[Yaoi] Not About Dreams \\ ChanBaek // | Chapter 2 – End + Epilog


Selamat bagi yang udah dapat PW… Mian, ALF kelarin yang Ringan Dulu… soalnya masih dipusingkan sama konflik di AMATERASU, tapi sabar yah… orang sabar masuk surga… wkwkwkwkwk. 

73698_150045535148553_46210205_n

Tittle: Not About Dreams

Author: AyouLeonForever

Genre: Yang simpel saja dululah

Rate: T(ua) ke M(uda) wkwkwkw. Kali ini serius loh.

Length: 2 kali pertemuan

Main cast:

      Byun Baek Hyun

      Park Chan Yeol

 

Other cast: Find them… ^^

Disclaimer: Byun Baek Hyun dan Park Chan Yeol, milik emak bapaknya, makhluk cipaan Tuhan yang bernaung di SM. ALF cuman minjam nama.

Copyright: Seluruh alur, ide cerita dan OC murni dari hasil berdiam dirinya ALF di kamar gegara teringat olehnya.. *saahhh. Mengenai latar cerita, sedikit banyak ALF ambil dari pengalaman pribadi, tapi sudah pasti jelas ALF BUKAN musisi, wkwkwkwkwk. Masih di bidang seni sih, tapi sudahlah, dan lagi ALF belum bertemu dengan ending(?) dari perjuangan hidup(?) sendiri, ya jadi selebihnya diberi sedikit bumbu lah, termasuk kisah romansanya… aseeekkk.

 Intinya dilarang menjiplak baik sebagian atau seluruh isi dari cerita ini tanpa izin dari yang punya. Kalo ngelanggar, urusannya sama Tuhan, ya kecuali lagi dirimu tidak beragama, maka dirimu abaikan peringatan ini.

Summary: Dalam keputusasaan kutemukan celah, celah itu adalah kebahagiaan, kebahagiaan itu adalah kau!

ALF special note: Bwakakakakakaka Tunggu,..Tunggu,,,, ALF mau klarifikasi sesuatu. ALF emang ngangkat ini dari kisah hidup ALF, tapi gak sepenuhnya… demi apa coba. Oke ALF jabarin satu-satu.

1. Yang ALF maksud sebagai tema cerita kehidupan nyata ALF adalah seperti ini.  ALF mau kuliah di luar kota, dan milih jurusan sastra seperti mimpi ALF sejak SMP, tapi Ortu bilang, “Nak, kamu masuk jurusan kesehatan aja karena di keluarga kita gak ada yang berkecimpung di dunia itu”

2. Ayolah… romansanya cuman bumbu pemanis, kisah cinta ALF gak sekeren itulah. Paling cuman mencintai 2 orang dalam satu periode (yang ini bener), plaaaakkkk. Mengenai PDKT Chan Yeol ke Baek Hyun ntu murni ALF tambah-tambahin aja biar manis (tapi masalah tekhnik minta nope itu wkwkwkw pernah ALF ngalamin waktu SMA, cowoknya sih lumayan cakep, tapi usut punya usut ternyata Playgroup, eh playboy, ya ALF gak mau nanggepin lah). ALF nggak pernah ngalamin ditembak cowok depan rumah dooohhh… kalo iya, yang ada ntu cowok diusir sama bapake. *plak.

3. Ortu ALF baik banget loh. Gak pernah pake pemaksaan segala, apalagi pake gampar2an, demi neneknya ALF, itu cuman bumbu biar dramatis aja. Dan ayolah, kalo semisal bapake ALF ngancam buat kuliah di Jerman, ALF mah langsung jawab “OKE!! DENGAN SENANG HATI” wkwkwkwkkw. Intinya ORTU ALF baik hati dan tidak sombong kea anaknya.

4. yang sama hanyalah. ALF kea Baek Hyun di sini, anak penurut, gak pernah ngebantah, ortu mau ini ngikut, ortu mau itu ngikut. Sampe terakhir ALF coba bilang, perihal kegalauan ALF masalah lanjut kuliah itu, dan eh… Eomma bilang istirahat aja dulu, tahun depan baru lanjut. Ya settingannya kea Appa Baek Hyun yang ngasih waktu ke Baek Hyun 2 bulan untuk menikmati kesenangannya dalam musik itu. kea ALF yang menikmati waktu istirahat ini buat nulis… wohohohohoho. Gitu deh.

 WARNING: ALF GAK SUKA ADA YANG NGE BASH KRIS DI SINI, MAU DIRIMU GAK SUKA KRISBAEK ATAU APALAH, ALF GAK SUKA ADA KOMENAN YG NIAT NGEJELEKIN SALAH SATU CHARA, INI SANGAT JELAS PURE CHANBAEK, KENAPA ADA YANG BAWA-BAWA KRIS SEBAGAI PENGGANGGU???? BERCANDA BOLEH LAH, TAPI JANGAN KELEWATAN, ALF BENARAN GAK SUKA. *ini ciyus loh.

Dan di sini NO NC! Jadi yang request NC please Stop. ALF gak bisa kabulin okeh…

Ehem… sekian! *plak

Baek To story.

Preview

“BYUN BAEK HYUN!!! Kau sudah mengewakanku, ayahmu! Mulai detik ini, lupakan musik persetan itu. Kemasi barangmu dan bersiap untuk melanjutkan studimu di Jerman”

Mata Chan Yeol membelalak sempurna, ia sampai mundur beberapa langkah setelah mendengar ancaman mematikan itu.

 “M…M…Mwo???” Pekiknya tanpa sadar.

Not About dreams chap #2

Baek Hyun POV

 

Aku merengkuh jas hitam Chan Yeol di pinggangnya saat Appa mengatakan keputusannya itu.

Jerman???

“Chan Yeol…” Lirihku pelan. Sungguh, hal pertama yang terlintas di benakku saat Appa mengatakan Jerman adalah…

Itu adalah suatu tempat yang sangat jauh. Di mana aku tidak bisa melihat Chan Yeol setiap harinya.

Chan Yeol mengulurkan tangannya ke belakang, dan aku langsung menggapainya. Ia menggenggam tanganku erat, sangat erat seolah ia tidak ingin aku pergi darinya. Dan sungguh, akupun tidak ingin berpisah darinya.

“Abonim, tolong jangan memaksakan kehendak anda. Sudah cukup bahwa anda memutuskan jembatan yang menghubungkan Baek Hyun dengan mimpinya. Jadi tolong, jangan menambah bebannya lagi dengan memaksanya kuliah di luar negeri.” Pinta Chan Yeol. Dan itu membuatku semakin gugup. Appaku adalah orang yang sangat keras, jadi tidak mungkin dia akan mendengarkan pendapat orang lain yang berniat menasehatinya, apalagi dari seorang anak yang umurnya jauh lebih muda darinya.

“Apa masalahmu anak muda? Baek Hyun adalah anakku, aku yang membesarkannya dengan tanganku sendiri. Dan aku berhak memutuskan apa yang terbaik untuk anak tunggalku. Berhenti bersikap menggurui orang yang lebih tua darimu, karena kau sama sekali tidak tahu apa-apa.”

Dan itulah jawaban appaku.

“Abonim… Apa anda yakin keputusan anda ini adalah yang terbaik untuk anak anda? Pernahkah anda menanyakan dengan jelas apa yang menurutnya baik untuk dirinya sendiri? Pernahkah anda menanyakan apa yang sebenarnya diinginkan Baek Hyun? Dan pernahkah anda sekali saja mengabulkan apa yang diinginkan Baek Hyun?” Chan Yeol menggeleng, dan kurasakan genggamannya di tanganku semakin erat.

Aku menggigit bibir, sungguh berharap Chan Yeol bisa merubah pola pikir appaku. Sungguh berharap bahwa Chan Yeol bisa mempertahankan hubungan kami, sungguh berharap bahwa Chan Yeol… bisa menyadarkan Appaku.

Appa tidak langsung menjawab, dan kurasa ucapan Chan Yeol sedikit ia pertimbangkan. Ini kebiasaan Appa jika ia mendengar sesuatu yang masuk akal. Dan kuharap ini adalah kabar baik.

“Anak muda…” Tegur Appa dengan nada suara diturunkan. Sungguh… aku berharap banyak untuk itu.

“Ne… Abonim”

“Kau masih anak-anak, jadi tidak tahu apa-apa tentang apa itu penerus. Apa itu tumpuan harapan. Aku mencintai anakku, dan aku ingin memberikan yang terbaik untuknya di masa depan. Mengenai mimpi yang bersifat semu itu, bukan karena aku meremehkannya. Tapi, baik anakku ataupun kalian, tidak seharusnya bermain-main dengan masa depan kalian. Mimpi menjadi musisi, atau apapun yang sama sekali tidak berguna, mimpi seperti ini tidak masuk akal. Yang kalian hadapi ini adalah kenyataan, dan di masa depan bukan musik yang akan membuat kalian bertahan hidup, tapi usaha dan kerja keras.”

“Tapi Abonim, ini bukan hanya tentang mimpi, karena kami akan merealisasikannya menjadi kenyataan. Walau kami tidak akan sesukses pengusaha seperti anda, tapi kami juga punya usaha dan kerja keras, salah satunya seperti ini. dengan musik, kami tidak hanya menyalurkan bakat dan kesenangan kami, orang-orang yang mendengar musik kami akan terhibur, dan walau tidak dalam jumlah banyak, kami tetap bisa menghasilkan materi.”

“Lalu mau sampai kapan kalian akan seperti ini? 5 tahun? 10 tahun? Dan apa kalian pikir dengan bermusik hidup kalian akan terjamin sampai puluhan tahun?” terdengar decakan remeh dari appa, “Realistislah anak muda. Ini hanya mimpi, tidak ada masa depan jika kalian hanya mempermainkan hidup kalian dalam roda yang sama seperti ini. Tidak akan ada kemajuan. Tidak ada musisi yang bisa sukses.”

Aku merasakan Chan Yeol sedikit  tertegun, dan memang apa yang dikatakan appaku semacam doktrin yang langsung dicerna mentah-mentah oleh kami yang masih minim pengalaman hidup.

“Byun Baek Hyun, anakku. Kemarilah, tempatmu bukan di sini nak.”

Deg~

“Ap… Appa…” Sahutku ragu.

Chan Yeol menoleh padaku, dan menatapku penuh harap.

“Byun Baek Hyun. Kau sudah kuajarkan sejak kecil untuk tahu dan bisa memilih mana yang benar dan salah nak. Apa yang Appa dan Eommamu lakukan selama ini, sepenuhnya demi kebaikanmu, demi masa depanmu yang cerah. Jadi tinggalkan tempat ini dan ikut bersama Appa.”

Aku semakin bimbang, kegelisahanku kini bertumpuk. 2 pilihan berat lagi, dan kali ini lebih menyiksaku.

“Byun Baek Hyun… Kau masih menganggapku Ayahmu?”

 

DEG~

Entah kenapa ucapan Appa itu justru membuat genggaman tanganku pada jemari Chan Yeol sedikit melemah. Masih dengan menatap matanya sendu, kulihat penegasan di sana bahwa ia tidak akan melepaskanku.

“Byun Baek Hyun! Apa kau masih menganggapku Ayahmu?” Tegas appa sekali lagi.

Aku memejamkan mata rapat-rapat, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengambil keputusan yang paling penting dalam hidupku ini… dan akhirnya, sebuah kalimat tegas menuntunku pada satu titik buntu.

“Ne… Appa!” Ucapku putus asa, karena aku tidak punya apa-apa untuk melawan. Aku mencintai Chan Yeol, tapi aku tidak bisa membantah perintah orang tuaku yang telah membesarkanku sejak kecil.

“Baek Hyun-ah…” keluh Chan Yeol.

“Kemarilah nak, kita pulang dan mengemasi barangmu.”

“N… Ne appa.” Aku sudah bersiap pergi, tapi tangan Chan Yeol masih kuat menggenggam tanganku.

“Tunggu…Baekhyun-ah.” Cegatnya, kemudian kembali menarikku ke arahnya. Ia menatapku sejenak, kemudian mengangguk pasti seolah ingin menyampaikan sesuatu.

Percayalah padaku Baek Hyun-ah…__seperti itu yang kutangkap.

Setelahnya Chan Yeol menatap appaku dengan sangat berani, seolah ada yang ingin ia sampaikan dengan penuh percaya diri.

Abonim, tolong berikan kami kesempatan.” Ucapnya tegas.

Kulihat appaku mengangkat alisnya, “Apa maksudmu?”

“Anda katakan bahwa tidak ada musisi yang bisa sukses? Begitu?”

Seperti sebuah pertanyaan dalam bentuk sugesti, appaku pun mengangguk ragu.

“Jika kami bisa membuktikan bahwa kami bisa menjadi musisi yang sukses, apakah anda mau mempertimbangkannya sekali lagi?”

“Kau mencoba ber-gambling denganku anak muda?” Appa kembali naik pitam, bisa terlihat dari nada suara dan raut wajahnya.

Mianhamnida Abonim, bukan seperti itu. Hanya sedikit merubah pola pikir anda yang salah terhadap musisi. Anda mengatakan tidak ada musisi yang sukses? Kurasa anda salah. Saya seorang gitaris, dan saya tahu betul beberapa gitaris legenda yang betul-betul sukses karena profesi mereka, bahkan setelah mereka tiada pun, nama juga sejarah yang mereka tinggalkan jauh lebih berharga bahkan melebihi penghasilan anda sebagai pengusaha, Abonim.” Tuturnya yakin.

“Kau!”

Chan Yeol menoleh padaku, “Dia… anak anda, Byun Baek Hyun. Adalah satu dari sekian anak berbakat yang dimiliki negara ini, dan anda setega itu ingin mengubur mimpi-mimpinya begitu saja hanya karena ambisi anda untuk menjadikannya penerus bisnis anda?” Chan Yeol menarik nafas sejenak, menghembuskannya pelan, kemudian kembali menatap Appa.

“Apa anda pernah mendengar nama Wolfgang Amadeus Mozart? Yang pada usia 4 tahun sudah mampu melakukan improvisasi pada musik-musik pendahulunya? Dan ayahnya, setelah mengetahui bakat Mozart maka beliau justru terpanggil untuk mengembangkan bakat anaknya ini, beliau bahkan mempromiskan anaknya di khalayak ramai dan dengan sangat memukaunya Mozart menunjukkan kemampuannya bermain piano di depan Raja Bayern, Ratu Maria Theresia di Wina, dan kaum bangsawan lainnya. Dan saat dewasa ia sukses besar menggelar konser-konser dan pertunjukan besar di Milan? Saya berani menjamin Abonim, apa yang dihasilkan Mozart, jauh labih tinggi dari pada penghasilan anda sebagai pengusaha. Dan inikah yang anda sebut musisi tidak bisa sukses?” Chan Yeol menggumam sebentar dan kupikir ia telah sukses membuat Appaku kehilangan kata-katanya.

“Ah atau yang paling terkenal, Ludwig Van Beethoven? Bahkan jika anda betul-betul buta akan musik, anda pasti pernah mendengar baik secara sengaja ataupun tidak, karyanya yang paling fenomenal yang kurasa tidak akan pernah redup sampai kapanpun. Fur Elise, mahakarya bersejarah yang bahkan diapresiasi oleh seluruh dunia termasuk negara kita dengan menjadikannya sebagai musik pengiring tertentu. Saya rasa ini sudah lebih dari sekedar sukses, Abonim.”

Tidak bisa kusembunyikan, Aku sangat tercengang saat Chan Yeol menyebut nama-nama itu. demi Tuhan… mereka adalah panutanku. Dan bagaimana mungkin Chan Yeol mampu menjabarkan semua itu?.

“Sepertinya saya mengambil contoh terlalu jauh Abonim. Contoh dekat saja, negara kita yang memiliki puluhan bahkan ratusan musisi ternama yang menciptakan banyak mahakarya best seller tingkat dunia. Apa itu masih tidak bisa dikatakan sukses? Jika memang yang anda takutkan adalah pasang surutnya kesuksesan seorang musisi, lalu apa bedanya dengan seorang pengusaha? Apa di dunia ini tidak ada pengusaha yang jatuh miskin? Apa di dunia ini tidak ada pengusaha yang tiba-tiba bangkrut? Apa di dunia ini tidak ada pengusaha yang akhirnya membawa keluarga mereka dalam keterpurukan karena kegagalan?” Chan Yeol menggeleng pelan dengan wajah sangat yakin dan percaya diri.

“Penilaian anda seharusnya sedikit objektif Abonim. Anda hanya menatap kami, seorang musisi dengan sebelah mata anda. Mengatakan bahwa kami hanya mampu bermimpi tanpa bisa mewujudkannya ke dunia nyata. Lalu bagaimana kami bisa tahu bahwa kami bisa mewujudkannya kalau kesempatan itu saja tidak kami dapatkan?”

Bibirku bergetar hebat. Chan Yeol betul-betul membelaku habis-habisan. Demi Tuhan, bahkan jika Appa bersikeras memaksaku ke Jerman, aku akan menolaknya.

Chan Yeol kembali menatapku, mengulas senyuman yang terlampau lembut, kemudian menyeka air mataku yang tak kusadari kapan mulai menggenang dan membasahi kedua pipiku, “Kurasa… Kami akan membenarkan bahwa apa yang kami jalani ini bukan sekedar mimpi-mimpi belaka, ini adalah tentang kenyataan yang akan kami hadapi di masa depan. Untuk itu Abonim, berikan kami kesempatan, berikan Baek Hyun kesempatan mewujudkan mimpi itu, agar di masa depan kami tidak akan membahas perihal mimpi lagi, karena ini bukan lagi tentang mimpi, tapi kenyataan.”

Appaku terdiam, rahangnya mengatup rapat karena ia ditantang oleh anak remaja yang selalu ia remehkan.

Aku semakin mengeratkan genggamanku di lengan Chan Yeol, menatap Appa penuh harap agar ada perubahan keputusan di sana.

“Abonim, 2 hari lagi Baek Hyun akan mengikuti sebuah pertunjukan piano tingkat nasional, dan tahukah anda bahwa Anak anda ini bahkan mampu mengalahkan puluhan peserta dan masuk ke dalam 10 besar? Dan saat ia tinggal selangkah lagi menggapai mimpinya, tegakah memutus jalannya begitu saja? Itukah yang anda sebut sebagai tindakan terbaik untuk anak anda?”

Hening….

Kulihat appa dan Chan Yeol bertatapan cukup tajam. Aku bahkan terlalu takut jika saja Appa murka kerna merasa dinasehati oleh anak-anak, kemudian berakhir menyeretku pergi dan berpisah dengan Chan Yeol.

Akan kuakhiri hidupku detik itu juga.

“Byun Baek Hyun…”

Seruan ayahku seperti gemuruh  petir yang meledak di kepalaku, membuatku hampir ambruk kalau saja aku tidak memeluk lengan Chan Yeol dengan kuat.

“N… Ne… Appa…” sahutku takut. Chan Yeol terus mengusap punggung tanganku, memberiku kekuatan agar tetap tenang.

Appa menatapku datar. Tidak marah, tidak juga senyum, betul-betul tidak terbaca. Dan itu lebih menakutkan dari apapun.

Sampai ketika ia menatap kami bergantian, dan sebuah hembusan nafas panjang ia keluarkan, barulah terlihat expresi kerasnya yang melembut perlahan.

“Kita bicarakan ini di rumah.” Ucapnya tegas, tapi lembut.

Aku jelas terkejut bukan main, apakah ini berita baik?

“Ap… Appa???” tanyaku masih tidak percaya.

“Apalagi? Apa kau mau menunggu sampai Appa merubah keputusan?” Ancamnya.

Aku langsung menggeleng cepat.

“Dan kau anak muda… ikut dengannya. Ada yang harus kita bahas.” Ucap appa tegas terhadap Chan Yeol.

“Ne abonim.” Dan Chan Yeol-ku tetap tidak kehilangan kepercayaan dirinya.

“Hm, kutunggu di rumah.”

“Ne Appa…”

Appa pun meninggalkan ruangan itu dengan langkah pasti. Su Ho hyung buru-buru mrnutup pintu dan mengelus dadanya berkali-kali.

“Huwaaaaahhh… menegangkan sekali.” Seru Kris hyung, juga Kyung Soo bersamaan.

Brugh~

Aku membelalak saat tiba-tiba Chan Yeol jatuh terduduk di lantai.

“Chan Yeol-ah…” Pekikku kemudian buru-buru memeriksa keadaannya.

“Rasanya… seperti berperang dengan malaikat maut.” Ucapnya dengan pandangan kosong ke depan. Aku baru merasakan bahwa tangan Chan Yeol gemetar dan dingin. Tentu saja, ini seperti pertaruhan hidup dan mati. Dan Chan Yeol betul-betul memperjuangkanku di depan Appaku.

Demi Tuhan… aku mencintai Park Chan Yeol seluruh jiwa raga.

“Tapi kau kereenn… dan aku sangat mencintaimu…” Pekikku langsung menghambur ke pelukannya.

“Ne… kau keren Park Chan Yeol. Sebenarnya aku malas memujimu, tapi sungguh, selama aku mengenalmu, aku tidak pernah melihatmu sekeren tadi.” Tambah Kris hyung tetap menyelipkan sindirannya di setiap kalimat.

“Dan tentu saja, romantis. Sungguh ini mendebarkan dan mengharukan. Kami seperti pajangan saja yang serba salah. Ingin keluar, takut menimbulkan suara bising, ingin ikut bersuara juga takut salah bicara. Tapi beruntung kau bisa mendominasi permbicaraan, Park Chan Yeol… kau daebak. Sebagai sahabatmu, aku bangga.” Su Ho hyung ikut bersuara, dan bisa kulihat dengan ekor mataku Kyung Soo tersenyum sembari memeluk kekasihnya itu.

“Keren… Keren… kalian gampang mengatakan itu, tapi tidak betul-betul tahu posisiku tadi sudah seperti di ujung jurang. Sedikit saja aku salah bicara, maka aku akan mati. Hah… beruntung otakku masih bisa diajak kompromi.” Sahut Chan Yeol kemudian meluruskan kakinya ke depan agar lebih rileks, aku hendak beranjak tapi dia justru menarikku untuk duduk di atas pahanya.

Ia tatap mataku intes, “Kalau betul tadi kau diseret oleh Appamu untuk pergi dan memaksamu ke Jerman. Lihat saja, aku akan menculikmu dan membawamu kabur.” Ancamnya, yang sebenarnya terdengar manis di telingaku.

“Aku juga sudah berencana kabur kalau saja Appa betul-betul tidak mau merubah pendiriannya. Tapi berbicara tentang penjelasanmu tadi, dari mana kau tahu sejarah Mozart dan Beethoven?”

Chan Yeol tertawa dan sempat-sempatnya menggigit daguku gemas, “Waktu kusembunyikan buku lagumu, aku menemukan satu buku tentang sejarah Musisi legendaris dunia, si situ ada banyak, tapi yang sempat kutangkap hanya 2.”

“Tunggu, kau yang menyembunyikan buku laguku?”

Chan Yeol membelalak, “Opps…”

“Ya! Park Chan Yeol…” aku memukul-mukul bahunya kesal, tapi ia sukses menahan kedua pergelangan tanganku.

“Tapi bukankah itu ada gunanya, walaupun melafalkan nama mereka sukses membuat lidahku terkilir, tapi dengan sikap sok tahuku barusan, sukses merubah pola pikir ayahmu kan?”

Aku tersenyum, “Ne, sudah kubilang kau keren.”

“Lalu mana hadiahku untuk itu?”

Dan akupun tak sungkan mengecup pinya dan tersenyum manis di depan wajahanya.

“Ehem… Tolong lakukan di tempat sepi…” Tegur seseorang, dan kurasa itu Kris hyung. Dan ujung-ujungnya kami justru ditertawai.

“Tapi kalian jangan keasyikan bermesraan dulu, bukankah Ayah Baek Hyun ingin membicarakannya lagi?” teguran Su Ho hyung langsung meredupkan tawa kami.

“Ck… karena Su Ho hyung membahasnya, ya sudah.” Chan Yeol mengangkat pinggangku dengan mudah agar ia bisa berdiri. Akupun berdiri dengan dibantu olehnya.

“Semangatlah, bisa jadi ini juga mengenai pembahasan tentang kelangsungan hubungan kalian.” Ucap Kris hyung menyemangati sembari menepuk pundak Chan Yeol.

Geure… semoga. Dan aku harus siap-siap.” Ucapnya pasti sambil merangkul pundakku.

“Good luck!!!”

 

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

Author POV.

“Mwo?? Juara… satu?” Tanya Chan Yeol dan Baek Hyun tidak percaya.

“Kenapa? Apa itu terlalu sulit?” Balas Appa Baek Hyun santai.

“Ta… Tapi Appa, semua peserta yang masuk 10 besar itu hebat-hebat semua.” Keluh Baek Hyun cemas.

“See… kalau memang kau tidak meragukan kemampuanmu, mereka jelas kendala kan? Kalau kau berhasil menduduki juara satu dalam kompetisi itu, maka Appa akan mengabulkan keinginanmu menjadi seorang musisi. Appa rasa ini adil, appa sudah mendidikmu dan mempersiapkanmu untuk menjadi penerus, dan kau menolak dengan alasan tertentu. Appa jelas punya hak meminta bukti nyata bahwa kau bisa merealisasikannya, dan dengan meraih juara pertama, Appa baru bisa yakin akan hal itu.” Lanjutnya, diberi anggukan setuju oleh eomma Baek Hyun yang duduk di sebelah suaminya.

“Ju… Juara satu?” Baek Hyun menoleh pada Chan Yeol dengan tidak yakin, tapi kekasihnya itu langsung memberi anggukan dan senyuman manis pembangkit semangat, tak lupa sebuah genggaman hangat di tangan kanannya.

“Begitu saja, jika kau tidak bisa memenuhinya, maka kau harus melupakan mimpi anehmu itu dan ikuti kemauan Appa.”

Baek Hyun menghembuskan nafasnya cukup panjang, memejamkan matanya sejenak, kemudian mengangguk pasti.

“Ne… Appa. Aku akan menjuarai kompetisi itu.”

Tidak bisa disembunyikan oleh Appa Baek Hyun. Senyuman penuh kebanggaan untuk anak tunggalnya itu. Anak yang sejak kecil di ajari untuk menuruti semua kemauan orang tua dan tidak ada kata penolakan.

Di depannya kini seolah terlihat sosok berbeda, sosok dengan penuh keteguhan dan tekad yang sejak lama tidak dilihat oleh namja paruh baya itu. Dan tidak bisa ia pungkiri ada seseorang yang  bersama Baek Hyun dalam membangkitkan tekad itu.

“Namamu Park Chan Yeol bukan?” Tanya Appa Baek Hyun tiba-tiba.

Chan Yeol yang sempat terkejut seketika membungkuk hormat, “Ne Abonim…”

Appa menoleh pada istrinya, dan hanya dengan tatapan 5 detik, istrinya itu langsung mengerti maksud namja paruh baya itu.

“Hm… Baek Hyun-ah, bisa temani eomma ke atas, sayang? Kebetulan ada yang ingin Eomma sampaikan padamu.” Pinta Eomma Baek Hyun lembut.

“Ah, tapi…” Baek Hyun menoleh ragu pada Chan Yeol, tapi kekasihnya itu tetap memberikan keyakinan bahwa semua akan baik-baik saja. Untuk itu Baek Hyun hanya bisa menghela nafas kemudian mengikuti langkah eommanya ke lantai dua.

.

.

.

“Kurasa kau sudah sangat mengerti alasan kenapa aku mengajakmu berbicara empat mata, Park Chan Yeol.” Appa Baek Hyun membuka obrolan dengan sedikit formal, membuat Chan Yeol mau tidak mau harus bersikap sesopan mungkin. Tidak bisa ia sembunyikan bahwa ia gugup luar biasa, tapi ia mati-matian terlihat tenang dan santai.

“Mianhamnida Abonim, saya hanya bisa menerka.” Jawabnya.

“Lalu apa yang kau terka?”

Chan Yeol menelan ludah dengan susah payah, “Te… Tentang hubunganku dengan… Baek Hyun.”

Appa Baek Hyun menggumam sebentar, menyeruput kopi hangat yang tersaji di atas meja tamu, “Betul.” Ucapnya singkat setelah meletakkan cangkir itu kembali ke tempatnya, memperdengarkan dentingan khas keramik mahal dan cukup membuat Chan Yeol semakin tegang.

“Saya… Saya serius terhadap anak anda, Abonim.”

“Hm, bisa kulihat itu. Tapi sekali lagi, kau tahu bahwa cara pandangku terhadap sesuatu itu sangat realistis. Aku tidak butuh sesuatu yang bersifat semu, tapi nyata, untuk itulah aku selalu menentang sesuatu yang menyangkut mimpi.”

Chan Yeol mengangguk sopan, “Lalu… dengan apa saya harus menunjukkan keseriusan saya Abonim?”

Appa Baek Hyun tersenyum, “Santai sajalah, aku tidak akan memojokkanmu. Hanya ingin memastikan sesuatu.”

“A.. Apa itu Abonim?”

“Apa benar, nama ayahmu adalah Park Jung Soo?”

Chan Yeol tersentak kaget, ia bahkan tidak sengaja menendang kaki meja saking terkejutnya ia.

“Mi… Mianhamnida, tapi dari mana anda tahu?”

Appa Baek Hyun tertawa, “Percayalah, saat kau punya kuasa, kau bisa melakukan apa saja, termasuk mendapatkan informasi dari orang yang cukup menarik perhatianmu dalam waktu singkat. Dari sekian banyak informasi yang kudapatkan dalam kurun waktu 10 menit tentang jadti dirimu, aku cukup berhenti saja di statusmu sebagai anak sulung Park Jung Soo. Jadi aku tidak perlu mencari tahu lebih dalam latar belakangmu sejak aku cukup mengenal sahabat lamaku itu.”

Chan Yeol hampir merosot dari sofa mewah itu, “Abonim… Tolong jangan katakan apa-apa tentang keberadaanku ini pada Ayah__”

Chan Yeol membelalak saat Appa Baek Hyun meraih gagang telepon di meja kecil persis di samping sofa tempatnya duduk santai.

“A… Abonim, anda  tidak bermaksud menelpon ay__”

“Jika bukan ada keperluan penting, ada apakah gerangan presdir Byun menelponku…?

Chan Yeol kembali tersentak saat mendengar suara yang sangat tidak asing itu, karena nyatanya Appa Baek Hyun sengaja mengaktifkan speakernya hingga suara orang yang diteleponnya terdengar jelas di telinga Chan Yeol.

“Kau masih seperti dulu Jung Soo-ah?”

Lalu terdengar tawa keras di seberang. Tawa yang membuat Chan Yeol merinding setengah mati.

“Tapi aku serius, ada apa menelponku sobat?”

“Tidak, hanya ingin menyapamu. Sudah lama kita tidak mengobrol. Jadi, bagaimana kabar perusahaanmu.”

“Hm, sejauh ini tanpa kendala. Kecuali setahun yang lalu aku sempat dibuat stress oleh putraku sendiri.”

Chan Yeol langsung gelagapan, berusaha menghindari kontak mata dengan Appa Baek Hyun yang betul-betul menikmati siksaan mental yang ia berikan pada anak muda di hadapannya ini.

“Nasib kita sama, baru-baru ini aku juga dibuat stress oleh putra tunggalku.”

“Jadi kau ingin minta saran dariku? Ayolah, aku ayah yang gagal, jadi kau salah orang jika ingin minta saran.”

Deg~

Chan Yeol meremas kedua tangannya. Ia bahkan tidak pernah tahu bagaimana keadaan ayahnya sekarang.

“Tidak… Tidak… Kau justru cukup berhasil menjadi seorang ayah. Aku sendiri yang menerima dampaknya.” Ucap Appa Baek Hyun masih menatap lurus ke arah Chan Yeol.

Hening sejenak…

“Tunggu, maksudmu….”

Appa Baek Hyun tertawa, “Selain sifat pembangkangnya, semuanya mirip denganmu. Cara bicaranya, caranya menatap lawan bicara, gesture-nya, semuanya mirip denganmu. Anak nakal ini tengah duduk di hadapanku.”

Chan Yeol hampir ambruk ke belakang saking terkejutnya ia. Ia semakin gelisah dan berdecak cemas berkali-kali, seolah hendak kabur saja, tapi tatapan mata Appa Baek Hyun menguncinya hingga ia tidak bisa bergerak sedikitpun.

“Ba… Bagaimana bisa… Putraku ada di sana? Anak nakal itu ada di sana??” Jerit Appa Chan Yeol menggelegar, bahkan terdengar pecah di speaker telepon.

“Santai sajalah, anakmu baik-baik saja. Sudah kubilang, dia seperti replikamu.”

“Anak itu betul-betul… Apalagi yang dia lakukan? Katakan saja, aku akan mengirim polisi ke rumahmu untuk menangkapnya. Anak itu…. Arrgghh jinjja…”

“Tidak… Tidak, dia tidak melakukan apa-apa. Ya.. hanya kenakalan kecil tapi sukses memberikan perubahan besar. Sedikit bernostalgia Jungsoo-ah… dan kurasa kita tidak bisa mengabaikannya begitu saja karena memang, buah jatuh tidak bisa jauh dari pohonnya.”

Hening sejenak…

“Jadi… Yang kau maksud dengan stress akibat perbuatan anakmu adalah, karena dia juga melawanmu? Dan dalangnya adalah…”

Appa Baek Hyun tersenyum, “Anakmu bahkan menjelaskan sejarah tentang Mozart dan Beethoven padaku.”

“Mwo??? Anakku sama sekali tidak tahu perihal itu, jadi mana mungkin dia menjelaskan hal seperti itu pada orang yang jauh lebih menguasainya?”

Chan Yeol terbatuk cukup telak.

“Tapi walau dia sedikit sok tahu, aku cukup tertegur juga. Pola pikirnya lebih sederhana tapi justru lebih terdengar realistis. Tekadnya kuat, dan kurasa mimpi yang kita anggap hal bodoh justru akan di wujudkan oleh anak-anak kita.”

“Aish jinjja, entah apa yang di katakan anak bodoh itu hingga bisa membuka kotak tua kelammu itu.”

“Ah sudahlah. Aku hanya tergerak, tapi tetap tidak merubah pandanganku terhadap musik. Biar mereka saja yang melanjutkannya.”

Doktrin ayahmu benar-benar kuat sepertinya, sama sepertiku. Lalu apa yang akan kau lakukan? Menyetujui anakmu menjadi musisi?

“Kalau dibilang menyetujui… tidak sepenuhnya juga. Aku hanya memberi kesempatan padanya untuk menunjukkan bagaimana cara mewujudkan mimpi menjadi kenyataan, dan kalau dia berhasil, maka aku tidak akan ikut campur dengan masa depannya.”

Terdengar hembusan nafas panjang di seberang, “Mana anak itu?”

Appa Baek Hyun tersenyum kemudian mengangguk pada Chan Yeol, mempersilakannya membuka suara.

“A… Aboji…” Ucapnya takut-takut.

Hening…

“E… Eomma… sehat-sehat saja?” Tanya Chan Yeol lagi, masih takut-takut.

“Kupikir kau sudah tidak peduli Park Chan Yeol, bahkan jika orang tuamu ini sudah mati.” Jawab ayahnya ketus.

“Aboji… Aku…”

Sudahlah, permintaan maaf diterima. Berhubung kau sudah membuatku bangga dengan mempengaruhi Presdir Byun. Kau tahu? Di dunia ini, dia tidak mau mendengarkan siapapun selain ayahnya, tapi melihat kau bahkan berhasil mempengaruhinya, kupikir tidak ada siapapun yang bisa meragukan tekadmu lagi sebagai musisi.

Chan Yeol tertunduk, meremas kedua tangannya, karena dengan cara itulah ia bisa menghentikan air matanya yang bersiap keluar.

Park Chan Yeol…”

“Ne Aboji…” sahutnya dengan suara bergetar.

Kembalilah nak, kami tidak akan memaksamu lagi. Entah kau ingin menjadi musisi atau apapun, asal kau yakin itu yang terbaik, maka lakukanlah. Kami tidak akan menentangmu lagi.”

“Aboji…”

Tapi cukup satu orang saja yang kau sesatkan. Saat kau pulang nanti, jangan sedikitpun berniat menyeret adikmu mengikuti jalanmu, beruntung ambisinya menjadi seorang pengusaha sukses itu sangat besar. Kalau dia juga ikut-ikutan menjadi pembangkang sepertimu, maka siapa lagi yang bisa kuandalkan? Eommamu pasti akan menolak mentah-mentah jika kuminta ia memberi adik lagi pada kalian.”

Appa Baek Hyun tertawa di sana, dan tidak bisa Chan Yeol sembunyikan, iapun tertawa kecil, sembari mengusap matanya yang basah.

“Mianhae Aboji.”

Sudah kubiilang, permintaan maaf diterima, jadi pulanglah.”

“Ne Aboji… Setelah urusanku selesai dulu.”

Apalagi?

Chan Yeol tersenyum lebar sembari menatap penuh arti pada Appa Baek Hyun.

“Memberi Aboji menantu.”

“MWO??” seru Appa Baek Hyun dan ayah Chan Yeol bersamaan.

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

“Sebenarnya apa yang kalian bicarakan tadi?” tanya Baek Hyun saat ia mengantar Chan Yeol sampai ke depan pagar.

“Hm? Ah ada saja, urusan namja dewasa.”

Baek Hyun merengut, “Jadi menurutmu aku anak-anak?”

Chan Yeol tertawa kemudian memeluk pinggang Baek Hyun dan menarik namja mungil itu agar lebih merapat padanya, “Berjuanglah Byun Baek Hyun. Masa depan kita ada di tanganmu. Jadi ini bukan hanya tentangmu, bukan juga tentangku, tapi tentang kita.”

Baek Hyun mengulas senyumnya, sembari membetulkan rambut Chan Yeol yang menutupi alisnya, “Eum, tentu saja. Asal kau tetap bersamaku, kurasa aku akan sangat mudah melewati apapun.”

Jinjja?”

Ne, kau percaya? Setiap aku ingin menyentuh piano, wajahmu selalu terngiang di benakku, dan entah kenapa wajahmu itu seperti sebuah inspirasi, berbentuk semangat kuat hingga aku bisa lebih menghayati permainanku. Ah entahlah, kurasa kau lebih tahu cara mendeskripsikannya dengan kata-kata.”

Chan Yeol tertawa bangga, “Tidak perlu susah-susah. Akan kudeskripsikan dengan satu kata.”

“Hm? Apa itu?”

Chan Yeol menyentuh dagu runcing Baek Hyun kemudian menariknya mendekat.

“CINTA!”

Blush~

Dan Baek Hyun hanya bisa memukul pundak Chan Yeol sebelum namja tampan itu menekan dagunya, membuat mulut Baek Hyun sedikit terbuka lalu kemudian di benamkannya bibir milik Chan Yeol sendiri di sana.

Baek Hyun menumpukan kedua tangannya di dada Chan Yeol, sesekali bergerak naik mengelus leher dan rahang namja tampan itu tatkala ia merasakan ciuman mereka semakin bergairah.

“Apa sebaiknya kuberi kalian ultimatum untuk tidak bertemu dulu sampai kompetisinya tiba?”

Chan Yeol dan Baek Hyun tersentak bersamaan. Dengan gerakan kilat melepas tautan bibir masing-masing dan langsung menghadap ke sumber suara.

Appa…” lirih Baek Hyun sembari menggigit bibir dan menunduk dalam.

“I… Itu Abonim, kiss bye.” Tambah Chan Yeol sembari mengusap tengkuknya.

“Jangan keasyikan mengguruiku Park Chan Yeol.”

Mi… Mianhamnida Abonim…”

“Sudah… Lain kali jangan melakukan hal seperti itu di tempat terbuka.”

Chan Yeol dan Baek Hyun saling bertatapan.

“Jadi di tempat tertutup boleh Abonim?”

Appa Baek Hyun mendesis marah. Kali ini serius, “Cepat pulang kau Park Chan Yeol…”

A… Arayo… Abonim, Cwesonghamnida.” Chan Yeol buru-buru memakai helmnya, melambai pada Baek Hyun dan langsung melajukan motornya meninggalkan tempat itu.

Jinjja… Anak nakal itu…”

Baek Hyun membungkuk berkali-kali, “Mianhamnida Appa…”

Appa Baek Hyun menghela nafas, “Sudahlah, cepat masuk dan istirahat. Bukankah besok kau ada latihan? Appa serius saat mengatakan kau harus meraih juara pertama dalam kompetisi itu, jadi kau juga tidak boleh menyepelekannya.”

“Ne, Appa… Aku akan berjuang.”

Appa Baek Hyun mengulas senyum tipis, “Apa anak itu juga yang mengajarimu mengatakan itu?”

Ne?”

“Bukan apa-apa. Hanya saja, Appa belum pernah mendengar kau sesemangat ini menghadapi sesuatu.”

“I… Itu karena aku bersungguh-sungguh Appa… dari hatiku, dan tanpa … eum… paksaan.”

“Hm, dan belum pernah Appa mendengar kau merespon Appa seserius ini, bisanya kau hanya akan mengatakan iya tanpa penjelasan apapun.”

Mianhamnida

“Jangan terus meminta maaf, kau terlalu kaku pada ayahmu sendiri, Baek Hyun-ah.”

Mian… eh, Eum…”

Appa Baek Hyun tersenyum, “Ayo masuk…”

“Ne Appa…” dan  Baek Hyun pun tanpa sungkan memeluk lengan ayahnya dan mengiringinya masuk.

“Mengenai Park Chan Yeol…”

“Ne?”

“Di mana kau berkenalan dengannya?”

“Eum, di halte bis. Waeyo?”

“Tidak… Appa menyukainya. Seperti yang kau bilang, dia itu mimpi yang berwujud kenyataan.”

Baek Hyun tertawa senang, “Gomawoyo Appa… Saranghaeyo…”

“Hm…? siapa yang lebih kau cintai? Appa atau Park Chan Yeol…”

“I.. itu…”

“Ah sudahlah… di dahimu saja sudah tertulis jelas nama Park Chan Yeol, jadi untuk apa ditanyakan lagi?”

Appa…!!”

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

 

 

The day…

Sudah sekitar setengah jam Baek Hyun memiliki kebiasaan baru. Menoleh ke belakang, melirik arloji, berdecak kesal, dan menggigit kuku ibu jari. Itu berlangsung terus menerus sampai ayahnya yang duduk di sebelahnya kelihatan bosan sendiri dengan ulah anaknya itu.

“Kenapa tidak kau telepon saja untuk memastikan keberadaannya? Appa pusing sendiri melihat ulahmu.” Tegurnya.

“Ck, Pertunjukannya sudah hampir dimulai dan dia tidak juga menunjukkan batang hidungnya. Aku tidak ingin menelponnya karena bisa jadi dia dalam perjalanan mengendarai motornya.”

“Kalau begitu tenanglah, kau sudah seperti cacing kepanasan.” Appa Baek Hyun mengusap puncak kepala anaknya itu, suatu kebiasaan yang mungkin terakhir ia lakukan 10 tahun yang lalu.

“Ne, Appa…” Baek Hyun mengatur nafasnya. Berusaha bersikap setenang mungkin

“Baek Hyun-ah? Sudah mulai?”

Baek Hyun langsung menoleh saat mendengar suara itu.

“Hyung?” ia berdiri dan langsung berpelukan dengan Su Ho. Ada Kyung Soo, Kris, dan juga Lay yang baru datang dan mengambil tempat duduk berjejer di sebelah kanan Baek Hyun.

“Mana Chan Yeol?” tanya Baek Hyun mulai cemas.

“Chan Yeol masih dalam perjalanan, mungkin ingin membeli sesuatu untukmu.” Kris yang menjawab.

“Ais… jinjja… 5 menit lagi mulai.”

“Kau tampil di urutan ke berapa?”

“Delapan…”

“Masih lama, jadi pasti keburu. Tenang saja, dia pasti datang.”

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

“Ayolah Tuan, tolong berikan bunga itu padaku.” Pinta Chan Yeol, lebih kepada merengek.

“Sudah kubilang ini sudah dipesan orang, kau cari saja bunga yang lain. Mawar atau tulip itu lebih indah dari pada bunga matahari.” Balas pemilik toko bunga itu.

“Tapi kekasihku suka bunga matahari, jadi tolonglah. Aku sudah keliling toko bunga dan semua stocknya habis. Ini toko bunga terakhir yang kusinggahi tuan… jadi tolong.”

“Begini… Aku bukannya tidak mau memberikannya padamu, tapi ini sudah dipesan 2 hari sebelumnya, inipun jumlahnya masih kurang dan aku harus memutar otak untuk memberi penjelasan pada orangnya nanti.”

“Ayolah Tuan… Hari ini kekasihku mengikuti kompetisi piano tingkat nasional. Ah namanya Byun Baek Hyun, dia calon Pianist ternama masa depan. Jika nanti dia sukses, aku akan memintakan tada tangannya untukmu Tuan. Jadi tolonglah…”

Pemilik toko itu berdecak kesal, sebenarnya iba juga, tapi mau bagaimana lagi, ia tidak mau mengecewakan pelanggan tetapnya.

“Tuan… Satu tangkai saja, jebal… orangnya tidak akan menyadari kalau hanya kurang satu tangkai.”

Pemilik toko itu mengerang frustasi, “Arrrgghhh kau sungguh merepotkanku anak muda…”

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

Ini sudah ketiga kalinya Baek Hyun kembali dari toilet. Dan ia tetap mendapati kursi yang disediakan untuk Chan Yeol di sebelah Appanya masih kosong.

“Belum datang juga?” tanya Baek Hyun cemas.

“sudah kutelpon tapi tidak diangkat.” Jawab Su Ho.

“Aaarrghh Jinjja…”

“tenanglah Baek Hyun-ah, anak nakal itu akan datang.” Ini sebuah mukjisat, Appa Baek Hyun yang mengeluarkan kalimat itu.

Baek Hyun menghela nafas, kemudian kembali duduk di tempatnya, “Ne , Appa…”

.

.

.

MC telah mempersilakan peserta nomor urut 6 untuk tampil, dan itu membuat Baek Hyun semakin tegang.

“Appa, aku harus ke backstage sekarang.”Pamitnya

“Hm, jangan tegang. Jangan jadikan ini sebagai beban. Appa mendukungmu.”

Baek Hyun tersenyum kemudian mengangguk lembut pada appanya. Setelahnya ia menoleh pada 4 kawan Chan Yeol.

“Aku… Ke backstage dulu. Tolong kabari aku kalau Chan Yeol datang.”

“Tentu saja Baek Hyun-ah, jadi berjuanglah.” Dukung Su Ho, disertai anggukan dari ketiga rekannya yang lain.

“Tenang saja, setelah Chan Yeol datang, aku akan memberinya pelajaran karena datang terlambat.” Tambah Kris, membuat Baek Hyun tersenyum simpul.

“Juga berikan dia pelajaran karena membuatku semakin tegang.”

“Beres, jadi berikan penampilan terbaikmu. Kami akan merekamnya.”

“Ne… gomawo”

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

Chan Yeol tertawa lebar sembari membawa setangkai bunga matahari yang dibungkus dan dibentuk sedemikian rupa hingga terlihat sangat cantik. Ia bangga dengan ketulusannya yang sudah meluluhkan 3 orang dalam kurun waktu 2 hari ini.

Appa Baek Hyun, ayah kandungnya, juga pemilik toko bunga tadi.

“Byun Baek Hyun… Aku mencintaimu.” Pekiknya seperti orang gila, kemudian menyelipkan bunga itu dengan sangat hati-hati di kantung depan ranselnya.

Ia pun langsung menghampiri motor besarnya. Memakai helm dan langsung meninggalkan area parkir toko itu dengan senyuman tak luntur sedikitpun.

Ia mempercepat laju motornya, berharap dia bisa sampai di tempat tepat waktu.

“Bunga ini didapatkannya susah Byun Baek Hyun, jadi kalau kau nanti marah-marah karena keterlambatanku, berarti kau bodoh.” Ucapnya seorang diri, cekikikan di balik kaca helemnya.

“Ah apa bunganya baik-baik saja?” Chan Yeol melepas tangan kirinya dan menyentuh belakang ranselnya. Tapi saat tangaannya tak menemukan apa-apa, ia jadi kaget sendiri. Dan dengan ceroboh ia menarik ranselnya ke samping dan memeriksanya, sementara ia masih menarik gas dengan kecepatan tinggi dengan tangan kanannya.

“Ah syukurlah…. kupkir hil___”

..

..

..

BRRRRUUUUAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKHHH!!!!!!

….

….

Tubuh Chan Yeol terlempar dari atas motor setelah tanpa kendali ia dan motornya menabrak sebuah truk yang baru saja muncul di persimpangan dari arah berlawanan.

Motor Chan Yeol sukses menghantam kap depan truk membuat tubuh Chan Yeol menghantam kaca depan mobil sebelum akhirnya terlempar ke tengah jalan dan terseret beberapa meter sebelum menghantam pembatas jalan.

Situasi yang sempat hening beberaa detik, langsung heboh dengan teriakan berlanjut setelah kejadian. Tubuh Chan Yeol yang bersimbah darah di pinggir jalan langsung di kelilingi kerumunan orang yang kebetulan melintas di tempat kejadian.

“YA TUHAN… DIA MASIH MUDA!!” Pekik salah satu orang yang tidak bisa dilihat jelas oleh Chan Yeol, bahkan ketika helmnya sudah terlepas.

“CEPAT PANGGIL AMBULANCE DAN POLISI…”

“HUBUNGI KELUARGANYA!!!”

“IDENTITASNYA… YA TUHAN… DIA SEKARAT!!!”

“JANGAN BERKUMPUL DI SINI… KORBAN KESULITAN BERNAFAS!! CEPAT PANGGIL AMBULANCE!!!”

Semua teriakan-teriakan itu tidak begitu jelas di telinga Chan Yeol, pandangannya mulai meredup. Sekujur tubuhnya seperti diremukkan begitu saja. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya karena nyeri hebat menjalar di sekujur tubuhnya.

“Bu… Bunga…nya..” Lirih Chan Yeol lemah saat sudut matanya menangkap bunga matahari yang tangkainya patah terinjak oleh salah satu orang.

“Bertahanlah anak muda… jangan banyak bergerak…”

“Bu… nga…nya…” Lirihnya lagi.

Ahjushii yang sedang memeriksa keadaannya itu jelas kebingungan, “Bunga ?”

Chan Yeol betul-betul tidak bisa bergerak, namun dengan usaha ekstra, tangan kanannya bergeser beberapa senti dan iapun menggerakkan telunjuknya pada setangkai bunga matahari yang terinjak itu.

“Tolong… berikan… padaku….”

Ahjushii itupun mengangguk dan segera mengambil bunga matahari yang sempat terinjak itu. Kemudian ia serahkan pada Chan Yeol.

“Terima… ka… sih….” Chan Yeol menggenggam bunga itu dengan tangan kanannya, seiring pandangannya yang mulai kabur dan gelap.

“Anak muda… bertahanlah… Hei… ya Tuhan… anak muda… kau dengar suaraku? Anak…mu…”

Fungsi Indera pendengaran Chan Yeol menurun, seiring kesadarannya yang mulai diambang batas. Dan bertepatan saat ia mendengar sayup-sayup suara sirine ambulance. Kesadarannya pun hilang.

Gelap… dan Chan Yeol tidak merasakan apa-apa lagi.

Baek Hyun-ah… Mianhae… kau harus berjuang sendiri sayang….

 

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

Deg~

 

Baek Hyun langsung merengkuh dada kirinya yang tiba-tiba saja sakit, seperti dihantam benta tumpul dan keras. Ia terbatuk beberapa kali dan itu membuatnya sesak. Seorang peserta di sebelahnya menyuguhkannya segelas air mineral, dan langsung diterima oleh Baek Hyun dan meneguknya habis.

“Apa kau gugup?” tanya namja manis yang memberikannya air mineral itu.

“Molla, biasanya tidak begini. Perasaanku betul-betul tidak enak.” Jawab Baek Hyun berusaha tersenyum.

“Kau pucat, dan kulihat kau merengkuh dadamu. Apa kau punya riwayat penyakit jantung”

Baek Hyun menggeleng, “Tidak… Ini pertama kalinya aku merasakan ini.”

Namja manis itu mengangguk, “Perkenalkan, aku Lee Sung Min, sepertinya aku tampil setelahmu, karena nomor urutku 9.”

“Ah bangapda Sung Min-shii, aku Byun Baek Hyun.”

“Hm, aku tahu. Banyak yang membicarakanmu.”

“Eh…?”

“Berjuanglah, jangan tegang.”

“Ne, gomawo. Aku memang akan berjuang, karena aku memiliki dua tanggungan.”

Koordinator acara muncul dari balik pintu, “Peserta nomor urut 8, Byun Baek Hyun. Bersiap-siap.”

 

 

Deg~

 

 

Baek Hyun berdiri membetulkan tuxedo hitam dan dasi kupu-kupunya. Ia merilekskan bahu juga lengannya, tak lupa ia mengatur nafas agar ia lebih tenang.

“Dua tanggungan? Maksudmu?”

Baek Hyun menoleh. “Mimpi-mimpiku dan kekasihku. Ah bukan… bukan tentang mimpi-mimpi lagi, tapi tentang masa depan kami. Annyeong Sungmin-shii.”

“Ah ne… semoga sukses.”

.

.

.

Kris merogoh sakunya saat dirasakan ponselnya bergetar. Matanya membelalak tiba-tiba saat tahu siapa yang menelpon,“Chan Yeol?”

Dan itu membuat ketiga rekannya ditambah Appa Baek Hyun langsung menoleh padanya.

“Cepat angkat!” bentak Su Ho tertahan.

“Ne.. Ne…sabar.” Kris sedikit membungkuk ke bawah kursi karena takut mengganggu penonton lain.

“Ya Park Chan Yeol! Kemana saja kau, Baek Hyun sudah mau tam__”

“Ah maaf ini dari pihak rumah sakit. Kami berusaha menghubungi keluarga korban bernama Park Chan Yeol tapi kebetulan nomor anda masuk beberapa kali, jadi mungkinkah anda kerabat Park Chan Yeol?”

Mata Kris membelalak, “Tunggu… Tunggu, apa maksudnya pihak rumah sakit, apa maksudnya korban?”

Ketiga rekan Kris berikut Appa Baek Hyun ikut tersentak mendengar itu. Lay langsung merengkuh lengan Kris karena terkejutnya ia.

“Mohon tenang. Saudara Park Chan Yeol mengalami kecelakaan lalu lintas dan saat ini sedang ditangani di unit gawat darurat Rumash sakit swasta Seoul, dan tanpa menutupi kondisi korban yang sebenarnya, saudara Park Chan Yeol berada dalam masa kritis.”

Kris tercengang, mulut bergerak-gerak tidak karuan, tapi tak terdengar suara sedikitpun darinya.

“Maaf… apa anda masih di sana? Harap segera ke rumah sakit segera.”

“Ah… Ne… Ne.. Ka… ka… Kamsahamnida.” Kris langsung memutuskan sambungan telepon dengan tangan bergetar. Ia menoleh pada rekan-rekannya dengan wajah memucat pasi.

“Aku tidak suka ini.” Keluh Su Ho saat membaca ekspresi Kris.

“Su Ho-ya, ikut denganku ke rumah sakit. Chagi-ah,  kau bersama Kyung Soo di sini, berikan semangat untuk Baek Hyun dan pastikan dia tidak tahu perihal ini.”

Lay mengangguk pasti, walau ia juga tidak mampu menyembunyikan kepanikannya.

“Ada apa sebenarnya Hyung?” tanya Kyung Soo dengan suara bergetar.

Kris memijit keningnya, “nanti kujelaskan. Su Ho-ya, kajja..”

Kris dan Su Ho buru-buru keluar dari barisan kursi. Appa Baek Hyun juga tampak kebingungan ditambah tidak ada informasi detail yang ditinggalkan Kris sebelum pergi.

Giliran Baek Hyun telah tiba, ia melangkah pasti di atas panggung yang akan menjadi pertaruhan terakhirnya itu. Ia menghadap ke puluhan penonton yang duduk berjejer di dalam gedung itu.

Jelas sekali kedua matanya hanya tertuju pada satu titik di mana Appa juga rekan-rekannya duduk di sana. Tapi…

 

Chan Yeol tidak ada!

 

 

Bahkan sampai detik inipun Chan Yeol tidak jua menunjukkan batang hidungnya. Dan itu membuat firasatnya semakin buruk.

Dan firasat itu terbukti nyata saat kedua matanya menangkap sosok Kris dan Su Ho yang keluar dari jejeran kursi dengan sangat terburu-buru. Sempat pula ia menangkap ekspresi cemas Kyung Soo dan Lay, juga ekspresi kebingungan appanya.

Ini bukan perkara biasa… Chan Yeol tidak datang di saat paling penting seperti ini pasti ada sesuatu, dan tindakan aneh Kris juga Su Ho jelas memperkuat fiirasat buruknya itu.

“Chan Yeol-ah…” Lirihnya sangat pelan. Tiba-tiba saja sekujur tubuhnya tegang dan gemetar. Ekstresmitasnya dingin dan berkeringat, bibirnya sudah kelihatan pucat dan degup jantungnya mulai tidak beraturan.

Tidak pernah ia merasakan hal seperti itu seumur hidupnya, dan ia bersumpah, ini adalah firasat terburuk yang pernah menghampirinya. Karena ini meyangkut alasan….

 

KENAPA CHAN YEOL TIDAK JUGA DATANG????

 

“Silakan…” Teguran MC itu membuyarkan pikiran Baek Hyun.

Kyung Soo dan Lay memberi semangat dari sana, sembari memegang kamera, tapi bagaimana Baek Hyun bisa semangat kalau yang ia tangkap justru rasa cemas berlebihan di sana.

“Peserta nomor urut 8, silakan mengambil tempat.” Ulang sang MC lagi.

“Ah… cwesonghamnida…” Baek Hyun pun membungkuk berkali-kali kemudian menghampiri bangku yang telah disediakan di depan grand piano berwarna putih elegan itu.

Masih dengan gemetar, Baek Hyun duduk di sana. Melemaskan jari-jarinya yang sebenarnya justru sudah sangat lemas dan tanpa tenaga. Keringat dinginnya sudah bercucuran. Dan keadaannya itu justru ditangkap sebagai ekspresi kegugupan.

Baek Hyun sudah di sana. Tapi jemarinya yang bersiap di atas tuts piano tak juga bergerak. Tidak ada yang bisa menyangka bahwa pikiran Baek Hyun sekarang sedang kacau. Buku nada di depannya mendadak sulit diterjemahkan otaknya. Semua kunci nada yang ia pelajari 2 hari terakhir mendadak hilang dari otaknya.

Karena kini, memorinya fokus pada satu nama yang terus memenuhi otaknya.

Chan Yeol… Chan Yeol… Chan Yeol… Chan Yeol…. Chan Yeol…

Dan itu terus berlangsung dalam kurun waktu 10 menit. Membuat para tim penilai dan juga penonton langsung menimbulkan kebisingan dengan berbisik-bisik tidak jelas.

Appa Baek Hyun melihatnya dengan sangat jelas, ia pun memejamkan matanya kemudian menunduk. Seketika setumpuk rasa sesal dan bersalah menhujamnya bertubi-tubi. Dan itu membuatnya tidak tega melihat penampilan anaknya sendiri.

Lay dan Kyung Soo serba salah, tapi tetap mengabadikan moment di depan mereka dengan kamera yang dititip Kris.

..

Baek Hyun-ah…

 

 

Deg~~

 

Baek Hyun tersentak saat ia seolah mendengar Chan Yeol memanggilnya, dan tanpa sengaja jari manisnya refleks menekan salah satu tuts piano, menimbulkan dentingan yang cukup menggema, memecah bising yang tercipta sesaat.

“Peserta nomor urut 8, apa kau tidak siap?” Tanya salah seorang tim penilai.

Baek Hyun menggeleng cepat dengan bibir bergetar. Air matanya mulai menggenang di pelupuk mata, tak sanggup ia tahan.

“Lalu kenapa konsentrasimu buyar? Terjadi sesuatu?” Tanya Orang itu lagi.

Baek Hyun tidak menjawab, ia hanya bisa bersikap bodoh dengan mengusap cepat air matanya sebelum jatuh.

“Peserta nomor 8, kau bisa didiskualifikasi jika tidak juga memulai permainanmu.”

Baek Hyun menelan ludahnya dengan susah payah, “Sa… Saya akan memulainya….” ucapnya dengan suara bergetar hebat.

“Silakan.”

Baek Hyun akhirnya memejamkan matanya, berusaha berkonsentrasi, tapi ia betul-betul tidak bisa lepas dari bayangan Chan Yeol yang entah kenapa seolah terlah terjadi sesuatu yang buruk padanya di benak Baek Hyun.

“Chan Yeol-ah…” Lirihnya pelan sekali, bahkan tidak tertangkap microphone di dekat pianonya.

Baek Hyun menarik nafas dalam-dalam. Dan menghembuskannya pelan, namun otaknya tak juga menciptakan tangga nada yang ia ingin mainkan.

Satu-satunya simphony yang singgah di otaknya adalah, melody Fur Elise yang sempat dibahas Chan Yeol.

Dan dengan mengambil pertaruhan terakhir, ia pun memainkan nada itu dengan mata terpejam. Sembari mengingat nama kekasihnya terus menerus.

#Song: Fur Elise ~ Beethoven.♭♬♪♩

Tim penilai langsung berbisik satu sama lain. Tentu saja karena Baek Hyun memainkan lagu yang sudah dikenal secara universal sementara ini adalah babak final dimana kesemua pesera wajin memainkan lagu yang digubah sendiri. Kalaupun ada yang memainkan lagu yang sudah ada sebelumnya, kebanyakan peserta akan memberikan improviasi luar biasa dengan menambahkan beberapa bar di tiap bait nada.

Tapi tidak dengan Baek Hyun.

Dari awal hingga pertengahan, ia hanya memainkan melody Fur Elise tanpa improve sedikitpun, temponya juga diperlambat, menambah kesan mellow pada melody itu.

Salah satu juri sudah bersiap mengiterupsi dan meminta Baek Hyun menghentikan permainannya, tapi juri utama yang tadi memberikan pertanyaan pada Baek Hyun itu mencegah.

“Tunggu, dengarkan sampai akhir.”

“Tapi sajang-nim…”

“Dengar, ini dari hatinya. Ia tidak memainkan piano untuk kompetisi ini, tapi untuk seseorang yang sepertinya betul-betul ia cintai. Lihat… matanya masih terpejam.”

Juri lain pun terdiam, kemudian membenarkan pendapat itu.

Seluruh ruangan mendadak lebih hening dari sebelum-sebelumnya. Melody ini sudah sering mampir di telinga orang-orang yang ada di aula itu. Melody yang tidak asing, begitu familiar dan kadang dianggap angin lalu saat mendengarnya karena terlampau seringnya mereka mendengar melody ini.

Tapi Baek Hyun memainkannya betul-betul berbeda, seolah ingin menyampaikan apa yang ia rasakan saat ini. Mengenai perasaannya pada kekasih yang betul-betul ia cintai tapi tidak bisa berada di sini karena suatu alasan.

Dan ketika Baek Hyun mengakhiri permainannya dengan tempo yang betul-betul lambat, hingga yang tersampaikan adalah perasaan yang menyayat,… gemuruh tepuk tangan pun menyambutnya.

Baek Hyun tertunduk, ia kini tak mampu lagi membendung air matanya.

 

Ia menangis…

 

Betul-betul menangis…

Cwesonghamnida…” Ucapnya pasrah karena ia tahu bahwa ia akan didiskualifikasi karena membawakan lagu yang sudah ada tanpa penggubahan.

“Berarti kau sudah tahu bahwa kau akan didiskulifikasi?” tanya juri utama saat itu.

Baek Hyun mengangguk, “Maaf telah membuang-buang waktu anda… Permisi.” Baek Hyun sudah berdiri dari tempatnya, dan bersiap untuk berlari ke backstage.

“Tunggu… Aku ingin bertanya sesuatu.”

Baek Hyun berbalik, mengusap cepat air matanya dan membungkuk satu kali.

“Kau jelas tahu sejarah  Fur Elise bukan?”

Baek Hyun mengangguk, tidak bisa menjawab karena tenggorokannya sakit.

“Karya ini sebenarnya berjudul Fur Therese, atau bila diterjemahkan artinya, Untuk Therese. Wanita yang begitu dicintai Beethoven, tapi justru kehilangan cintanya saat si wanita menikah dengan pria lain sebelum Beethoven menyatakan perasaannya. Bahkan Beethoven dengan jelas menyelipkan nama kekasihnya ini di melodi pembuka Fur Elise ini. Jadi jelas melody ini memiliki makna mendalam tentang cinta.” Pria itu membuka sebuah lembaran kertas dan membacanya singkat, “Byun Baek Hyun. Aku sudah mengikuti perkembanganmu sejak audisi babak pertama, dan yang menarik perhatianku adalah penghayatanmu di setiap lagu yang kau bawakan betul-betul di atas rata-rata, dan aku berani menjamin bahwa dari sekian banyak peserta, kaulah yang terbaik dari segi penghayatan. Ini menjadi nilai tambah untukmu selain tekhnikmu yang memukau.”

Baek Hyun terdiam, tanpa merespon.

“Aku cukup terkejut melihat kondisimu saat menghadapi piano tadi, cukup beda dari biasanya. Kau terlihat sangat tegang dan ketakutan, dan yang kutangkap adalah, kau bukan tegang karena kompetisi ini, tapi… ada sesuatu yang kau pikirkan. Dan setelah kau memainkan lagu Fur Elise, aku sudah bisa menarik kesimpulan bahwa… ada seseorang yang kau pikirkan, hingga kau dengan istimewanya mempersembahkan melody penuh makna ini untuknya.”

Baek Hyun menunduk, mengusap air matanya lagi.

 

Kau didiskualifikasi.”

Suasana mendadak heboh dengan seruan tak percaya.

“Itu karena kau menggunakan karya orang lain untuk mengungkapkan dalamnya perasaanmu itu.”

Cwesonghamnida…”

“Tapi… Jika kau bersedia, aku akan memberimu satu kesempatan untuk memainkan sebuah lagu yang tulus berasal dari hati dan pikiranmu sendiri. Dan kau bisa mempersembahkan lagu itu untuk orang yang kau maksud.”

Baek Hyun mengangkat wajahnya, menatap sang juri dengan sedikit tidak percaya. Pria itu mengangguk sebagai penegasan.

Baek Hyun kembali mengedarkan pandangannya, kemudian ia saksikan Appanya di sana mengangguk dan memberikan dukungan penuh. Juga dari Kyung Soo dan Lay yang tak berhenti merekan moment itu.

Namja mungil itu memejamkan matanya sejenak, memikirkan sosok Park Chan Yeol yang tersenyum padanya. Dan seketika jiwanya seolah dihinggapi kehangatan yang menjalar dan menenangkannya hingga ke ubun-ubun. Menuntunnya untuk kembali duduk berhadapan dengan piano. Dan akhirnya, mulai memainkan piano itu dengan penuh penghayatan.

 

#Song: Angel (In To Your World) ~ EXO.

 

Juri itu tersenyum mendengar lantunan nada indah dari permainan sederhana Baek Hyun. Tidak ada tekhnik rumit yang ia mainkan, tapi penyampaiannya justru lebih dalam dari apapun. Betapa orang yang sedang memainkan piano di atas panggung ini… betul-betul mencintai kekasihnya.

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

Baek Hyun berlarian di sepanjang koridor rumah sakit. Air matanya tidak berhenti mengalir, bahkan sesekali ia menabrak perawat yang membawa trolli  karena air matanya menghalangi pandangannya, tapi tak ia hiraukan. Ia terus berlari sampai kedua matanya menangkap  sosok Kris dan Su Ho yang berdiri di depan sebuah ruangan.

“Chan Yeol… Chan Yeol… Chan Yeol…. Chan Yeol….” Seru Baek Hyun histeris. Kris langsung menangkap namja mungil itu agar ia tidak menerobos masuk. Karena sampai sekarang Chan Yeol masih ditangani, dan kondisinya masih belum diketahui secara pasti.

“Byun Baek Hyun, tenangkan dirimu. Chan Yeol sedang ditangani, kau harus tenang dan jangan sampai menghambat jalannya operasi.” Tegur Kris berusaha menangkan Baek Hyun di pelukannya.

“Chan Yeol-ku Hyung…. Chan Yeol ku….” Raungnya kemudian luruh ke lantai.

Kris ikut luruh bersamanya dan memeluknya erat, meredamkan tangis Baek Hyun di dadanya. Miris melihat Baek Hyun yang menangis terisak seperti anak kecil yang kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Lay dan Kyung Soo baru tiba di tempat dengan nafas tersengal, baru kemudian di susul Appa Baek Hyun dan Ayah Chan Yeol.

“Semua akan baik-baik saja. Percayalah…” ucap Kris sembari membelai rambut Baek Hyun dengan lembut.

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

Baek Hyun menatap nanar tubuh Chan Yeol yang terbaring lemah di atas branker ruang perawatannya. Begitu banyak perban yang melilit di tubuhnya, berikut peralatan medis yang menempel di sana-sini menandakan bahwa kondisi Chan Yeol, tidak baik-baik saja.

Namja mungil itu mendekat. Di tangannya tengah tergenggam setangkai bunga matahari yang dihiasi bercak darah. Bunga yang didapatkan dari dokter yang beberapa menit yang lalu berhasil menangani Chan Yeol dan membawanya keluar dari masa kritisnya.

“Selama operasi, ia terus menggenggam bunga ini, jadi kupikir ini pasti sangat berarti.” Itu ucapan dokter sebelum memberi bunga itu pada Baek Hyun.

Baek Hyun semakin mendekat, dan akhirnya saat pinggangnya menyentuh sisi branker tempat Chan Yeol terbaring, tangisnya kembali pecah.

“Park Chan Yeol….” raungnya, dengan sangat ingin memeluk sosok yang dicintainya itu. Tapi ia tidak ingin mengambil resiko dengan memperparah keadaan.

Ia luruh ke lantai dan bersandar di pinggiran branker tanpa daya. Terisak seperti anak kecil yang sudah tidak tahu harus berbuat apa.

Kembali ia teringat ucapan dokter saat mengatakan.

“Secara keseluruhan kondisinya baik-baik saja. Kesemuanya trauma tumpul, dan tidak ada perdarahan di dalam, tidak terdapat pula trauma kapitis, hanya saja… berdasarkan hasil CT Scan, terdapat kerusakan parah pada saraf motorik di tangan kirinya, lebih mengkhusus pada jari manis, jari tengah dan jari telunjuk, dan kerusakan ini permanen. Pasien akan kesulitan menggerakkan jarinya. Tapi tenang saja, selama profesinya bukan di bidang yang menitik beratkan pada kerja jari tangan kiri, kurasa ini sama sekali bukan kendala.”

Seperti tersambar petir, semua orang yang berada di situ, baik Baek Hyun, 4 rekan band Chan Yeol, Appa Baek Hyun, terlebih ayah Chan Yeol tercengang bukan main.

“Tapi dia seorang gitaris, Dokter…” Pekik Baek Hyun mendarah daging. Dan itu membuat dokter lebih terkejut lagi.

“Kalau begitu… dengan sangat berat hati kukatakan, pasien harus berhenti dari profesinya itu.”

 

Keadaan Park Chan Yeol sukses membuatnya merasa hampir mati saat itu, mengingat bahwa kemarin, saat ia menemani Baek Hyun latihan, ia seolah memberi sebuah pesan tersirat, dan akhirnya Baek Hyun tahu. Inilah yang Chan Yeol maksud…

“Byun Baek Hyun”

“Wae? Jangan mengganggu konsentrasiku. Aku harus berlatih agar aku bisa menang besok.”

 

Greb~

 

Ck, Park Chan Yeol… jangan begini dulu, nanti saja kalau aku sudah selesai berlatih.” Keluh Baek Hyun saat ia merasakan Chan Yeol berdiri di belakangnya dan memeluk lehernya.

“Aku tidak akan mengganggu, hanya memberimu semangat.”

“Aku mana bisa berkonsentrasi kalau kau memelukku begini.”

Chan Yeol tertawa ringan, kemudian beralih dan duduk dengan satu lutut menyentuh lantai, menyejajarkan tinggi badan dengan Baek Hyun yang duduk di bangku depan piano.

Perlahan dan dengan sangat lembut, Chan Yeol menyentuh dagu Baek Hyun dan menuntun namja mungil itu untuk menatapnya.

“Baek Hyun-ah…”

“Hm…”

“… kau dengar? Maaf karena tidak bisa membantumu dan hanya bisa membiarkanmu berjuang sendiri. Tapi jangan jadikan itu kendala, berjuanglah tanpaku… karena Ini… Bukan tentangmu saja Byun Baek Hyun…, juga bukan hanya tentangku. Ini tentang kita, ini tentang sebuah kenyataan yang menanti kita di masa depan. Jika nantinya aku tidak bisa merealisasikan mimpiku, kuharap kau bisa mewakiliku. Setidaknya ada salah satu dari kita yang mewujudkan mimpi ini menjadi kenyataan, mimpimu, mimpiku, mimpi-mimpi kita. Byun Baek Hyun … jadilah musisi profesional, jadilah musisi yang sukses, dan di masa depan, jika kita bertemu dengan orang-orang seperti ayahmu, juga ayahku, kita akan mampu membantah teorinya mengenai tidak ada masa depan untuk seorang musisi. Kaulah buktinya Byun Baek Hyun … dan saat kita membahas mengenai cita-cita, kita tidak akan menganggapnya lagi sebagai mimpi semu, karena ini bukan tentang mimpi-mimpi belaka. Tapi tentang kenyataan, bahwa kaulah kenyataan itu.”

Baek Hyun tertegun dengan kalimat aneh Chan Yeol, “Bicara apa kau? Tentu saja kita berdua akan meraih mimpi kita. Bukan hanya aku, tapi juga kau. Jangan berbicara yang aneh-aneh.”

Chan Yeol kembali tertawa dan mengecup bibir Baek Hyun sekilas, “Tapi aku serius, berjuanglah… Byun Baek Hyun… kekasihku..”

“Arasso Park Chan Yeol… kekasihku.”

Baek Hyun mengusap air mata membanjir itu sebisanya, kemudian berdiri sekuat tenaga, menatap sosok tubuh Chan Yeol yang masih tak sadarkan diri itu.

“Kau akan baik-baik saja Park Chan Yeol… tidak akan ada yang berani memisahkan kita, dan memisahkan mimpi-mimpi kita. Kau yang mengajariku untuk terus berjuang, kau yang mengajariku untuk tidak menyerah. Kaulah sumber kekuatanku Park Chan Yeol. Saat aku bertemu dengan keputusasaanku, kau hadir dalam kehidupanku, berbentuk sebuah celah yang berhasil kau isi dengan kebahagiaan. Dan aku yakin… kebahagiaan itu akan terus bertahan,” Baek Hyun meraih tangan kiri Chan Yeol yang diperban, “Karena kita akan terus bersama.”

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

EPILOG

Baek Hyun POV

5 Tahun kemudian.

 

 

“Hei Pria sibuk… Aku pulang.” Seruku ceria sembari meletakkan tas di atas meja.

“Jangan mencelaku, kau justru lebih sibuk belakangan ini.” Sahut Chan Yeol sedikit bergeser ke tepi tempat tidur.

“Salahkan kenapa lagu yang kita buat sukses besar.” Aku sedikit melompat hingga bisa berbaring di sebelah suamiku tercinta ini.

“Itu karena 2 komposer jenius bersatu.” Chan Yeol melebarkan tangan kanannya ke atas kepalaku  dan menarikku lebih merapat.

“Nonton apa?” tanyaku sembari mengikuti arah pandangan Chan Yeol ke TV LED di depan kami.

“Rekaman pertunjukanmu 5 tahun yang lalu.”

Aku membulatkan mata saat mendengarnya,“Kau menontonnya lagi? Apa tidak bosan?”

“Sampai kapanpun tidak akan bosan. Part favoritku itu saat kau menyelesaikan lagu yang kau persembahkan untukku, dan kau bilang Fur Park Chan Yeol. Haahaha itu menggelikan, tapi betul-betul romantis. Ah, jangan lupa teriakan Ayahmu yang mengatakan, Itu anakku… Byun Baek Hyun itu anakku, Dengan sangat bangganya. Aku betul-betul berterima kasih pada Lay dan Kyung Soo yang sempat merekam itu.”

“Jangan lupakan bagian terpentingnya, saat pembacaan siapa juaranya. Dan aku ditempatkan di juara 4. Kau tidak akan menyangka seterkejut apa aku, dan yang terlintas di benakku adalah Appa akan menyeretku ke Jerman.”

“Hahaha Ayolah, aku lebih terkejut lagi saat sadar dari komaku dan hal pertama yang ingin kutahu adalah hasil kompetisi itu, aku ingin koma kembali saja saat tahu kau juara 4, dan kupikir kau sudah di Jerman saat itu.”

Aku mencubit hidung mancung suamiku dengan gemas, “Jangan membahas perihal itu lagi, melihatmu seperti mumi selama 2 bulan itu membuatku miris. Tapi, Presdir Kang itu betul-betul daebak. Dia bahkan sengaja menghampiriku di Bakcstage waktu itu dan menjelaskan semuanya. Bahwa sebenarnya aku ini juara satu, dan ia mengatakan, tapi percayalah, kau tidak akan suka jika kau masuk 3 besar karena yang menjadi 3 besar akan mendapatkan beasiswa ke Spanyol untuk memperdalam kemampuan bermusik. Dan ayolah, Jerman dan Spanyol sama-sama mengerikan, yang penting Appa sudah menerimaku secara utuh sebagai musisi kan? Betul-betul lebih hebat dari pada juara satu di kompetisi itu. Sampai sekarangpun, aku masih tidak menyangka, kukira kenapa Kang sajang-nim menempatkanku pada juara ke 4. Ternyata memang dia sudah punya rencana sendiri untukku.”

Ne… Ne… dan jangan lupakan semua vonis dokter sampai akhirnya Appamu dengan seenaknya memanfaatkan kesempatan itu untuk menjebakku, memaksaku kuliah di jurusan bisnis perkantoran dan menjadikanku penerusnya sekarang.”

Aku mencoba tersenyum, kalimat sarkastik ini sebenarnya mempunyai makna lebih, tapi aku tahu Chan Yeol sudah menerimanya jauh-jauh hari setelah ia mengetahui kenyataan bahwa ia tidak akan bisa memainkan gitarnya lagi.

“Tapi beruntunglah presdir Park, perusahaan yang kau kelola betul-betul sukses.”

Chan Yeol tertawa puas, “Tidak buruk ternyata, ini asyik. Bersikap seperti bos itu lumayan juga, kupikir awalnya akan membosankan, tapi saat dijalani ternyata tidak juga. Hanya saja, menjadi menantu kesayangan itu ternyata mimpi buruk.”

Aku juga tak mampu menahan tawaku, mengingat bagaimana saat Chan Yeol melamarku setahun yang lalu dan harus diberi nasehat sampai 5 jam oleh Appa, dan saat kami menikah, Appa dan Ayah Chan Yeol harus berdebat dulu untuk menentukan di mana kami tinggal. Dan lihatlah, berkat hasil jerih payahku dan Chan Yeol, kami bisa membeli rumah mewah sendiri untuk ditinggali.

“Appa memang begitu kalau ia menyayangi sesuatu. Apa kau percaya? Sepertinya Appa justru lebih menyayangimu dibandingkan aku sendiri, anak kandungnya.”

Chan Yeol menatapku tidak percaya, “Itu karena aku menyetujui menjadi pewarisnya.”

“Tapi kalau tidak begitu, kau tidak akan diberi ijin menikahiku kan?”

“Arasso… Arasso, Mertuaku memang hebat. Katakan itu padanya.”

Aku kembali mencubit hidung Chan Yeol dengan gemas.

“Chan Yeol… Ayo kita buat sekarang.”

Chan Yeol membelalak dan menatapku heran, “Ini masih jam 5 sore dan kau sudah mau…”

“Ck, apalagi di pikiranmu? Maksudku, ayo kita buat lagu lagi, aku sudah memikirkan liriknya sejak lama, tapi aku membutuhkanmu untuk menggubah nadanya.”

“Kau menghinaku? Aku tidak bisa menciptakan nada tanpa gitar, seperti yang biasa sajalah, kau yang membuat nadanya dengan pianomu, kita tulis liriknya bersama, dan aku akan meng- arrangement nya.”

“Hei… aku sudah pandai kunci-kunci nada gitar.” Aku mengulurkan tangan kiriku di hadapannya, “Ini… kupinjamkan tangan kiriku, kau tinggal bilang saja ini di C, di G, di D, E, A atau apa saja, aku sudah bisa.”

Chan Yeol terdiam, menatapku penuh makna.

“Ayolah Chan Yeol…”

“Baiklah, tapi dengan satu syarat.”

“Apa?”

Chan Yeol tersenyum penuh makna, dan itu menyeramkan, “Berhubung kau sangat seksi hari ini, kita mulai saja program ChanBaek Junior.”

Mataku membelalak sempurna… “Ya! Jangan berpikiran mesum sore-sore begini.”

“Kalau kau tidak mau, aku juga tidak mau menyentuh gitar lagi.”

Aku berdecak kesal, “Dasar licik.”

“Harus adil kan?”

Kuhembuskan nafasku cukup panjang, “Arasso… Lakukan sesukamu.”

“Dasar munafik. Bukankah setiap bermain justru desahanmulah yang kedengaran paling keras.”

 

Blush…

 

“Ya!!! Kau mau tidur di luar malam ini?” ancamku.

Tapi Chan Yeol sudah lebih cepat menindihku dan mengunci pergerakanku, “Aku ingin anak laki-laki yang tampan sepertiku, agar nantinya bisa melanjutkan mimpiku menjadi gitaris terhebat sedunia.”

“Hei, jangan mengulang kesalahan yang sama. Bukankah kita sepakat, jika nanti kita punya anak, biarkan mereka untuk memilih jalan mereka sendiri.”

Chan Yeol terkekeh geli, “Mereka? Jadi kau akan memberiku banyak anak?”

Kulayangkan sebuah jitakan di kepalanya, “Hanya misalnya. Jangan bermimpi!”

Aniyo, aku tidak akan bermimpi, karena ini bukan tentang mimpi, Byun Baek Hyun. Ini tentang kenyataan.”

Tidak bisa kusembunyikan, setiap aku mendengar kalimat itu, akupun tersenyum. Dengan lembut kulingkarkan lenganku di lehernya dan menatapnya penuh cinta.

“Kau sudah melewati banyak hal Chan Yeol-ah… dan aku bangga padamu karena keterbatasanmu ini tidak membuatmu terpuruk, kau justru bangkit lebih cepat dari yang kuduga, dan siapa yang bisa menyangka, kau bahkan membantu banyak orang mewujudkan mimpinya, walaupun kau harus kehilangan mimpimu.”

Chan Yeol tersenyum, kemudian mengecup bibirku lembut, “Jangan membuatku bosan mengatakan ini. Sudah kubilang, kita itu satu paket. Saat kau meraih mimpimu, akupun akan merasakannya. Karena saat itu, kau juga berjuang atas namaku, jadi lupakanlah.”

“Serius?”

“Oke, tidak bisa kupungkiri, aku begitu terluka saat menerima kenyataan bahwa aku sudah tidak mampu bermain gitar lagi. Tapi… seperti yang kau bilang,” Chan Yeol meraih tangan kiriku, dan mengecup setiap inchi jemariku dengan seduktifnya, “Ini juga tanganku kan? Terima kasih sudah berusaha untukku. Ini sudah lebih dari cukup.”

“Ini baru Chan Yeol-ku…”

“Dan kau Baek Hyun-ku.”

Dan satu lagi hari dimana kami melewatkan sesuatu yang begitu indah sepanjang kehidupan kami. Mempersatukan cinta kami, jiwa dan raga.

Aku cukup jengkel saat Chan Yeol tertawa karena mendengar desahanku yang kuakui memang cukup keras. Jangan salahkan pita suaraku, salahkan sentuhannya yang begitu memabukkan.

“Kuharap anak kita kembar….”

“Jangan banyak bicara, cepat selesaikan ini dan kita buat lagu.”

“Ya Tuhan… Sebenarnya sejauh apa staminamu Byun Baek Hyun.”

“Kenapa kau tanyakan? Cari tahu saja sendiri,”

“Baiklah, aku tidak akan berhenti sampai kau yang meminta berhenti.”

“Ya!! Maksudku bukan_- Eummppphhh~”

Dan ciuman Chan Yeol betul-betul tidak pernah membuatku bosan sedikitpun, kupikir semakin hari, aku justru semakin menginginkannya.

Sudahlah, tidak akan pernah habis jika aku berani membahas apa-apa saja yang kusukai dari suamiku ini, karena semua yang ada padanya, aku suka.

Mengenai lirik lagu yang sudah kupikirkan jauh-jauh hari, aku serius sudah menulisnya beberapa bait, tinggal memberikannya pada Chan Yeol dan mengubahnya sedikit.

Tapi tunggu setelah dia betul-betul menyelesaikan tugasnya ini.

♬♭♩♪♭♬

♬ ♬♪♩♭

Tittle: Bukan Tentang Mimpi-Mimpi

Song writer: Byun Baek Hyun/ Park Chan Yeol

Composed by: Park Chan Yeol ft Byun Baek Hyun.

Arrangement by: Park Chan Yeol.

Vocal  and performed by: EXO band. (Kris, Lay, D.O, and New member Kai)

Produced by  KJH Ent (Kang Jong Hun Ent.)

Sponsor by: B Elecktronik, PJS Group.

Lyrics

 

Mereka bilang mimpi itu semu…

Mereka bilang mimpi itu  menipu…

Saatku membisu…

Suaramu datang dari kalbu…

Memutus rantai yang selalu membelenggu…

Kau hadir saat asaku menipis

Kau ada saat harapanku terkikis

Bilaku menangis…

Tanganmu bersedia untuk menepis

Kau kebahagianku yang takkan pernah habis…

 

Reff:

Ini bukan tentangmu…Bukan pula tentangku…

Ini tentang kita…Tentang kita berdua.

Ini bukan mimpiku…Juga bukan mimpimu.

Ini mimpi kita…Mimpi kita berdua.

Acuhkan segala rintangan…

Langkahi segala ujian…

Karena kesuksesan menanti di depan…

Penuh dengan kebahagiaan…

Bersamamu meniti masa depan…

Dengan cinta yang takkan lekang oleh zaman.

 

Kau selalu ada untuk melengkapi…

Hatiku tersedia untuk kau isi…

Selamanya……..

Kita selalu bersama…

Back to Reff… 2 x

 

Dengarkan baby , sayang…

Tak ada lagi tangis…

Tak ada lagi sedih…

Karena ini… adalah tentang kenyataan…

Bukan tentang mimpi-mmpi.

~***~

“Kenapa ada logo bunga Matahari?” tanya presdir Kang saat aku dan Chan Yeol menyerahkan lagu kami.

Chan Yeol menatapku, dan akupun balas menatapnya dengan lembut.

“Itu logo khusus dalam setiap lagu kami Sajang-nim…” Chan Yeol yang menjawab.

“Lalu… bercak darahnya?”

“Itu artinya semua ini kami dapatkan dengan penuh perjuangan, tak hanya meneteskan keringat dan air mata, tapi juga darah.”

“Hm begitu. Ini keren… pesan tersirat ternyata. Akan kusisipkan di sampul album EXO Band. Dan tentu saja kalian akan mendapatkan royalti dari ini juga”

Chan Yeol terawa puas, “Ternyata aku punya bakat menggambar juga.”

See… selalu ada hasil dari setiap kerja keras. Jadi siapapun… jangan remehkan mimpi seseorang.

“Jangan bangga dulu, ayo kita kembali, bukankah kau bilang ada rapat penting siang ini?” Tegurku.

“Arasso… Tapi sebelum itu kita harus ke dokter kandungan dulu, aku ingin tahu sejauh mana perkembangan ChanBaek junior kita?”

Aku langsung mencubit lengannya karena mengatakan hal bodoh dengan terang-terangan di depan Presdir Kang. Dan lihatlah, berliau tertawa sangat keras.

Aku juga akan mengatakan hal yang sama untuk ini. Sebenarnya memalukan, tapi memang kerja kerasku dan Chan Yeol Yeol tiap malam sepertinya akan membuahkan hasil. Walau aku tetap tidak akan pernah setuju menamainya ChanBaek junior.

END ~

 

 

ALF special note.

Krik…krik…krik…

Gaje banget ye?

Ah entahlah, ALF mikir apa saat ngetik ini. Mikirin ijasah yang belum diambil kali. Kwkwkwk

 

Ah, pengalaman di FF yang membahas last chapter. Selalu ada komen mengenai karakter lain. Jadi sebelum ada yang nanya.

“Kok SuDo ama Kray gak dijelasin?”

Jawaban ALF di sini. “Vocal  and performed by: EXO band. (Kris, Lay, D.O, and New member Kai)”

Jadi intinya EXO band di sini juga sukses dengan panambahan member baru.

“Gimana kabar orang tua Baek Hyun dan orang tua Chan Yeol?”

ALF: mereka baik-baik saja.

“Lalu Se Hun?”

ALF: Se Hun juga baik-baik saja.

“Presdir Lee dan presdir Jung?”

ALF: lagi asyik chattingan di FB wkwkwkwkwk.

Jadi intinya, ini FF chanbaek, fokus ke chanbaek guys, porsi cuman 2 kali pertemuan, dan ALF malas nyelipin side story other cast, karena yakin saja itu sama sekali tidak mempengaruhi cerita, cuman menuh-menuhin aja.

Btw, pengetahuan ALF tentang musik bener-bener minim dan terbatas, jadi mian kalo ada istilah musikal yang salah dalam FF ini. Namanya juga usaha, *plak.

 

Okeh…

Throw me your love below juseyo…

 

 

 

 

 

 

 

259 respons untuk ‘[Yaoi] Not About Dreams \\ ChanBaek // | Chapter 2 – End + Epilog

  1. Astojim ckck. Aku komen yah min. Suka banget bagian acara teleponan appanya baek sm appanya chanyeol. Gatau kenapa, berasa deg-deg an sendiri baca. Apalagi ternyata appanya yeol kagak marah, lega banget deh. Haha. Ohiya, aku tadi sempet baca lee sung min bukan? Kenapa ming bisa nyasar disini lol. Dan beraninya baek manggil sung min-ssi kekeke~ yg bikin terharu itu yeol bawa matahari waktu operasi, agak aneh sih, tp boleh jg haha. Itu epilognya kenapa ada suami min, agak errrr …. trus juga chanbaek junior? Apa itu min? Kagak gaje kok tapi lucu ngocok perut (?) XD eh min, sekali kali bikin ff pendek yang sad ending dong. Yg tired heart itu kan agak sad ending, tapi jadinya happy ending. Kasih yg sad ending yg ngenes(?) banget gitu min. Eh tapi jan ngenes2(?) banget ding, agak ngenes sedikit gitulah. Ya? Biar selingan gitu *plak*itu tadi cuman saran sih, kagak bikin jg gpp kok, aku tetep jadi pembaca ff mimin apapun endingnya 😉

  2. masih dengan ending yg aku suka
    so sweet
    yah meskipun mimpi chanyeol gk teruju
    tp masih da org yg tercinta yg bsa
    melanjutkan mimpi2 mereka,,,,
    keep writing,,,,,buat ff yg lebih bagus lagi and tetap
    semangka,,,,,”semangat kakak{

  3. err.. di kira bakalan sad ending thor, tapi untung nya ngga.. acara telepon teleponan (?) nya juga keren tuh.. dan yah ada lawaknya sedikitlah lumayan buat otot muka (?) ketarik sebentar.. lagu bkinannya juga, hmmm daebak.. author alf emg bisa yang namanya bkin ngakak, bikin nangis, bikin galau.. btw, H2s lanjutin dong thor, penasaran banget sama chap 6 nya tuh.. poling (?) H2S juga paling tinggi tuh thor 😀 intinya, semangaatttt! apapun ff yang di bikin blog ini pasti saya ngepens! terlebih yang yaoi, kayaknya feelnya lebih dapet.. dan anehnya saya gak jiji bacanya.. lanjuutt thorr!

  4. WAW AMAZING,,!!
    O.O
    cerita yg menginspirasi !!
    #thumb4ALF

    HAPPYY ENDING..!? Suka suka suka >,<

    d.scene awal bkin tegang #gigitjari
    aku pikr appa Baek mw nyeret dia,fiuuuh trnyata enggak 😉

    d.scene k.dua tambbaah tegang ! #pelukguling
    untung Chanyeol bsa ngomong.. :-O

    d.scene k.tiga
    hahmmmmpphh *nahantawa
    hahahaha
    #k.tawabrgSehun
    lucu! Obrolan para Aboji !!
    Appa.y Baekhyun ngece nemen (?) sampe' bkin Chanyeol mati gaya,,wkwk

    Nah ini nih!
    Huaaaaa
    Chanyeol k.celakaan!! Asjgmafkhlf..
    Aku pikir bkal brahkir disini!! #lemes ;-(

    tp ternyata…
    CHANYEOL SELAMAT PEMIRSAA #zoom
    yippiee #girang

    Weii ChanBaek Junior??
    Ditunggu ya!!
    #plakk

    pokok.y DAEBBAKK JJANG KYEOPTA!!

    Ehem..ehem saya juga suka ntu yg itu tu..*nunjukSUDOmoment
    #moduz -__-

    makasih jg nih buat Ilam eoni yg udah kasih Pw.na

  5. akhirnya stelah perjuangan panjang dpt jgg pw chapt nii ,,
    ahh tentang mimpi dan kenyataan , aku c ngebayanginnya mimpi itu adlh baekhyun dan chanyeol adlh kenyataannya , mksudnya gni kn baekhyun tu yg berhsil mewujudkan mimpinya sedangkan chanyeol ga bisa dan hruz ngadepin kenyataan ,yg sbnernya ga terlalu sulit untuk dijalanin, dan intinya mereka tetep bsa ngejalanin keduanya bareng2 , ahh itu so sweet , oke aku ngomong apa ini sbnernya ,
    tp itulah yg bsa aku tangkep , bhwa masa depan itu hruz diperjuangkan , msalah berhasil atau engga nya pzti itulah yg terbaik, oke aku mulai ngaco lg ini ,, hehehe ..
    terharu dh wkt chanyeol mati2an belain baekhyun di dpn appa nya baekhyun , yaa wlopun dy ternyta cuma belaga sok tau sma omongannya tentang musisi2 itu , khas park chanyeol bnet ,,
    dan aku ngakak wkt chanyeol bli bunga smpe maksa2 penjualnya gtu , lucuu ,
    smpe situ bner2 ga nyangka chanyeol bkal kecelakaan, dan banjir air mata wkt bca baekhyun nangis smbil maen piano paz lomba krn dy bner2 ga ngeliat semangatnya , park chanyeol , huhuhu ..
    tp msa dpn emank ga da yg tau ya , akhrnya mreka jd pasangan pengusaha dan musisi yg bhagia , dan smuanya memang tentang mimpi dan kenyataan yg hruz bsa berjalan beriringan , tentang byun baekhyun dan park chanyeol ,,
    jiaahh aku ngmong apalagi ini , hehehe ..
    pko’y daebak lah , seruu .. 🙂

  6. Yaallah…

    Ini ff daebak banget T.T
    perasaan saya tuh bener2 dibuat ga karuan. Seneng, iya seneng. Saya merinding denger penjelasan Chanyeol tentang mozart sama beethoven. Jadi bisa meluluhkan hati appanya baekhyun gitu kan. Beh gakebayang dah kalo baekhyun beneran lanjutin studinya ke jerman-_- chanyeol daebak lah~
    Trus ternyata bapaknya chanyeol itu temen lama bapaknya baekhyun-_- ngeeenngg /?
    Untung bapaknye chanyeol kaga marah2 ya wkwwkwk.

    Sedih, iya sedih. Saya udah punya perasaan gaenak pas chanyeol ga dateng2 ke kontes pianonya baekhyun tadi. Ternyata dia beli bunga dulu. Eh tapi kecelakaan juga kan ujung2nya-_- saya mau nangis, tapi ini lagi disekolah-_- yah intinya itu nyesek banget huhu T.T .

    Tapi saya sangat sangat bersyukur chanyeol ga mati wkwkwk. Dan akhirnya hidup bahagia sama baekhyun :3 ya walaupun gabisa main gitar lagi, tapi seengganya chanyeol punya baekhyun kan?
    thor mau nanya, proses pembuatan chanbaek juniornya kok gadikasih tau? /ABAIKAN/

    Nice ff^^ keep writing thor’-‘)b

  7. ALF ane kagum bener sm ALF, sumpah deh,,,
    FF ini buat ane sadar,,, klo kata Arya Wiguna,, DEMI TUHANNNNNNNNNN !!!!!!
    Ni FF walaupun happy ending tetep aja bikin ane nangis,,,,
    Walo pun rada tegang waktu baca awalnya waktu Chanyeol ama Appanya Baekhyun di backstage, takutnya Chanyeol nya digampar ato yg lainnya lah ternyata enggak,,
    dan juga setelah perjuangan panjang mendapatkan PW ini,,,
    Gara gara harus sedikit berdebat ame Nilam-sshi,,, hehehe Peace ._.V
    Oh iya ,, ane mau tanya dong kira kira CAPSLOCK nya ALF jebol nggak tuh,, waktu bikin kata BRUAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK waktu Chanyeol kecelakaan ,,, hehehehe
    ane gak tahu lah mau ngomong apa lagi,,,,

    pokoknya bunga matahri JJANG !!

    Eh salah ! ALF JJJJJJJAAAAAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! * Capslock ane jebol# lupakan ._.V Peace

  8. YAAAAAAAAA BISA MIN BISA! MAAF AKU MAU KOMENTAR PAKE CAPSLOCK AJA SOALNYA FF INI TERLALU BAGUS UNTUK DIKOMEN DENGAN TULISAN KECIL(?)
    1. ASTAGA MIN! WAKTU BAEKHYUN DIMINTA KE JERMAN ITU KUKIRA CERITANYA BAKAL KE JERMAN TEMENAN AHH TERNYATA FFNYA GAK BISA DI TEBAK
    2. WAKTU BAGAIAN AYAHNYA BAEKHYUN NELPON ITU AKU BAYANGIN GIMANA MUKA CREEPY/KIKUKNYA CHANYEOL HAHA WAKWARD MUNGKIN
    3. DAN YAA WAKTU BAEKHYUN MAIN ITU KUKIRA LANGSUNG MENANG AJA, GAK ADA HAMBATAN EH TERNYATA HAMBATANNYA BANYAK. JADI TEGANG AKU BACANYA. BIKIN KESEL AJA MIN XD
    YA POKOKNYA FANFICTION INI PATUT DIJADIKAN STANDART INTERNATIONAL DEH(?) SUKSES TERUS MIN! DAEBAK! 🙂

  9. wah pas awal2 cerita bikin deg2an

    apalagi pas chanyeol debat ama appa baekhyun terus pas appa baekhyun hubungin appa chanyeol bikin deg2an gila

    ya ampun baekki aku kira kamu didiskualifikasi bneran eh teryata pas turun kebawah dikasih kesempatan lagi

    huhuhu..
    kasihan chanyeol kenapa harus ada kecelakaan
    mimpi chanyeol pupus tapi mimpi baekhyun terwujud dan itu udah ngwakili mimpi2 mereka

    hahaha
    chanbaek junior
    WTH..!!

    EXO TEASER NEW ALBUM “XOXO” KISS & HUG

  10. dilihat dari percakapan presdir byun dan presdir park berarti presdir byun tau banyak soal musik yaa ..
    hahaha chanyeol kau kalah sama mertua sendiri ..
    aku udah deg”an kalo chanyeol bakalan meninggal , karna tiba” end aja
    tapi ternyata ada epilognya .. mana baekyeol udah menikah lagi ..
    aisshh jinja seneng banget akhirnya happy juga ..
    kkeke

  11. pertamatama makasih buat kak ilang eh ilam yang udah ngasih pw xD kak alfffff gue greget bat deh. eh alf mau masuk sastra? aku dukung ya, talent alf bagus /udah berasa juri aje/ oke. ffnya bikin ai greget astoge parah aduh. eh trakhirnya so sweet banget, semanis muka gue /apasih/ aga stress juga pas scene chanyeol tabrakan, langsung goyang goyangin layar laptop(???????) beruntuk kaga rusak wkwk XD oke udahan ya terimakasih/? daebaaaaaakkkkkkkkk

  12. whuuutt chanbaek junior kyahahaha #asli ngakak thorr
    ini lucu, manis, sad gabung at the same time dan ini AWESOMMEE banget
    aaaaa makin suka chanbaek thoorr muahaha 😀
    waktu baekhyun gugup gag ada chanyeol itu bikin deg deg an min
    dan ada feeling buruk eits… chanyeol ketabrak TT..TT
    kukira chanyeol nya mati #biasa ff
    ternyata sama author-nim alf dibikin hidup muehehhe #chanyeol long life amin 😀
    ini bner bner DAEBAK ! thorr… TT^^TT
    authorr memang jjang !! ^^

  13. Chanyeol hebaaaatttt~
    Dia bisa ngerubah pola pikir appa nya baekhyun and appa nya sendiri .
    Terharu pas d.bagian chanyeol tlpnan dgn appa nya .
    (^̩⌣ƪ)
    Walaupun chanyeol gak bsa ngelanjutin mimpinya, tpi dia gak terpuruk gr2 itu .
    Malah dia bsa sukses jdi pengusaha and composer dgn kekurangan nya .
    Huaaaaaa~
    Bangga liat chanyeol .
    Daebaaakkkkk~
    ((y) •̃͡ з •̃͡)(y)
    CHANBAEK IS THE BEST!!!

    Suka x denger kta2 chanyeol ini ,
    “Jangan membuatku bosan mengatakan ini. Sudah kubilang, kita itu satu paket. Saat kau meraih mimpimu, akupun akan merasakannya. Karena saat itu, kau juga berjuang atas namaku, jadi lupakanlah.”
    Romantis euy~
    ♥(>̯┌┐<)•°

  14. ngakak waktu chanyeol lemes habis ngebela baekhyun di depan appanya trus waktu chanyeol bilang “kalau di tempat sepi boleh abonim?” kekekeke..

    horee..!! /sorak.sorak/
    akhirnya program Chanbaek junior berhasil.. habis itu jangan.jangan Chanyeol bikin lagi beberapa program baru ‘program ChanHyun Junior dkk’ XD

  15. disini baekhyun jadi perempuan atau apa(?) kenapa dia bisa hamil(?) bukannya pas tampil dia pake tuxedo kupu kupu(?) kenapa di ending bisa jadi punya chanbaek kecil(?) oke abaikan-__- gue seneng sama FF ini ceritanya nyentuh(?) gue kira chanyeol bakalan putus asa gara gara jarinya semacem lumpuh(?) oke lagi lagi gue mabok ffmu eonn :333

  16. Ngakak pas baca bagian ini “Berhubung
    kau sangat seksi hari ini, kita mulai
    saja program ChanBaek Junior.” hahaha 😀 ade ade aja nih chanyeol. Uwaaah mantaaap ini ff eon. Oiya aku juga suka banget lirik lagunya. Kata katanya puitis nyentuh keren daebak lah pokoknya. Mantaap perjuangan chanbaaek bro. Widiih mantep nih chanyeol disini. Berwibawa, humoris kereen abiss lahh pokoknya. Hahaha ade ade aja nih ayahnya baek. Tadi gak setuju sama mimpi baek, eh pas baek tampil ayahnya malah bilang “itu baekhyun, baekhyun anakku” wkwk

  17. AAAAAHHHHHH KEREEEENNN BANGEEEETTTT…
    KEREN GILAA….
    DIAWAL TEGANG
    DITENGAH NANGIS
    TRUS ADA YANG BIKIN NGAKAKNYA JUGAAAAAAA
    ADA YANG BIKIN MENGHARUKAN JUGAAAA……
    ANTI MAINSTREEAAAMMMM!!!!!!
    KEREN BANGET ALF

    SUKA BANGET PAS BAEKHYUN NGOMONG GINI : “…kau bahkan membantu banyak orang mewujudkan mimpinya, walaupun kau harus kehilangan mimpimu.”
    DEMI APAPUN INI HARUS ADA SEQUELNYA!!!
    KALO BISA SEQUELNYA NANTI TENTANG ANAKNYA CHANBAEEEKKKK!!!!

  18. baca awalnya… lngsung tegang. appa baekhyun bner2 ngebet bnget pngen jadiin baekhyun penerusnya. tapi, chanyeol dpat mrubahny. walaupun sya gk tau sejarah musisi terkenal itu, tapi karena chanyeol sya jadi penasaran *lol
    sempet iktan tegang juga wktu chanyeol gk dteng2, prasaan udh main gk enak aja. dri awal chanyeol memohon d florist itu, aku udh ngira bkalan trjadi ssuatu pda chanyeol. dan.. see?? itu bner terjadi 😦

    mata lngsung berbinar saat tau chanyeol selamat. baekhyun so sweet bnget, tnganny dia adlh tngan chanyeol jugaa~ u,u

    chanbaek junior, aku menunggumu~~~

  19. eww manis weh, gula aren kalah nih wkwkwk
    gua kira si chanyeol bakal wassalam /? tp bgauslah kalau ga jadi /?
    kan jadinya bisa bersatu hahaha

    predir byun emg kaya ember monopoli /? *abaikan*
    tantangannya weowe dah
    jurinya tau aja orang lg galau weh smpe dikasih kesempatan kedua buat byunbaek
    bagus dah kalau juara 4, jd kan ga perlu ke spanyol -3-

    eaakk chanbaek junior wahahahaha
    kalau kembar namanya ‘Park Chanbaek sama Park Baekyeol’ nyahahha

    intinya ff ini nyeritain mimpi yg ga dapet restu dah
    feelnya dapet bgt ke gua
    pastinya banyak nih anak2 yg kaya gini
    teope dah ALF alapyu dah wkwkwkwk

    oh iya maap ya ALF, ane baru bs komen

  20. ehm koment ah,,, aku suka bgt tu waktu chanyeol nentang appa baekhyun,, haseeeekkkk keren bgt kata2nya,,, ah sial aku terpesona!!

    Aigoooo baek dapet kesempatan buat jadi musisi selamat chanyeol gara2 dikau baek jd ga jd ke jerman,, hahahahahaha

    Dari awal beli bunga udah ada feeling chanyeol bakalan kecelakaan,, dan ternyata iya!!
    Kontak batin baekyeol ga diragukan lah pkknya,,, aku miris sendiri waktu denger chanyeol ga bisa maen gitar lagi huaaaaaa *nglap ingus*
    Daebak authornim,,, kadang bener loh cerita yg diambil dari kisah real tu lebih menyentuh hati,,haseeeekk,,, ngomong apa lagi,, mulai gaje,,,wkwkwkwkwk good job

  21. kyaaaa!!! suka endingnya,,,suka banget pas chanyeol belain si bebek,,,mansae!!! nikah 5th kok bru punya baby,,,hruse kn pas udh sthun gtu,,,biar ada lucunya,,,tp gpp,,,ini udh bgus,,,sequel boleh,,,theheee,,,si minnie nyempil,,,teukie jg,,,appanya baek ga diksh nmanya spa,,,ska sma ni epep,,,critanya pas

  22. Hahahahahahhahaha ini nggk ngekrik bgt kok alf !!
    Kya nya Ini crta reted ny yg pallling aman ini yah . Hahahhaha simple sihh tp konflik nya dpatt ,,,, itu alf wktu aku baca bagian baek yg nunggu2 chanyeol … Trus jgn kn appa nya baekkhyun ,, aku jga trkejut alfff . Hahahah luar biasna bgt yah .. Ilmu2 author tuh emng di seni bgt yah .. Hahahah
    truss aku ngos2an baca baekhyun yg nunggu2 chanyeol kembali .. Arghhhhhh gueee merinding thorr !!! ” BRUUUUUUAAAAAKKKKKKK ”

    LUAR BIASA GAK DI DUGA BGT …
    Truss thor ini alur kayaa kecepetan gtu yak . Kkkk tapi thor .. Aku blg ini simple . Smuanya dpat singkat padat dan memuaskann ! Wkwwk

    truss thor itu lgi lgu nya pengenn bgt denger aku pikir ada tombol DOWNLOAD di bawah … Hahahahhaahh
    itu lagu lengkap bgt rinciannya ..
    Daebak !!!

    Dan akhirnya happy ending yyyyy chanbaek junior !!! Hahahah

  23. itu awalnya tegang bangeeeeeeeeeeeeeed -_-
    mana si chanyeol pake acara ngelawan bapaknya baek segala lagi.
    tapi sih keren, kalo ada cowok yang berani bela ak di depan bapak ak kyk yeol begitu, pasti ak bakal seneng banget. hahahah
    pas kecelakaan, ak sampe nangis loh.. beneran.
    mana yeol lagi sekarat gitu masih ngeributin itu bunga matahari. huhuhuh
    eh tunggu pas bapaknya baek nelf bapaknya yeol, haha sumpah itu konyol banget.
    coba ada di depan nyata kejadian begitu, pasti ak tambah gag ngakak ngeliatnya.
    pas di vonis gag bisa maen gitar juga itu sedihnya ya ampun.. TT_TT
    walaupun akhirnya happy ending. yeay /girang/
    waks 😀

  24. buat author, thanks udah ngasih kepercayaan buat ak.. buat baca ff karyamu /bow/
    terus berkarya thor. sukses ya ^^
    sorry, itu ak komennya ada typo, waks

  25. Awalnya ngira ceritanya bakal so sweet bgt, eh si chanyeol malah ketabrak aku pikir dia bakal mati trus baekhyun brjuang sndirian. Ternyata salah..
    Udah hampirnangis waktusi chanyeol ketabrak aku..

  26. aku suka banget ff ini. bercerita tentang mimpi….

    sempet deg deg an sendiri pas yeol kecelakan dan jari kirinya….. yang ngebangkitkan mimpi malah dia yang mimpinya menjadi seperti itu. untung yeol strong….

  27. Kak ALF..

    Aku bingung, kok komen aku di chapter ini ndak ke post?? ;__;
    .
    .
    Syudahlah.. Abaikan..
    Jadi, di part awal, aku agak ikut sport jantung juga..
    Bapaknya Baekhyun tegas tapi jadi terkesan menyeramkan XD /ngek/

    kehidupan rumah tangga ChanBaek adem ayem aja yah, kak 😀

    aku ngeri bayangin kecelakaannya Chanyeol..
    Huh..
    Semoga bahagia deh dengan ChanBaek junior kalian 😀 😀

  28. Kkk~ aku kira masih di PW seperti dulu ternyata nggak 😀

    Gak ada kata selain KEREN buat epep ini!! >///_’p

    Dan…
    Manisnya ChanBaek gak ketulungan *gigitbantal*
    Aah.. suka banget sama epilognya, meskipun singkat tapi manisnya meluber kemana-mana(?) 😀

    Nice epep deng pokoknya ^^

  29. Kampret!!! Diawal bapaknya baekhyun bikin gregetan banget. Dikira bakal diseret kejerman beneran.

    Trus pas chanyeol kecelakaan itu serius deh sedih banget;; apalagi bunga mataharinya.

    Waktu orang tua ngobrol(?) Trus chanyeol nangis itu haru juga. Tapi yang paling hits sih pas chanbaek usaha bikin chanbaek junior/?

  30. manis banget deh ceritanya sampe diabetes. #lha #lebay
    tapi seriusan kebayang banget gimana perjuangan mereka berdua cuma buat raih mimpi mereka. sampe terharu :”””)
    kirain bakalan ada krislay nyelip eh gaada:””””( overall bagus banget. 최고!!

  31. Kalau d part sebelum ny manis d awal tp pahit d akhir kali ini tegang di awal,lucu dan nyesek d tengah2 tp manis bhkn romantis d akhir. Ketawa aku ngebayangin ayah baek ternyata sahabatan sm ayah yeol udh gtu ayah baek jg ky sengaja ngerjain chanyeol.

    Tuan besar Byun saya minta maaf karena telah mengatakan anda orang tua yg egois,tp itu krn sikap anda sendiri makanya saya gtu. Ah pokok ny saya minta maaf, kalau d part sebelum ny saya sebel dgn anda, kali ini saya bangga terhadap anda tuan Byun/ ini aku ngomong apa ya.

    Eh tp bnr lho aku jg merasa tegang td pas d scene perdebatan antara chanyeol dgn ayah baekhyun,malah aku sempat2 ny ngebayangin seandainy aku ada d sana aku jg bklan diem bhkn mgkn susah bernapas saking tegang ny sama seperti yg d lakukan suho dkk{minus chanyeol}. Tp waktu ngejelasin soal musisi itu aku kagum lebih kepada author ny sic yg pny pengetahuan soal musisi sekelas mozart dan bethoven sebaik itu.hehe bukan ke chanyeol ny tp ke authornya. Pan m mana2 org yg berada d belakang layar yg puny andil besar.

    Say aku sampe ngeluarin air mata lho d scene baek yg main piano,gila dalem bgt bhkn sampe chanyeol gk sadarkan diri pun tetap keluar air mataku.pokokny nyesek bgt dah d scene sblum epilog. Dan ku jg smpt mkr jgn2 yeol jg innalillahi ya hbsny kt2 yg d ucapkan chanyeol wktu menemani baekhyun latihan ky pesan terakhir org yg mau pergi.

    Tp syukur lah chanbaek bersama, walau yeol tdk bisa bermain gitar lagi setidakny dy jd pengusaha sukses kan dan itu membuat ayah dan mertuanya bangga. Tuan Byun tetep az y maksa gak dpt baekhyun chanyeol pun jd,tp apapun alasan ny tuan Byun Daebak

    Waaaaa ada Chanbaek junior,ah kerja keras mrk tiap malam ternyata membuahkan hasil. Wkwkwk

  32. daebakkk thoorrr
    lirik ciptaan.a jg bagusss
    wao wao wao pokok.a bagusss bgt deh ampe bngung gmn cr ngomong.a
    keep writing dn hsilkn karya2 luar biasa lain.a yaaa thoorr i’m to you h h h

  33. omg admin, sumah ya ff admin itu selalu sukses bikin q tegang,sedih n terharu apa lg pas bagian chanyeol nabrak tu sumpah q ampe degdegan n gc sengaja air mata q netes huuee #ppllaakalay
    tp syukur ahir’a happy end, admin bnr” daebak suka q sma ending’a haha apalg ada chanbaek junior’a 😀 ini gc ada sequel/epilog’a admin?? hehee

  34. walaah.. aku kira ALF bener2 ngalamin persis sama kaya baek dicerita ini kak.. hahaha
    minta maaf kalo komen aku di chapt sebelumnya rada2 menyinggung kak.. 😦

    walah ternyata ortu chanyeol sahabat lama ortu baek.. seneng banget waktu liat (baca) ortu baek udah nerima dan mulai suka sama chan.. terus ortu chan juga udah ngizinin chan.. tapi eh tapi baru aja dapet kabar gembira masa udah tragis lagi.. chan kecelakaan oh no!!!!!!!!
    dan disaat sekarat kaya gitu masih sempet2nya mikirin bunga??
    disitu pikiran aku udah kemana-mana coba.. chan mati lah, terus baek sedih dan bunuh diri, bandnya bubar, suho bangkrut, dan bla bla bla /aku mikirnya kejauhan/ dan untungnya engga, chan selamat dan tetep hidup 🙂
    yah meskipun jarinya cacat, tapi gak masalah toh di ending cerita mereka tetep bahagia.. baek jadi musisi, chan jadi pengusaha sekaligus komposer lagu-lagunya baek.. dan mereka hidup bahagia selama-lamanya 😀

    yang aku kagum tuh telepatinya baek dengan chanyeol.. baek tiba-tiba dapet firasat buruk waktu chan kecelakaan.. untungnya baek tetep bisa nyampein semua perasaannya lewat pianonya.. terharu sumpah pas bagian yang ini :’)

    dan sempet2ya baek dpt juara.. untungnya jurinya pengertian, baek dikasih juara 4.. ya kalo juara 1 kan sama aja dengan boong.. baek tetep harus ninggalin chan ke spanyol..

    seneng deh akhirya happy ending.. apalagi diakhir cerita ditutup dengan program chanbaek junior /plakkkk/

    terakhir, makasih banget kak ALF ff ini semakin bikin aku termotivasi buat wujudkan mimpi2 aku..
    bener kata kak ALF.. semua usaha kita kalo kita sungguh2 tidak akan pernah sia2 🙂
    dan ini bukan tentang mimpi, ini tentang kenyataan yang terpampang jelas di depan kita.. bangunlah dan hadapi masa depan, wujudkan segala impian, jangan takut dan jangan putus asa dengan segala kendala

  35. Moment yg plg lucu menrt q adlah pas yeol lg ngbrol ma ayah ny baek,trus tlfn ayhny yeol it brasa gmana gtu,akhrny ayahny baek bsa menjathln yeol,
    Pa lg pas ayah ny yeol blp klo yeol it g bgtu tau tntg musisi2 legendaris it,eh trnyta ayahny baek lbh tau,
    Gilaaa klo q ad yeol udh malu gila bgt dah tuh,’

    Tpi pas moment yeol kecelakaan ma baek yg linglung it ,sumpah sdih bgt,q kira yeol bkal knpa2.trus g mgkn jga baek jd juara 1 ny,trus gmana nasib cita2 mreka,’eh trnyta ada ajh jlanny’
    Yah walaupun yeol hrus ngurus perusahaan ny ayah baek jga sich,’
    Tpi keren jga kog yeol jd pengusaha,

    Q jd ikt suka bunga matahari,coz mpe sgtu ny d perjuangin ma yeol mpe berdarah2,’

    #welcomeChanBaekJunior

  36. kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa sumpah sumpah sumpah.. aku nangis pas bca adegan(?) chan kecelakaan, sesuai perkiraan saya. apa lgi wktu dkter blang klo chan gk bsa maen gitar lgi, smpah bcanya sersa dunia rubuh(?) kaget bgt… tpi akhirnya happy ending jga. gk sdih lgi deh

  37. astaga itu ff knp keren bener~

    bener-bener deh alurnya g ketebak wkrikrkik
    manis lucu asem kek nano nano lah

    itu lagunya ada mp3nya g? hahahahaha

  38. astaga itu ff knp keren bener~

    bener-bener deh alurnya g ketebak wkrikrkik
    manis lucu asem kek nano nano lah

    itu lagunya ada mp3nya g? hahahahaha

    tp lbh dari apapun ffnya bikin haru jg

  39. Pertama ngakak pas Ayah Baekkie telfonan sama ayah nya Ceye wkwkwk
    dari pertama emang udah feeling kalo para abonim itu sahabat dan melarang anak” mereka pada musik itu karna ada suatu hal di masa lalu *cileh

    Baekhyun panik, karna ceye belum datang? disitu uda feeling duluan klo ceye bakal kecelakaan, dan ternyata memang benerrr
    Dan fix! di bagian ini bikin nangiss T^T
    apalagi pas baekhyun linglung di atas panggung, pokoknya dpt bgt feel nyaa thor :”

    Dan sayang sekali, chanyeol gak bisa meraih mimpinya bersama baekhyun huahhhhhh
    Tapi ceye jadi pengusaha sukses wkwkwkwk

    Chanbaek Junior?? jjinja yoo? ahh geure… lanjut kan! harus kembar yakk wkwkwkwkwk

  40. waaah aq sempet ngeluarin air mata looh hahah sedih pas chan tabrakan trs baek d.tegur juri hweeee hweeee :’a.
    aq pas liat produser: Kjh. ooh tuan kang. tra pas liat sponsor hahah babeh.y baek sm chan tooh sponsor.y.
    d.akhir jjur aq gk mau nebak2 chan hidup atau mati haha saking pngen.y ini happyend. dan jeng jeeeng brakhir bahagia. alhmdllah ky sy yg bahagia liat nama kai di akhir-exo band- *ngakak.
    Selamat berbahagiaaaa semua oraaanggg. hiduplah dgn ketulusan ky baek disini. haha.
    d.tunggu ff horror.y yaa ilam/alf *maksa *di kepret penulis.y *gelayutan di pelukan kriss* haha.
    ff.y cool!

  41. aaaahhhh… keren banget sumpah…
    aduuuh… aku nangis asli… gatau yah kenapa aku malah jadi melow~ gini pas udah baca.. asli ngena banget…

  42. Ping-balik: LIST FF CHANBAEK FAVORITE | Shouda Shikaku's World

  43. YATUHAAAAAN, AAAA PADAHAL UDAH NANGIS PAS ADA TULISAN BRUAKNYA/? — Tp sumpah ih, menginspirasi bgt, bikin semangat buat ngeraih mimpi aku jadi semakin menggebu2 >< Alangkah kudetnya diriku /nyemplung disawah/ AAAH KAK, Jadi Baekhyun punya rahim?/? Ato dia ikutan progam? /oke gapenting. Bagian paling nyentuh itu pas lombanya Baekhyun, atulah udah nangis khawatir sama keadaanya nyanyol T^T yaudah mau taraweh jadi oke bye

  44. ~Dan mereka akan menjadi pasangan musisi legendaris dimasa depan~

    Ada keadaan hati yang bermacam-macam saat baca part 2..

    Tegang, saat diawal Chanyeol berhadapan dengan ayah mertua (calon pada saat itu)

    Ngakak-sepertinya ini bukan keadaan hati-, saat Chanyeol langsung lemes pas Presdir Byun keluar sampai pada introgasi camer untuk camen

    Mulai curiga saat Chanyeol belum datang juga. Mulai nebak-nebak.(ini hati udah was2 berharap salah)
    Tapi.. Saat dijelaskan dari Si Chan naik motor. Terlihat begitu.. Dijabarkan, saya sudah cemas. Dan ternyata benar. Kecelakaan, syedih saya.
    Dan itu bagian yang, menggalaukan.

    Lalu nyeseg saat pesan Chanyeol dan dia tidak bisa main gitar dengan tangan kirinya.

    Epilog yang sweeeeeet banget. Ini hatiku sudah bungah setelah tadi hampir nangis.
    Rada nahan tawa ngebaca identitas lagu diakhir..

    Aduh, panjang.. Itu saja ada yang lupa.. Mau komen apa.

    Akhir kata,
    Terima kasih untuk fanfic Daebak ini… 🙂

  45. Nangis deres sumpah. Nangis pas saat bahagia ataupun pas setelah cy kecelakaan. Dialognya yang bikin nangis. Lalu tiba2 dl fur elise nya bethoven buat bgm pas baek main piano, lalu dl angle piano ver buat bgm sampe akhir. Dan itu bener2 masuk bgt, cocok banget kalo buat baper2 an bgni. Gue bayangin ini kea film, gue bayangin di setiap adegannya. Jadi berasa nonton film . Dan ini keren banget. Kuberi 5 bintang buat kakak.

  46. Gak kpikiran CB bakalan punya anak. Aiguu.. But finally ini gak berakhir angst atau dengan mereka berpisah tp dipertemukan lagi, tapi dengan ending yang menggantung. Sperti dikebanyakan ff. But this is WP’s keluargacemara we are talkin abt. Yg mana isinya emng beda dari yang lain. Dan aku mnutup tahunvkmarin dngn kberuntungan nemuin WP ini. Thank god.

Tinggalkan komentar