna pairnya, tapi ini mengangkat soal polisi-polisi dan detektif gitu, itu cita-cita aku haha, cita-cita dari sd sampe smp sekarang, aku makin menggebu-gebu, makin pengen banget jadi polisi, gyaaaaah ff mu selalu keren, aku seneng soalnya alf ga naruh nc yang kebanyakan, maksudnya gak sampai kaya berhubungan kaya suami istri, jujur kurang suka sama ff yang gitu, sok polos banget ya. haha salam kenal ALF-nim, I LOVE YOU! EH, kelupaan, aku ada pertanyaan yang aku pendem dari tahun kemarin, APAKAH ALF SEORANG NOVELIS? Kalau iya aku mau minta judul2 buku yang udh diterbitinnya, hehe aku penasaran soalnya, Annyeong~

  7. Aduh, kok saya merasa digantung ya sama ending nya.
    Tapi itulah nilai plusnya.

    Saya suka setiap rangkaian kata yang dibuat kak ALF, tidak berbelit-belit dah, hehe..

    Disini Sehun cara pikirnya bagus bangeet…

    Tambah sayang deh sama Baek. Eh?

    Juga tambah suka ff kakak…

    Terima kasih.. 🙂

  8. Hoo ini pertama kalinya aku baca ff sebaek se sweet ini tolong. aku kebawa alur suasana pas udah nyampe tengah cerita terus mulai nangis kekeke padahal aku baca tengah malem ini T^T tadi ada typo sedikit ya tapi ndak begitu ketara. ku kira endingnya sehun mati T^^^T tapi over-all ddaebak! keep it up min! /give my 12 thumbs/

  9. Cihuyyyy, asik alurnya.. hahaha sehun emang sarap! Iya bener Baek, elu kudu garang! Oh ya, Miss ALF becok lagi Kaisoo laaaa, jangan Susoo telus2 an ^^

  10. Kerennnnnnnnnnnnnnn bgttttttttt…… seriusannnnn….
    Awalnya aku jg ngerasain apa yg dirasin Baek… takutnya Sehun cuman ngeliat Baekhyun sebagai Luhan….. ternyataaa nggaaa…. Senangnyaaaa….
    Baekhyun emg manisss…aaaaa… sayang bgt sama Baek….
    Ada sehun, baekhyun jdi lebih aman…. 🙂
    Happy Endinggggg… Itu yg penting… hhhe
    Udh ada sequelnya ya?
    Kayanya harus dilanjut nanti… udh puyeng liat PC terus.. #abaikan
    Keep writing cantik… 🙂

  11. Baca yg ke dua kali ttp meninggal kan kesan mendalam pas aq baca.

    ALF….. suka ma karakter baekie di sini yg ceroboh, polos tapi tegas dan keras kepala.

    Akhir nya sehun bs move on jg dr bayangan luhan.

    Ahhhhh….. pokok nya keren deh ff nya. Btw itu ada lanjutannya tp dgn judul berbeda yah….. oke aq lanjut ke ff hunbaek lanjutan nya 😄

  12. Duh udah ending ajah.. Pdhl berharap bgt ini dijadiin chaptered. Bagus bgt soalnya. Sehun yg ‘nakal’ tp Br-IQ tinggi*sexy*, n baekhyun yg kyk kucing betina(?).. Smuanya perfect, kecuali satu hal doang, gak ada adegan smut#digamvar.. Pokoknya suka bgt sm ff2nya. Pertahanin gaya penulisan yg kyk gini yah author. Itu keren bgt. Ganbatte nee~

Tinggalkan komentar