[FF] Love Is… (part 9)


FF

Tittle: Love is… (part 9)

Author: AyouLeonForever

Cast: * Byun BaekHyun

* Lee Eun Yoo(yg karena manipulasi cerita, dia sodaraan ama Chanyeol, marganya diganti jadi Park)

* Kim Jong In/ Kai

* Park Chanyeol (yg karena manipulasi cerita, dia jadi kakaknya Eun Yoo, dan lebih tua dari baekhyun)

*Do Kyung Soo/ D.O

* Kim Joon Myun/ Su Ho

* Oh Se Hun

support cast: EXO M Member

disclaimer: the story belongs to me, the casts belongs to her/his parents and GOD. don’t claim itu yours, or You’ll dead (makin hari makin sadis aja)

 

 

Author POV

 

Eun Yoo menatap kosong lututnya yang di tekuk. Ia masih belum beranjak dari tempat tidur Kai. Entah kenapa saat ini ia merasakan kehampaan yang luar biasa. Kosong… tanpa ada apa-apa. Kai memang sebatas merebut ciuman pertamanya, tapi bagi Eun Yoo, itu sama saja dengan merebut segalanya.

Bahkan tanpa bisa ia keluhkan lagi, tanpa bisa menyuarakan protes yang pastinya tak juga di dengar, ia menghabiskan malam itu juga dalam pelukan Kai.

“Eun Yoo-ah… aku sudah menyiapkan sarapan” Kai masuk ke dalam kamar dan menghampiri Eun Yoo

“aku langsung pulang saja Kai, aku sama sekali tidak ingin makan apa-apa saat ini”jawab Eun Yoo masih dengan tatapan kosong.

Kai menghembuskan nafas “aku… betul-betul minta maaf”

Eun Yoo memejamkan mata. semuanya juga sudah terjadi, sudah berlalu, dan tidak akan bisa dikembalikan seperti sedia kala “lupakan saja Kai…”

“kau… memaafkanku kan? Kau… tidak membenciku kan?”

“untuk apa? Marah juga tidak akan ada gunanya”

“Eun Yoo-ah…”

Eun Yoo mengangkat wajah. Matanya sembab dan merah “apa kau mencintaiku?”

Kai tersentak “ke… kenapa kau menanyakan hal itu? Tentu saja.. setelah segala hal yang kulakukan untukmu selama ini… kau masih bertanya begitu?”

“kalau seperti itu, sudahlah. Jangan mempermasalahkannya lagi, karena ujung-ujungnya… alasan itulah yang akan keluar”lanjut Eun Yoo.

“lalu… ada yang salah dengan cintaku?”

Eun Yoo menghela nafas “anieyo…opssoyo… tidak ada yang salah dalam cinta. Hanya persepsinya yang salah”

“Eun Yoo-ah…”

“antar aku pulang Kai… aku ingin menenangkan diriku dulu”

Kai tersentak “tapi Eun Yoo-ah”

“kau tenang saja, walaupun aku sakit hati dan kecewa dengan sikapmu, aku tidak akan memutuskan hubungan ini. Atau mungkin lebih tepatnya, sudah tidak ada lagi alasan untuk bisa putus darimu”

“Eun Yoo-ah…”

“jeball… antar aku pulang”

“kau tidak ke sekolah hari ini?”

Eun Yoo menggeleng “percuma, karena konsentrasiku tetap buyar”

Kai menghela nafas, kemudian memeluk Eun Yoo dengan sangat erat “mianhae, jeongmal mianhae… aku… aku bersumpah tidak akan mengulanginya lagi Eun Yoo-ah, dan kalau saja ada yang bisa kulakukan untuk menghapus segala kesalahanku.. aku akan melakukannya”

“aku sudah memaafkanmu Kai… antar aku pulang”

***

 

Baek Hyun POV.

 

Ada apa dengan Eun Yoo, sejak semalam HP nya tidak aktif, dan saat ku check ke rumahnya, tadi malam… kosong, dia tidak di rumahnya. Lalu apa yang harus kukatakan pada Chan Yeol hyung kalau dia bertanya? Sekarang sudah pukul 5 subuh dan aku belum bisa menghubungi Eun Yoo.

Firasatku sungguh tidak enak. Sejak semalam aku gelisah, dan kegelisahan ini semakin menjadi karena tetap tak ada kabar dari Eun Yoo.

Apa dia… bersama… Kai?

Apa semalaman ini… dia bersama Kai???

Apa Eun Yoo berada di rumah Kai???

Berada dalam satu ruangan dan… bermesraan???

AKH…Aku bisa gila….

 

Pukul 7 tepat, aku tidak langsung berangkat ke sekolah, tapi aku menuju rumah Eun Yoo. Sial… masih kosong, berarti betul dia tidak pulang semalaman. Dan kalau betul dia bersama Kai semalaman… Ya Tuhan… Eun Yoo-ah, bagaimana mungkin kau bisa bersama dengan seorang namja semalaman?. Oh baiklah, kemarin malam dia juga bersamaku semalaman, tapi itu dengan kondisi yang berbeda. Aaakkkhhh… aku betul-betul akan gila.

Aku menunggu di teras rumahnya, mondar-mandir seperti orang bodoh, terus menghubungi nomor yang tetap saja tidak aktif. Sampai kudengar ada suara deru mobil yang berhenti di luar. Dan aku bisa melihat dari celah pagar rumah Eun Yoo. Itu mobil Kai. Yah… dia bersama Kai tadi malam.

Eun Yoo turun dari pintu depan, dan kulihat Kai ikut turun. dan satu pemandangan menyakitkan yang pernah kulihat seumur hidupku. Kai merengkuh kedua pundak Eun Yoo, memeluknya sejenak dan terakhir… mengecup keningnya. Sebuah tindakan yang tidak akan pernah lagi bisa kulakukan untuknya.

Setelah itu Kai membelai pipi Eun Yoo, kemudian pergi dengan langkah berat. Entah apa yang terjadi, tapi kedua orang itu bertatapan dengan sendu. Seolah… sesuatu yang besar telah terjadi.

Tidak… tidak mungkin seperti yang kubayangkan. Tidak… tidak akan mungkin seperti itu.

Eun Yoo menggeser pintu pagarnya kemudian melangkah masuk dengan langkah gontai. Dan kalau saja aku tidak berdiri tepat di depan pintu rumahnya, mungkin dia tidak akan tahu kalau aku ada di sini sejak tadi.

“Baek Hyun-ah?” serunya tertahan. Entah kenapa dengan ekspresinya pagi ini. Matanya sembab, dan kelompak matanya agak bengkak. Efek yang sering ditimbulkan jika seseorang menangis dalam kurun waktu yang cukup lama. Baiklah… dan itu semakin menguatkan kekhawatiranku tentang apa yang dia dan Kai lakukan semalaman.

“kau… dari mana saja?” hanya pertanyaan bodoh yang bisa keluar dari bibirku.

Eun Yoo tertunduk. Aku tidak tahu sedang apa ia. Dengan lemah ia merengkuh kerah bajunya dan sedikit meninggikannya “dari rumah Kai” jawabnya pelan.

Aku sudah bisa menebaknya, tapi… kenapa mendengarnya langsung dari Eun Yoo membuatku semakin… sakit “aku terus menghubungimu, tapi tidak aktif”

“baterenya mati”

Aku ragu ingin menanyakan ini, tapi… kalau aku tidak menanyakannya, maka aku tidak akan bisa tenang “semalaman… um… kau bersama__…”

Eun Yoo mengangkat wajah, dan untuk pertama kalinya aku tidak bisa menebak ekspresi Eun Yoo. Sangat datar, sorot matanya kosong, dan tanpa cahaya “aku bersama Kai. Aku berada di rumahnya, tidur di kamarnya, dan bersamanya. Sudah cukup kan? Kau pulanglah… ada ujian di jam pertama bukan?”

Katakan kalau yeoja yang berada di hadapanku ini bukan Eun Yoo, katakan padaku kalau ada yang salah dengan pendengaran dan penglihatanku, juga katakan kalau… Eun Yoo yang sekarang bukanlah Eun Yoo yang kukenal “Eun Yoo-ah… kau”

“pulanglah… aku tidak ke sekolah hari ini. Aku ingin istirahat” Eun Yoo beranjak meninggalkanku. Tapi dengan sigap kutarik lengan kanannya. Itu membuat rengkuhan di kerah bajunya terlepas, dan sedikit terbuka.

Awalnya aku tidak menyadarinya, awalnya aku hampir saja mengabaikannya. Tapi… sebelum Eun Yoo bergerak cepat menutupi lehernya,… aku melihatnya.

Sangat jelas… sebuah bercak berbentuk abstrak, berwarna kemerahan tertempel nyata di leher Eun Yoo. Dan itu sudah menjelaskan semuanya. itu sudah membuktikan semuanya… segalanya…

Eun Yoo-ah… selama aku bersamamu, aku bahkan tidak pernah terpikir untuk melakukan itu padamu, demi untuk melindungimu. Tapi… dalam sekejap… kau… dan Kai… akh…

Dengan gontai, seolah tanpa tenaga lagi, kulepas cengkramanku dan menatapnya nanar “aku… tidak tau harus berkata apa”

Eun Yoo tersenyum, sama sekali bukan ekspresi yang ingin kulihat sekarang “pulanglah Baek Hyun-ah, aku khawatir Kai tahu keberadaanmu di sini. Dia tidak akan suka”

“Eun Yoo-ah…kau”

“nae… aku tidak ingin Kai tau kalau kau ada di sini, itu bisa menimbulkan kecurigaannya, jadi pulanglah…”

Aku mundur beberapa langkah, tanah tempatku berpijak seolah runtuh. Aku mengangguk sangat pelan, “mianhae… jeongmal mianhae…”lirihku. Yang sebenarnya maafku berarti… karena aku tidak bisa lagi melindunginya.

 

 

Setiba di sekolah, sosok yang pertama kali kucari adalah Kai. Yah.. mobilnya sudah ada. Segera saja kutelpon namja itu.

“nae Baek Hyun-shii… waeyo?” sapanya dari seberang.

“aku tidak suka basa-basi. Temui aku di belakang GOR sekarang”tembakku langsung

“mwo? sekarang? tapi ada ujian jam pertama”

“percayalah, ini lebih penting dari pada ujian. Atau kau mau aku menyelesaikannya di kelas?”

Kai terdiam sejenak, kuharap ia paham maksudku “sepertinya aku mengerti. Baiklah, aku segera kesana”

Aku melangkah dengan setengah berlari menuju tempat yang kumaksud tadi. Seluruh tubuhku panas. Semoga saja aku bisa mengontrol emosiku agar aku tidak berakhir dengan menghajar Kai.

“ada apa?” tanya Kai begitu ia menemuiku di belakang GOR yang sepi

“kurasa kau tahu apa yang membuatku ingin bicara denganmu”balasku, berusaha meredam emosi begitu melihat ia memasang tampang santai.

“Eun Yoo? Kenapa dengannya?”

Lihatlah bagaimana dia menyebut nama yeoja yang paling kucintai di dunia ini “Kai… bukan begini maksudku menyerahkan Eun Yoo padamu. Aku memintamu menjaganya baik-baik, aku memintamu melindunginya”aku menarik nafas dalam-dalam, sial… tetap saja emosiku meledak “AKU MEMINTAMU MENJAGANYA… TAPI KENAPA KAU JUSTRU MENYAKITINYA??????????”

Bisa kulihat Kai tersenak kaget “apa Eun Yoo yang mengatakannya padamu?”

Aku meremukkan kesepuluh jariku. Mencoba bertahan agar kepalan tanganku ini tidak mendarat di wajahnya “tidak secara gamblang, tapi percayalah, aku mengenal Eun Yoo, jauh dari pada perkiraanmu”

“yang kau lihat itu… belum menjelaskan semuanya” Kai tampak berpikir “aku rasa yang kami lakukan masih dalam tahap wajar”

Aku memejamkan mata, wajar… wajar… wajar. Belum genap sebulan mereka berpacaran, dan Kai sudah berani melakukan itu pada Eun Yoo?.

“Baek Hyun-shii. Aku mencintai Eun Yoo, dan aku tidak akan merusaknya. Aku juga tidak sepicik itu”lanjut Kai.

Aku membuka mata, dan melihat wajahnya saja aku sudah berniat membunuhnya “merusak?”

“nae… maksudku. Aku tidak menyentuhnya”

“tidak begitu yang kulihat”

Kai terdiam sejenak “maksudmu… kissmark itu? Apa itu salah? Maksudku… Kissing, necking… sepasang kekasih pasti sering melakukannya juga bukan?”

Baiklah… ini sudah cukup.

BUUUGGGGGGGGGHHHHHHHHHHH….

Pukulan ku mendarat juga di wajahnya “kalau saja aku tidak mengingat kau belum pulih dari kecelakaan itu… kuhabisi kau saat ini juga” lalu kutinggalkan Kai sebelum emosiku betul-betul menguasai logikaku. Karena aku tidak berani menjamin namja itu bisa selamat kalau aku tetap melihat wajah biadabnya.

Walau Kai tidak menyentuhnya… tapi tetap saja……. aaaaaaaaakkkkkkkkkkhhhhhhhhhh!

Aku memutuskan untuk pulang… persetan dengan sekolah.. persetan dengan ujian.. persetan dengan semuanya.

 

Eun Yoo POV

 

Aku menatap replika diriku di depan cermin washtafel sehabis mandi. Mataku tidak pernah lepas dari bercak merah di leherku itu. Baek Hyun melihatnya. Baek Hyun melihat kissmark yang ditinggalkan Kai ini…

Ah tidak… untuk apalagi aku peduli. Semuanya sudah terjadi, memberontak seperti apapun keadaan tidak akan bisa kembali seperti sedia kala. Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah mengikuti alur, melanjutkan peranku sebagai kekasih Kai… milik Kai…

Yah… aku seolah tak merasakan apa-apa lagi. kosong… hampa… tak berarti apa-apa. Mungkin begini lebih baik. Mataku juga sudah bosan mengeluarkan air mata. yah… begini lebih baik.

“Eun Yoo-ah… chagi-ah… kau di rumah?” seru seseorang dari luar. Itu oppaku, sepertinya sudah pulang. Padahal dia bilang akan pulang sore hari.

Segera kusambar baju mandiku dan menyelubungi tubuhku. Ah… kissmark ini… kupakai handuk untuk menutupinya.

Aku segera membuka pintu kamar mandi, dan kudapati Chan Yeol oppa tengah berada di kamarku “Oppa? kau pulang?”

“nae… rapatnya baru selesai tadi malam. Kenapa tidak ke sekolah?” Chan Yeol oppa menghampiriku, dan memelukku. Aku baru sadar… aku merindukan oppaku.

“aku tidak enak badan, oppa” jawabku.

“ah betul juga. bagaimana keadaanmu sekarang? Baek Hyun sudah menceritakan semuanya. malam itu saat hujan deras dan mati listrik… kau…”

“a… aku baik-baik saja. Baek Hyun datang saat aku sudah hampir pingsan. Aku… takut sekali”

Chan Yeol oppa menepuk-nepuk punggungku “mianhae chagi-ah, kalau saja bisa saat itu aku akan langsung pulang”

“gwenchanayo oppa… lupakan saja”

“kau sudah makan? Aku membawa banyak makanan dari Jeju, kau pasti suka”

Aku mengangguk “aku pakai baju dulu”

“ah ara… aku menunggumu di ruang makan”

***

“kau masih sakit? Kenapa memakai syal?” tanya oppa begitu kami sedang menikmati makanan yang ia bawa dari jeju

“ah.. ini, nae… rasanya aku terkena flu” jawabku berbohong. Aku sengaja memakai syal agar bercak sialan itu tidak terlihat. Aku sudah memakai baju berkerah, tapi tetap saja kelihatan.

“hm begitu. Ah, aku menelpon Baek Hyun dulu. Aku juga bawa oleh-oleh yang banyak untuknya”

“bukankah dia sedang di sekolah?”

“nae… tapi ada baiknya kutelpon lebih dulu, jadi sepulang sekolah dia bisa ke sini”

“kau saja yang ke rumahnya, oppa… aku tidak ingin bertemu dengan Baek Hyun dulu”

Chan Yeol oppa menatapku “kenapa? Ada yang salah? Bukankah hubungan kalian sudah membaik? Maksudku… walau kalian tidak kembali menjadi sepasang kekasih, tapi… bukankah kalian sudah kembali akrab?”

“aku hanya tidak ingin melihat wajahnya dulu”

“apa terjadi sesuatu? ah… pasti kau kaget saat Baek Hyun membawamu ke rumahnya malam itu. Hei… aku yang menyuruhnya”

“bukan itu…”

“lalu apa?”

Aku menghela nafas “Kai tidak suka kalau aku berhubungan lagi dengan Baek Hyun, dalam bentuk apapun”

Bisa kulihat Chan Yeol oppa membelalak “sejak kapan kau seserius ini mempertimbangkan Kai?”

“mulai dari sekarang… jadi tolong aku oppa, aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan hubunganku yang sekarang ini bersama Kai”

Chan Yeol oppa geleng-geleng tidak percaya “kau kenapa?”

Aku menghela nafas “jangan membahasnya lagi oppa… aku lelah”

Chan Yeol oppa menatapku, dan aku berusaha mengabaikan tatapan itu. “baiklah… terserah kau saja. tapi… kalau terjadi apa-apa, tolong jangan diamkan. Beritahu aku apa yang mengganjal pikiranmu”

Aku mengangguk “nae oppa… gomawo”

 

 

Author POV

 

Baek Hyun menggeliat malas di atas tempat tidurnya. Sepulang dari sekolah tadi, dia memilih langsung tidur karena otakya serasa ingin meledak. Baru pukul 10 pagi dan dia masih tidak ingin beranjak dari tempat tidurnya. Dering HP mengganggunya. Dari Chan Yeol

“nae hyung… waeyo!”sapa Baek Hyun

“aku baru saja tiba, kau ada di sekolah?”tanya Chan Yeol

“anieyo… aku di rumah”

“mwo? wae? Kau juga sakit?”

“bisa dibilang begitu”

“aneh… ya sudah, aku ke rumahmu saja sekarang. sekalian membawakan oleh-oleh”

“nae hyung, nanti langsung masuk saja ke kamarku”

“oke”

KLIK… Baek Hyun menatap layar HP nya, masih dengan wallpaper yang sama. Yeoja yang tersenyum itu. Dan saat matanya Baek Hyun beralih pada bibir dan leher Eun Yoo, emosinya makin meledak. Seharusnya ia mempertimbangkan hal ini sebelum mengikhlaskan Eun Yoo, seharusnya ia bisa menebak hal ini, tapi… berpatok pada pengalaman mereka berpacaran, ia tidak penah menduga Kai akan seekstrim itu.

Baek Hyun menggeram sangat kesal. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang. yang ia sesalkan, kenapa Eun Yoo masih mau berada di sisi Kai setelah apa yang terjadi itu. Apakah Eun Yoo juga menginginkan hal itu?

Lagi-lagi Baek Hyun menggeram. Tak tahu lagi harus berbuat apa.

15 menit berikutnya Chan Yeol datang. Ia sudah tidak heran lagi dengan kondisi Baek Hyun yang hanya bermalas-malasan di tempat tidurnya. “hey pemalas… bangunlah” Chan Yeol menarik selimut Baek Hyun, membuat namja yang masih terbaring itu menggeliat.

“ah hyung… kau sudah datang rupanya” Baek Hyun membetulkan posisinya hingga duduk bersandar. Chan Yeol ikut duduk di hadapannya.

“kau bahkan lebih kacau dari perkiraanku. Padahal kukira kemarin-kemarin itu kau sudah mulai waras”sindir Chan Yeol

“ini juga lebih kacau dari perkiraanku hyung”

“tentang apa?”

Baek Hyun menatap Chan Yeol, dilihat dari ekspresinya tentu saja Eun Yoo tidak menceritakannya, jadi ia juga tidak punya alasan untuk menceritakannya “sudahlah… ini tidak akan selesai kalau terus dibahas. Aku sudah lelah”

Chan Yeol menghela nafas panjang “Eun Yoo lelah, kau juga lelah, ya sudah… kenapa kalian masih menjalani kehidupan seperti ini kalau kalian lelah?”

“hyung…. Kalau aku diberi pilihan lain, aku juga tidak ingin seperti ini”

“arasso… arasso… inti permasalahannya adalah adikku. Bahkan aku sendiri yang kakak kandungnya tetap tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Tapi… Baek Hyun-ah, tetaplah berharap. Bukan mengajarimu untuk harapan kosong, tapi percayalah… adikku masih mencintaimu”

Baek Hyun menatap Chan Yeol dengan sendu “percuma kalau Eun Yoo tetap menyangkalnya. Aku juga masih berpikir kalau ada yang ia sembunyikan, tapi setelah apa yang terjadi…”Baek Hyun menggantung kalimatnya.

“dan sekarang kau mulai juga merahasiakannya denganku? Oh baiklah, kalian berdua memang membuatku pusing. Bagaimana bisa aku membantu kalian kalau permasalahannya saja tidak kuketahui”

“akan kuberitahu kalau saatnya tiba hyung”

Lagi-lagi Chan Yeol menghela nafas “kau tidak ingin mengakhiri semua ini?”

“dengan melepas Eun Yoo sepenuhnya? Aku sudah mencobanya, tapi tetap saja tidak bisa. Namanya selalu berputar-putar di otakku, dan tidak ada hari yang bisa kuhabiskan tanpa mengkhawatirkannya”

Chan Yeol menepuk pundak Baek Hyun “maksudku.. mengakhiri semua masalah ini. Kau dan aku punya pikiran yang sama. Ada yang aneh di balik ini semua”

Baek Hyun menatap Chan Yeol penuh harap, tapi masih bingung. “tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana hyung”

“hya… kau mulai saja dari penyebab masalah ini”

“ma… maksudnya?”

Chan Yeol berdecak “kau lupa alasan utama kau putus dengan Eun Yoo?”

“kristal itu… tapi. Kata-kata Eun Yoo tentang pengekangan itu”

“kau percaya saat Eun Yoo mengatakan itu?”

Baek Hyun menunduk, ia menggeleng pelan “tapi mendengarnya langsung dari mulut Eun Yoo, terasa begitu nyata”

“lupakan perkara ucapan itu, kita selesaikan dulu akarnya. Mengenai yeoja yang bernama Kristal itu. Kita harus menyelidikinya. Kau mengenalnya bukan?”

Baek Hyun mengangguk ragu “tidak begitu kenal, tapi sejak kelas satu, yeoja itu terus mendekatiku. Bahkan setelah ia tahu kalau aku sudah punya Eun Yoo”

“selama dia mendekatimu, apa pernah dia melakukan tindakan ekstrim?”

“tidak juga. saat itu dia akan mendekatiku kalau Eun Yoo tidak sedang bersamaku. Itupun hanya sekedar menyerahkan bingkisan, ocehan tidak jelas, dan… ah aku lupa. Aku bahkan lupa membuat perhitungan dengan yeoja itu karena pikiranku terlalu kacau”

“hum… sepertinya aku harus turun tangan. Kalau kau sendiri yang menginterogasinya, aku mengkhawatirkan yeoja itu”

“hyung… semarah apapun aku, aku tidak akan pernah berani memukul seorang yeoja”

“arasso….arasso. besok, bagaimanapun caranya. Bawa yeoja itu ke suatu tempat yang hanya kita berdua yang tahu”

Baek Hyun mengerutkan kening “kenapa?”

“Hya… orang yang berada di balik ini semua bisa siapa saja, jadi kita harus waspada”

“ba… baiklah. Tapi di mana?”

Chan Yeol tampak berpikir “ah, kebetulan sekali. Kau lihat rumah kosong di dekat sekolah itu? Rumah itu punya kenalanku. Aku akan meminjam kuncinya besok”

“jangan bilang kita akan bertemu di tempat itu. Kristal mana mungkin mau diajak ke sana”

“untuk seorang yeoja yang tergila-gila padamu, bermodalkan itu saja sudah cukup. Bersikaplah seolah-olah kau ingin bicara serius dengannya di tempat yang sepi dan bersikaplah seolah-olah kau hendak melakukan manuver ekstrim padanya, aku jamin dia akan mau diajak kemanapun”

“ma… manuver ekstrim? Ma… maksudnya?”

Chan Yeol menghembuskan nafas panjang “sebenarnya kau gunakan untuk apa waktu 4 setengah tahun itu bersama adikku? Baiklah, aku bersyukur kau adalah namja yang baik, bahkan terlalu baik. Tapi hei… setiap hubungan dalam percintaan juga butuh ekspresi”

“hyung… aku betul-betul tidak mengerti”

Chan Yeol menepuk keningnya “tunggulah sampai Kai betul-betul melangkahimu”

Baek Hyun langsung membelalak “Andwae…”

“aku bukannya menyarankanmu melakukan hal yang aneh-aneh pada adikku sendiri. Tapi… Baek Hyun-ah, bahkan berciuman saja kalian belum pernah”

“itu…”

“sepertinya kau betul-betul akan menyaksikan Eun Yoo berciuman dengan Kai dulu baru kau mengerti”

“AAA SHIREO…”

“kalau begitu bertindaklah”

“nae hyung… besok sepulang sekolah, tunggu aku di tempat itu”

 

Besoknya di sekolah.

Eun Yoo hanya bisa mengerutkan kening melihat pipi Kai yang lebam dan kebiruan. “kau… berkelahi dengan siapa?”tanya Eun Yoo

Kai menyentuh pipinya “bukan berkelahi. Tepatnya dipukul”

“siapa?”

“sudahlah, lupakan saja. dan kenapa kau memakai syal hari ini? Apa kau tidak kepanasan? Oh… kau sakit?”

Eun Yoo menatap Kai dengan jengah “apa kau mau seisi sekolah melihat jejak yang kau tinggalkan di leherku?”

Kai tersentak. Sontak wajahnya merona. Eun Yoo bisa juga bicara sevulgar itu “mi… mianhae”

“lupakan saja tentang itu. Sekarang lihat dirimu, kau sudah seperti berandalan. Kau sudah mengompres ini?” Eun Yoo menyentuh pipi Kai yang agak lebam itu, tapi sentuhan itu sudah lebih mirip dengan sebuah belaian. Bertepatan saat orang yang paling tidak ingin melihat kejadian itu melintas di sebelah mereka.

Eun Yoo sempat tersentak sejenak. tapi kemudian ia sadar lagi akan sesuatu. yah… sudah tidak adalagi yang perlu dipertahankan. Keadaan sudah berubah, dan sudah tidak ada lagi lagi yang patut di cemaskan.

Baek Hyun juga tidak bereaksi apa-apa. Ia hanya meletakkan tasnya di meja dan duduk diam sambil membaca buku. Atmosfer di sekitar mereka sungguh kelam dan dingin. Bahkan Kai sedikit ragu membuka suara untuk sekedar bergurau bersama Eun Yoo. Baek Hyun yang diam seperti batu itu bahkan terlihat sangat menakutkan.

Sepanjang jam pelajaran hanya seperti itu. Dingin dan kaku. Beruntung Eun Yoo yang kini merasakan kehampaan bisa menghadapinya, sementara Kai seolah merasakan ada yang aneh, auranya terasa mencekam. Kai semakin gelisah karena ia sangat yakin, ada yang sedang direncanakan Baek Hyun.

Bahkan setelah bel pulang berbunyi, Baek Hyun segera menyambar tas nya dan bergegas pergi tanpa menoleh, apalagi menyapa Eun Yoo dan Kai. Yah, setelah apa yang terjadi, tidak heran kenapa sikapnya seperti itu.

“kau mengantarku pulang kan?” tanya Eun Yoo membuat Kai tersadar

“ah nae. Tentu saja. tapi kau tidak ingin singgah di suatu tempat dulu?”

“ke mana?”

“ke taman hiburan bagaimana?”

Eun Yoo menghela nafas. Kenapa harus tempat itu? “nae, terserah kau saja”

Kai merangkul Eun Yoo dan mengajaknya pulang bersama.

 

Baek Hyun bersandar di dekat pintu kelas 2 E. penghuninya sudah keluar satu persatu, tapi sosok yang dicari Baek Hyun belum muncul.

“ah Baek Hyun-shii, kau mencari seseorang?” tegur Lay, rekannya di club basket

“hokseng yang bernama Kristal ada di kelas ini kan?”tanya Baek Hyun

“nae, dia ada di dalam” Lay menengok ke dalam kelas sejenak “oh dia sudah ke sini. Aku duluan yah”

“nae… gomawo” Baek Hyun bertos ria dengan Lay sebelum rekannya itu pergi.

Kristal tidak melihat siapa yang berdiri di dekat pintu kelasnya karena ia sedang asyik mengutak-atik HP nya.

“Kristal-shii… bisa kita bicara?”tegur Baek Hyun membua langkah Kristal terhenti.

Yeoja itu menoleh dan terkejut bukan main. “Baek Hyun-shii?”

“nae…”

“a… ada apa?”

“aku ingin bicara denganmu”

“tentang apa?” Kristal tampak ragu.

Baek Hyun melangkah pelan menghampiri Kristal, perlahan dibelainya rambut panjang Kristal itu “mungkin tidak penting bagimu, tapi bagiku, ini cukup…”Baek Hyun menundukkan wajah, menyejajarkannya dengan wajah Kristal “penting”lanjutnya disertai desahan.

Kristal menggigit bibir. Namja di hadapannya ini, bahkan dengan tindakan yang begitu sederhana, bagi Kristal ini begitu seduktif, membuat otaknya kosong seketika “Nae…”

“ikut denganku” Baek Hyun tidak segan-segan meraih tangan Kristal dan menggegamnya. Dan betul saja kata Chan Yeol, yeoja itu menurut.

Baek Hyun hanya membelokkan mobilnya, memasuki gang yang tak jauh dari lingkungan sekolahnya.

“ini… rumah siapa?”tanya Kristal

Baek Hyun hanya menjawab dengan sebuah senyuman. Mereka pun turun dari mobil dan memasuki rumah kosong itu. Di dalam sudah ada Chan Yeol yang menunggu dikursi kayu satu-satunya di ruangan yang lengang itu. “sudah datang rupanya”

Kristal terkejut, ia langsung panik dan berniat lari. Tapi Baek Hyun langsung menangkap tangannya.

“mau kemana sayang, kita kan belum bicara banyak”ucap Baek Hyun

“a… ada apa ini sebenarnya. Kalian mau apa?”tanya kristal, panik.

“bukan apa-apa. Hanya bicara” Chan Yeol merengkuh lengan kristal dan mempersilakannya duduk di kursi kayu itu. Ia sendiri berjongkok di hadapannya. “kau terlalu cantik untuk melakukan hal licik”

“.. apa maksudmu?”Kristal gelagapan sendiri. Ia ingin menelpon Kai, tapi HP nya ada di tas, dan tasnya ditinggal di dalam mobil Baek Hyun

“langsung saja yah” Chan Yeol mengangkat alis, memasang tampang serius agar yeoja di depannya ini terintimidasi “siapa yang menyuruhmu?” seperti perjanjian awal, Chan Yeol yang menginterogasi sementara Baek Hyun hanya berdiri di belakang Kristal untuk berjaga-jaga kalau seandainya Kristal melarikan diri.

Sangat jelas dari raut wajahnya, kristal tersentak kaget “me… menyuruh apa?”

“jangan pura-pura bodoh. Atau aku harus menjelaskannya dari awal? Baiklah”Chan Yeol berdehem, menambah efek ketegangan Kristal “malam itu, di rumah Baek Hyun… kenapa kau bisa ada di sana?”

Kristal menelan ludah. Kai sudah memperingatkannya tentang hal ini, dan ia sudah mempersiapkan berbagai macam alasan agar ia tidak berada dalam kesulitan. Sebenarnya rencana Kristal adalah menghindari Baek Hyun dulu dan menunggu sampai keadaan betul-betul aman, sampai Baek Hyun betul-betul melepas Eun Yoo dan dia akan maju sebagai pengobat. Tapi sayang, ia kalah langkah.

“kau dengar kan? Kenapa kau ada di rumahku waktu itu?” ulang Baek Hyun, ia tampak sangat tidak sabar. Chan Yeol memberinya kode untuk tetap diam dan mengontrol emosi

“aku tidak akan menjawab”tegas kristal. Karena satu kali saja dia menjelaskan caranya, maka berikutnya, nama Kai akan dia sebut.

“kau harus menjawabnya sayang, atau…” Chan Yeol mengangkat alis. Baek Hyun bahkan takjub pada Chan Yeol karena ia bisa juga menampakkan ekspresi mengancamnya.

“a… atau apa?” kristal makin gelagapan. Dan dari wajahnya yang pucat serta keringatnya yang menetes, bisa dilihat dengan jelas, yeoja ini sukses terintimidasi

“jawab saja. kau juga akan menyesal bertanya kalau kusebutkan akibatnya”tambah Chan Yeol.

“ma… malam itu aku ingin memberi kejutan pada Baek Hyun”jawab Kristal terbata-bata

“dan kau sukses membuatku terkejut. Sebenarnya apa tujuanmu melakukan itu semua?”bentak Baek Hyun

“Baek Hyun-ah, tenangkan dirimu”tegur Chan Yeol lagi “kau sengaja melakukan itu untuk membuat Baek Hyun dan Eun Yoo berpisah, benar?”

Kristal mengangguk pelan dan takut-takut. Sebisa mungkin ia menjawab dengan jawaban yang penuh pertimbangan. “aku sangat menyukai Baek Hyun-shii”

“dan karena alasan itu kau bertindak licik seperti itu?”

Kristal tidak menjawab.

“baiklah, lupakan saja tentang alasan kenapa kau melakukan itu. Maksudku… bagaimana caranya sampai kau bisa berhasil menyusup ke dalam rumah, bahkan kamar Baek Hyun?”

“aku melakukannya sendiri”

Chan Yeol meletakkan tangannya di pegangan kursi sebagai tumpuan. Ia mencondongkan tubuhnya agak mendekati kristal “untuk ukuran seorang yeoja, itu cukup mustahil. Kita langsung ke intinya saja, siapa yang membantumu? Siapa dalang di balik ini semua. Karena saat kupelajari pribadimu, alibimu tidak cukup kuat untuk melakukan ini. Pasti ada alasan kuat lainnya”

Kristal menelan ludah, keringatnya semakin bercucuran.

“jawablah” Chan Yeol menyeka keringat di pelipis kristal, membuat yeoja itu tersentak kaget.

Kristal menggeleng “aku melakukannya sendiri dan untuk diriku sendiri”

“tapi raut wajahmu berkata lain, sayang” Chan Yeol menyentuh dagu Kristal “bibir yang sangat indah”ancamnya sembari mengulum bibirnya sendiri

Kristal tersentak untuk kesekian kalinya “kalau kau berani macam-macam padaku, aku akan berteriak”

“silakan saja. tidak akan ada yang mendengar, kami sengaja memilih rumah dengan lokasi terpencil seperti ini agar kami bisa melakukan apa saja padamu”Chan Yeol semakin berulah, dilepaskannya satu kancing kemeja kristal. Membuat yeoja itu betul-betul berteriak histeris.

Sementara itu Baek Hyun hanya bisa mengerjap-ngerjapkan mata, takjub dan tidak menyangka Chan Yeol bisa sesadis itu juga.

“kau akan kulaporkan pada polisi atas tindakanmu ini”Kristal balas mengancam

“silakan saja, tapi Polisi sudah akan menemukan tubuhmu tergeletak di ruangan ini tanpa busana… dan” Chan Yeol meraih tengkuk Kristal “dan tanpa nyawa”

Kristal terperanjat “Kau kejam”

“tidak sekejam tindakanmu itu sayang. Jadi, kau mau mengungkapkan semuanya atau, aku gunakan cara itu untuk membuatmu buka mulut?”

Kristal sudah tidak bisa berkutik. Ia menutup bibirnya rapat-rapat saat nama Kai sudah berada diujung lidahnya.

“baiklah… kau yang meminta” Chan Yeol menegakkan tubuhnya, masih dengan ekspresi mengancam, ia melepas jas sekolahnya dan melemparnya ke sembarang arah “Baek Hyun-ah, kalau kau tidak ingin ikut bergabung, kau keluar saja dan tutup telingamu”

“Hyung …kau…”Baek Hyun gelagapan sendiri

“kau pikir aku bercanda? Keluarlah”

“tapi?”

“tidak akan lama. 10 menit cukup” Chan Yeol mengedipkan sebelah matanya pada kristal “seperti itu kan?”

Kristal menelan ludah. Setampan apapun wajah Chan Yeol, saat tatapannya seperti itu, tetap saja sangat menakutkan “kalau kau berani menyentuhku, kau akan…”

“akan apa sayang?” Chan Yeol melepas kancing kemejanya satu persatu

“kumohon jangan lakukan itu padaku” Kristal mulai mengeluarkan senjata andalan seorang yeoja.

Air mata

“sayangnya aku hanya memberi 2 pilihan. Pilihan pertama adalah, katakan dengan jelas siapa dalang di balik semua tindakan mu itu. Dan pilihan kedua…”Chan Yeol tidak membuka penuh kemejanya, hanya menampakkan abs yang mulai terbentuk “10 menit bersamaku”

Kristal berteriak histeris. Sementara Baek Hyun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Kalau betul yeoja ini tetap bungkam, ia tidak bisa menjamin kalau Chan Yeol tidak akan merealisasikan ancamannya.

“jadi kita mulai dari mana?”Chan Yeol sudah medekatkan wajahnya.

“ARASSO…ARASSO… AKAN KUKATAKAN… AKAN KUKATAKAN”pekik kristal sambil memejamkan mata saking takutnya.

Chan Yeol melirik Baek Hyun sambil tersenyum “hum, katakanlah. Aku masih menunggu”

“aku tidak sendiri dalam hal ini”ungkap Kristal sangat fasih

“aku tahu, untuk itulah aku bertanya”

“tapi tolong jangan katakan padanya kalau aku yang membongkar ini”

Chan Yeol mengangkat sebelah alis. Sudah ada nama yang bisa ia duga, dan tampaknya nama itu cukup berpengaruh, karena yeoja ini sangat ketakutan “tenang saja, sebagai gantinya, kami akan melindungimu dari… siapapun orang itu”

Kristal menelan ludah “di… dia sangat mencintai Eun Yoo, karena itu dia melakukan ini semua”

Baek Hyun memejamkan mata. ia sudah langsung tahu siapa yang dimaksud.

“Kim Jong In”lanjut Kristal.

Baek Hyun langsung beranjak pergi. Tapi Chan Yeol menangkap lengannya

“tunggu, ada yang janggal. Kenyataannya, Eun Yoo langsung percaya dengan drama konyol yang dimainkan yeoja ini, terlepas dari sutradaranya adalah Kai… aku rasa, Eun Yoo tahu hal ini, karena mana mungkin dia langsung percaya” Chan Yeol kembali menatap Kristal “apa tebakanku salah?”

Kristal menelan ludah. Terlanjur basah juga “Eun Yoo tahu semuanya”

Baek Hyun membelalak “LALU APA MAKSUD DI BALIK SEMUA INI???”

Chan Yeol menepuk pundak Baek Hyun “tenangkan dulu dirimu, biarkan dia menyelesaikan ceritanya”

“a… aku tidak begitu tahu tentang perjanjian itu. Tapi, ini semacam kompromi. Maksudku… ada yang telah dilakukan Kai untuk Baek Hyun-shii, dan imbalannya adalah… Eun Yoo bisa menjadi kekasihnya. Mengenai keberadaanku di rumahmu, itu hanyalah spekulasi agar Eun Yoo punya alasan putus darimu”lanjut Kristal

“tunggu… apa tadi? apa yang telah dilakukan Kai untuk Baek Hyun?” tanya Chan Yeol masih tenang

“a… aku tidak tahu hal itu”

“basket”Baek Hyun menjawab dengan tatapan kosong ke depan

Chan Yeol menoleh padanya dengan kening berkerut “ada apa dengan basket”

“sudah kuduga, sejak awal. Memang terasa janggal saat Kai memintaku kembali ke tim. Ternyata…”Baek Hyun menatap Chan Yeol dengan tatapan nanar “Eun Yoo yang memintanya pada Kai agar mencabut sumpahku itu, dan tentu saja Kai melakukannya tidak dengan Cuma-cuma”

Chan Yeol tersentak “Ya Tuhan… aku bahkan tidak terpikir sampai ke situ”

“aku harus menemui Eun Yoo”Baek Hyun sudah bersiap pergi

“tunggu… kita bereskan ini dulu” Chan Yeol menatap Kristal “kejadian ini, di tempat ini, jangan katakan pada Kai. Dampaknya bukan pada kami, tapi padamu, kau mengerti kan?”

Kristal mengangguk cepat “nae…nae… aku sudah menurut, jadi tolong biarkan aku pergi”

“kami akan mengantarmu pulang” Chan Yeol kembali membetulkan kancing bajunya dan memasang jas nya.

 

 

Otak Baek Hyun serasa panas, bahkan hendak meledak. Kenyataan yang terungkap seolah menghantam habis kepalanya. Ia semakin stress begitu ia dan Chan Yeol tiba di rumah, dan Eun Yoo tidak ada.

Sementara itu Chan Yeol sibuk menghubungi nomor adiknya, tapi tidak aktif “apa aku harus menghubungi Kai?”

Baek Hyun menoleh. Ia sudah mondar-mandir seperti orang gila di ruang tengah rumah Chan Yeol “siapa saja asal kita tahu keberadaannya”

“hei, tenangkan dirimu, ini masih sore, mungkin mereka singgah ke suatu tempat dulu”

“hyung… aku sudah hampir gila”Baek Hyun mengacak rambutnya

“ara…ara, tunggu sebentar, aku menelpon Kai dulu. Dan kau jangan bersuara”

“nae… cepatlah”

Chan Yeol menghela nafas, dan mengontak nomor Kai “Kai… apa Eun Yoo bersamamu?__ah tidak apa-apa, aku sudah di rumah dan tidak menemukan Eun Yoo, kupikir dia kemana, jadi dia bersamamu?__oh… di mana?__ taman hiburan?__jam berapa kalian pulang?__ tidak apa-apa aku hanya mencemaskan adikku, dia tidak enak badan, jangan terlalu lama berpanas-panasan__itu saja. annyeong”Chan Yeol menuup flip HP nya dan menatap Baek Hyun “kita tunggu saja atau kita ke sana?”

“langsung ke sana saja, untuk apa menunggu lama-lama” Baek Hyun semakin tidak sabaran.

“kau yakin tidak akan terjadi keributan? Itu tempat umum, kau ingat kan?”

“tapi hyung, semakin di tunda, emosiku akan semakin meningkat. Untuk masalah menghajar Kai… lakukan apapun agar aku tidak bertemu dengannya. Yang ingin kutemui sekarang hanyalah Eun Yoo”

Chan Yeol menggelengkan kepalanya berkali-kali “stalking?”

“apapun… kumohon hyung”

“ara…ara. Ayo pergi. Kau memang sulit di larang”

 

 

“gwenchanayo?”tanya Kai cemas melihat Eun Yoo memegangi kepalanya

“nae… hanya pusing sedikit. Aku memang tidak pernah sukses dan tidak pernah baik-baik saja setelah menaiki roller coaster”jawab Eun Yoo

“tahu begitu kenapa kau nekat?”

“sekiranya itu cukup menghilangkan stress”

Kai menghela nafas. Jadi Eun Yoo bukannya ketakutan saat ia berteriak histeris tadi, Eun Yoo hanya meluapkan segala kepenatannya dengan berteriak sekeras mungkin saat naik wahana itu “ingin makan sesuatu?”

“es krim saja. tenggorokanku kering”

Kai merangkul pundak Eun Yoo “oke, kita ke stand itu”

Eun Yoo menunggu di pinggir stand, tepatnya di bawah pohon yang teduh sembari menunggu Kai yang ikut mengantri untuk membeli es krim. Eun Yoo mengitarkan pandangannya, sampai matanya tertuju pada sebuah stand permainan yang cukup… familiar. Eun Yoo berjalan mendekati stand itu dan melihat-lihat isinya. Ia mencari sebuah kotak perhiasan berlapis kain beludru berwarna merah, tapi ia tidak menemukannya.

“Annyeonghasimnika agashii, kau ingin bermain?” sapa penjaga stand itu

“ah… ani, aku hanya melihat-lihat saja”balas Eun Yoo sambil tersenyum

“hei, bukankah kau yang tempo hari itu. Di mana namjachingumu yang ramah itu”

“nam… namjachinguku yang ramah?”

“aku selalu memperhatikan kalian setiap kalian ke sini, sangat rutin. Mungkin kau tidak menyadarainya. Tapi sejak sebulan terakhir ini sudah tidak pernah lagi. Oh ya, apa dia sudah memberikannya?”

“memberikan apa?” Eun Yoo semakin tidak mengerti.

“itu… ah sepertinya belum. Jadi aku tidak berhak memberitahumu, mungkin dia punya rencana untuk memberimu kejutan”

“dia siapa?”

pEnjaga stand itu mengerutkan kening “tentu saja namja cingumu yang sering bersamamu itu”

Eun Yoo memejamkan mata, mencoba mengontrol perasaannya. Pasti yang orang ini maksud adalah Baek Hyun. “dia…”

“Eun Yoo-ah, ini es krimnya” Kai muncul dan menyerahkan es krim rasa strawberi untuk Eun Yoo.

“nae… gomawo” Eun Yoo menerimanya dan menatap penjaga stand tadi “ini namjachinguku”ucapnya.

Kai sampai terbatuk,. Jelas saja ia terkejut karena ini pertama kalinya Eun Yoo memperkenalkan dirinya sebagai kekasih pada orang lain.

Penjaga stand itu cukup kaget “eh… bukankah…”

“nae… dia namjachinguku yang sekarang”tambah Eun Yoo

Penjaga stand itu mengangguk “ah nae, aku mengerti”

“Kami pergi dulu, masih banyak stand yang ingin kami singgahi. Sampai jumpa” pamit Eun Yoo

“ah nae… sampai jumpa”

Eun Yoo menggamit lengan Kai dan mengajaknya melanjutkan langkah. Sementara Kai hanya menatap Eun Yoo keheranan.

“kau kenapa?” tanya Kai

“aku kenapa?” Eun Yoo balik bertanya

“kau sangat manis tadi. Tumben sekali”

“apa aku salah mengatakannya?”

“tidak… tidak. Aku sangat suka”

Eun Yoo tersenyum

“hei es krimmu meleleh”tegur Kai

“ah…” Eun Yoo hendak menjilati lelehan es krim di jarinya, tapi Kai menangkap tangannya.

“aku saja”

Belum sempat Eun Yoo mengeluarkan protes, Kai sudah sukses menjilati jari telunjuk Eun Yoo. “Kai….”

“waeyo…?”

Wajah Eun Yoo merona “kan kotor”

“tidak masalah”

Eun Yoo menghela nafas. Sebuah memory kembali tereka di benaknya, saat Baek Hyun memintanya menyuapkan gulali ke mulut Baek Hyun. Ironis, ini seolah terjadi kembali, hanya saja oleh pribadi yang berbeda.

“kau ingin naik wahana lain?”tanya Kai, membuyarkan lamunan Eun Yoo

“nae… tapi aku ke toilet dulu”jawab Eun Yoo

“baiklah, kutunggu di bangku itu yah”

Eun Yoo mengangguk kemudian beranjak pergi menuju gedung utama.

 

 

Eun Yoo POV

Aku sudah mulai terbiasa dengan Kai. Tidak buruk, sedikit demi sedikit aku sudah mampu menerimanya. Hanya saja, menempatkannya pada posisi utama dan menggeser Baek Hyun masih merupakan hal yang mustahil. Tapi sepertinya waktu akan menjawab semuanya, karena kini kehampaan tengah menyergapku. Aku sudah sukses mengkhianati perasaanku pada Baek Hyun. Yah… ciuman pertamaku itu yang seharusnya untuk Baek Hyun, telah kuberikan pada Kai. Ironis… dan aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.

Aku tetap membutuhkan jeda untuk bernafas saat bersama Kai, setiap hal terjadi bersamanya semakin bisa kuikuti alurnya. Sudah kukatakan, aku sudah mulai menerimanya, dan sudah mulai terbiasa. Terlebih, ini bukan hanya sekedar menepati janji, ataupun membalas budi yang dalam hal ini adalah hutang nyawa. Tapi… aku menyadari sesuatu.

Kai… CUKUP berarti untukku.

Terlepas dari kata aku mencintainya atau tidak, kurasa itu tidak penting. Karena aku akan berusaha semampu mungkin untuk menerima Kai seutuhnya.

Aku tersentak. Maksudku, seseorang menarik tanganku saat aku berbelok di sebuah koridor yang mengantarai toilet namja dan yeoja. Tanpa ada jeda untuk melihat siapa pelakunya, aku sudah berakhir dalam pelukannya.

Tidak perlu memberontak dan melihat siapa dia, karena aku bisa langsung mengenalinya. Pelukan ini, aroma tubuh yang menenangkan ini, rengkuhan penuh kerinduan ini. Siapa lagi kalau bukan…

Byun Baek Hyun!

Aku tidak langsung melepas pelukan kerinduan ini dengan sebuah sentakan, tamparan, atau bentuk pemberontakan lain, karena kupikir, mungkin ini bisa membayar kerinduannya. Atau juga kerinduanku, entahlah. Aku betul-betul hampa saat ini.

“hentikan semua ini” suara pertama yang ia keluarkan setelah beberapa menit berpelukan dalam diam.

Aku tidak tahu apa maksudnya, tapi aku juga tidak ingin bertanya, aku tidak ingin tahu.

“Eun Yoo-ah… kembalilah ke sisiku”lanjutnya.

Kurasa ini sudah cukup. Kulepas pelukannya dan menatapnya datar “kurasa kau tahu jawabanku Baek Hyun-ah. Saat ini, yang menjadi pemilik atas diriku adalah Kai”

“tidak lagi. karena aku sudah tahu semuanya”

Aku hanya terdiam, menatapnya dan menunggu ia melanjutkan kalimat samar itu.

“janji yang kau buat dengan Kai… lupakan saja”tambahnya dengan suara berat.

Jujur, aku terkejut. Aku tidak butuh penjelasan panjang tentang apa yang ia maksud, karena dari ekspresinya aku sudah paham, kalau Baek Hyun sudah tahu semuanya. entah siapa yang memberi tahunya, tapi ekspresi wajahnya itu menandakan bahwa Baek Hyun tahu segalanya, bahkan sampai ke akarnya.

“Eun Yoo-ah, kembalilah padaku. Mengenai janji konyol itu, lupakanlah. Dan tentang apa yang kau lakukan agar aku kembali bermain basket… aku sangat menghargainya, tapi percayalah, kalau saja kau memintaku untuk memberimu pilihan itu, aku lebih baik melepas semua mimpiku hanya untuk bersamamu”tuturnya dengan suara bergetar.

Aku memejamkan mata. bukan ini yang kumau, kalau sejak awal aku ingin Baek Hyun melepas mimpinya demi diriku, aku jelas tidak akan melakukan hal sampai sejauh ini. Bukan ini yang kuinginkan. Aku hanya ingin melihat Baek Hyun mencapai mimpi dan cita-citanya, yang berarti tanpa aku di sana “Baek Hyun-ah, kurasa kau salah akan satu hal”

Baek Hyun menatapku. Keningnya bertaut tanda tak mengerti.

“benar… awalnya aku hanya membuat perjanjian dengan Kai. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku juga menyadari satu hal” aku menahan nafas sejenak “sepertinya aku tidak bisa berpisah dari Kai”

Baek Hyun terkejut, bisa kulihat ia melangkah mundur saking kagetnya “bi… bicara apa kau?”

“bukan janji lagi yang menjadi dasar hubungan kami. Baek Hyun-ah, percayalah, Kai punya sesuatu yang tidak kau punyai selama kita berhubungan”tambahku, entah berasal dari mana kalimat ajaib ini

“Eun Yoo-ah… kau”

“benar. Aku belum berani mengatakan kalau perasaanku pada Kai adalah cinta. Tapi… keberadaan Kai… sangat penting di sisiku”

Baek Hyun tersentak, kemudian merengkuh kedua lenganku “Eun Yoo-ah, kau sedang berbohong kan? Lalu kemana semua kenangan yang kita lalui selama hampir 5 tahun? Apa itu tidak cukup sebagai pertimbangan bahwa aku lebih penting bagimu dari pada Kai?”

Aku tersenyum, sebenarnya pilu, aku bahkan tidak tahu dari mana keberanianku untuk tersenyum itu “di dunia ini ada satu dimensi yang cukup mampu mengimbangi dimensi waktu, Baek Hyun-ah. Itu adalah dimensi ruang, dan kuharap kau percaya, bahwa Kai berhasil memanfaatkan dimensi ruang itu untuk bersamaku, dan menghapus dimensi waktu yang pernah kulalui selama bersamamu” tuturku yang sebenarnya semua perkataanku benar. Hanya saja, aku melakukan kebohongan besar di kalimat terakhir.

Lagi-lagi Baek Hyun tersentak. Kedua tangannya luruh dari lenganku, ia menatapku tak percaya “kau… siapa kau… aku tidak mengenali dirimu yang sekarang… kau kemanakan Eun Yoo-ku yang dulu?”

“satu hal lagi Baek Hyun-ah. Aku bukan lagi milikmu, aku adalah milik Kai”

“Park Eun Yoo…”

Aku melirik arlojiku “Kai pasti sudah cemas menungguku. Baek Hyun-ah… selamat tinggal”

“PARK EUN YOO” Baek Hyun mencengkram tanganku “ini lelucon terkonyol yang pernah kau lakukan di hadapanku. Hentikan semua ini”

Aku menyentak tanganku “kau pikir hubunganku dengan Kai adalah lelucon?”

Baek Hyun menatapku. Marah!

Aku harus melakukan apapaun agar namja yang kucintai ini melepasku tanpa beban dan ia tetap fokus mengejar mimpinya. Aku melepas syalku, melepas kancing atas kemejaku dan menarik turun kerah bajuku “ini bisa menjawab bukan? Aku dan Kai tidak bercanda dalam behubungan”ucapku sembari memperlihatkan jejak Kai di leherku.

Baek Hyun menatapku nanar, aku tahu ia shock. Dan aku harap ini cukup, karena semenit lagi aku di sini, aku pasti akan mati. Aku sudah tidak kuat. “selamat tinggal Baek Hyun-ah, yang perlu kau lakukan sekarang adalah urusi dirimu sendiri, karena sudah ada Kai di sisiku” aku beranjak meninggalkannya. Dengan ekor mataku, aku masih bisa melihatnya mematung dengan pandangan kosong.

Mianhae… it’s just because I love you for the real

 

Kai menyambutku saat aku menemuinya di bangku taman “dari mana saj__”

“Kai… bawa aku pergi”ucapku dengan nada lemah. Aku rasa tidak hanya mentalku yang koyak, fisikku juga sudah tidak mampu bertahan.

“ka…kau kenapa, apa yang terjadi? Kau pucat sekali” Kai merengkuh kedua pundakku

“kumohon, bawa aku per…gi” dan semuanya terlihat gelap, kesadaran terakhirku berhenti di situ.

 

 

Kai POV

Aku memandangi Eun Yoo yang terlelap di atas tempat tidurku. Maksudku… bukan, dia tidak terlelap, karena dia tidak tidur, dokter bilang kondisi tubuhnya menurun drastis, dan kalau seperti ini, dia bisa sakit. Padahal sebelumnya dia baik-baik saja, aku betul-betul tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya.

Kuraih tangannya dan kugenggam erat. Betapa aku takut kehilangan yeoja ini, setelah penuh perjuangan mendapatkannya, bahkan sampai menyakiti banyak orang termasuk yeoja ini sendiri, aku jelas tidak akan bisa melepaskannya begitu saja. aku yang akan membahagiakannya. Aku yang akan menjaganya. Dan aku yakin, suatu saat yeoja ini akan datang padaku dan mengucapkan kalimat saranghaeyo padaku.

Orang mungkin akan mengataiku sakit, atau bahkan psikopat. Itu karena mereka tidak tahu posisiku. Mereka tidak tahu apa itu cinta. Bagiku, inilah cinta. Segala hal yang ada, akan menjadi lumrah saat alasannya adalah untuk cinta. Aku bisa melakukan apa saja karena cinta ini. Bagiku…

Inilah cinta.

Eun Yoo membuka matanya dengan perlahan, kemudian menoleh padaku. Oh sial, kenapa air mataku menetes? Kenapa aku bisa sampai secengeng ini saat sesuatu hal sudah berhubungan dengan Eun Yoo.

“Kai… kau menangis?”lirih Eun Yoo masih dengan suara lemah

“ah… tidak” aku mengusap cepat air mataku “kau baik-baik saja?”

Eun Yoo mengangguk lemah dan tersenyum. Sial.. air mataku menetes lagi. “Kai…”

“a… ini bukan apa-apa. Mataku kelilipan, mungkin kamar ini penuh debu”

Eun Yoo bangkit dari pembaringannya, menatapku yang masih duduk di sebelahnya. Perlahan ia menyentuh pipiku dengan lembut. Sangat lembut, dan itu membawa kedamaian dalam hatiku yang sempat kalut. Eun Yoo mengusap air mataku dengan pelan, masih dengan menatapku lembut.

Kugenggam tangannya yang menempel di pipiku, dan menatapnya sendu “aku mencintaimu. Dan aku tidak tahu, cinta bisa menyakitkan seperti ini”

“apa aku yang menyakitimu?” tanya Eun Yoo

“bukan… aku sendiri yang menyakiti diriku”

“kalau begitu, berhentilah menyakiti dirimu”

“Eun Yoo-ah… aku akan terus seperti ini selama aku melihat luka itu di pancaran matamu. Aku yang menyebabkan luka itu. Itulah yang kumaksud aku yang menyakiti diriku sendiri”

Eun Yoo menghela nafas, masih menatapku “aku bertemu dengannya”

Aku jelas tersentak. Tanpa menyebut namanya pun aku sudah bisa tahu siapa yang dimaksud.

“Kai… aku dan Baek Hyun, betul-betul berakhir”ucapnya dengan tatapan sendu. Dan aku benci melihat tatapan itu. Tatapan penuh luka, yang memancarkan rasa sakit.

“Eun Yoo-ah…”

“jadi berhentilah menyakiti dirimu sendiri. Aku adalah milikmu sekarang”

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Eun Yoo sudah mengatakannya, kalau ia telah mencoba untuk menerimaku, dan mencintaiku sepenuhnya. Bisa kulihat usahanya itu, dan aku tidak ingin menuntut lebih, karena itu hanya akan menyiksanya. “mianhae” hanya kalimat konyol itu yang keluar dari mulutku.

“gwenchana. Aku adalah yeojachingumu. Jadi tidak apa-apa”

Kalimat sederhana Eun Yoo, membuatku tenang. Dan aku ingin sekali memeluk Eun Yoo saat ini. Dan siapapun tidak akan percaya, Eun Yoo lebih dulu memelukku

“terima kasih telah mencintaiku”lanjutnya.

Akupun mengeratkan pelukan itu, seolah tidak ingin melepasnya “aku berjanji, akan membahagiakanmu Eun Yoo-ah, aku tidak akan menyakitimu. Aku berjanji”

 

 

Author POV

 

Chan Yeol keheranan saat melihat panggilan masuk di HP nya. Padahal ia baru berencana istirahat setelah membuntuti Kai tadi di taman hiburan. Setelah memastikan Kai dan Eun Yoo terpisah di taman tadi, dan memastikan Baek Hyun sudah bertemu Eun Yoo, dia merasa tugasnya sudah selesai, makanya ia pulang lebih dulu. Tapi panggilan dari Baek Hyun ini apa maksudnya?

“nae Baek Hyun-ah… waeyo?”sapa Chan Yeol saat menjawab telepon dari Baek Hyun.

“semuanya sudah berakhir hyung”sahut Baek Hyun dengan nada lemah. Itu juga yang membuat Chan Yeol semakin heran, berakhir? Itu artinya permasalahannya yang berakhir kan? Dan semuanya beres. Itu persepsinya

“chuk.. chukkae. Tapi kenapa kau kedengaran tidak senang?”

“hyung… aku sudah sangat terlambat”lanjut Baek Hyun dengan kalimat makin kabur.

“kau sedang berbicara apa? Aku sama sekali tidak mengerti”

“usaha kita sia-sia hyung. Percuma. Eun Yoo… tidak akan meninggalkan Kai”

Chan Yeol terbatuk saking kagetnya “apa-apaan ini? Bukankah kita sudah tahu alasan dibalik ini semua? Kau sudah memberitahu Eun Yoo kan?”

“tidak berpengaruh sama sekali, ini bahkan lebih dalam. Eun Yoo… sudah melupakanku”

“hya… kau ini bicara apa?”

“Eun Yoo sudah berubah hyung, aku bahkan sudah tidak mengenalnya. Dia bukan Eun Yoo yang kukenal dulu. Seberkas cahaya pun dari sorot matanya kini tidak bisa kubaca. Dan saat ia mengatakan tidak bisa berpisah dari Kai, di situlah aku sadar, kalau aku sudah terlambat. Sangat terlambat, karena Eun Yoo juga sudah menyerah terhadapku”

“Baek Hyun-ah..”

“ah maaf sudah merepotkanmu hyung”

“bukan begitu. Ya Tuhan, apa yang harus kukatakan?”

“hyung… gomawoyo”

“HYA… bicara apa kau? Kenapa kesannya kau akan bunuh diri setelah memutuskan pembicaraan ini”

Baek Hyun tertawa pilu “aku memang terluka hyung, tapi luka ini masih bisa kukendalikan agar tidak menuntunku untuk mengambil jalan bodoh”

“tapi kenapa ucapanmu sangat aneh?”

“aku hanya berterima kasih karena kau sudah mendukungku sampai akhir. Aku tidak bisa membayangkan, kalau saja bukan karena pikiran dewasamu, aku mungkin masih melampiaskan emosiku dengan memukuli orang”

“itu… bukan apa-apa, karena kau sudah kuanggap sebagai adik kandung sendiri. Tapi berhentilah mengatakan hal-hal aneh, kau membuatku khawatir”

“arassoyo. Gomawo. Kali ini karena telah mendengarkan keluhanku”

“kau di mana? Sepertinya kita harus bertemu”

“ah tidak perlu, beristirahatlah. Kita bisa bertemu di sekolah”

“ng, baiklah”

 

 

Eun Yoo turun dari mobil Kai, dan melambaikan tangan pada namja yang mengantarnya pulang itu. Sudah pukul 8 malam, waktu yang cukup lama untuk keluyuran sejak jam pulang sekolah.

Eun Yoo masih memandangi ujung jalan, padahal mobil Kai sudah pergi dan menghilang sejak tadi. Sebenarnya bukan Kai yang dia pikirkan. Tapi ia berusaha menampik semuanya. sudah sejauh ini dan dia tidak bisa mundur sedikitpun.

Eun Yoo berbalik, dan langkahnya langsung terhenti begitu melihat siapa yang bersandar di pintu pagar rumahnya.

“bukankah permbicaraan kita sudah selesai?”itu sambutan Eun Yoo pada sosok yang berdiri di hadapannya itu.

Namja itu melangkah pelan berdiri persis di hadapan Eun Yoo, membuat yeoja itu harus mendongak agar bisa menyejajarkan wajah. “anggap saja penutup pembicaraan tadi”

“apa maksudmu… Baek Hyun-ah?”

Baek Hyun menghela nafas “aku hanya ingin memastikan satu hal”

“apa itu?”

“apa kau bahagia bersama Kai?”

Eun Yoo jelas tersentak. Pertanyaan bodoh “tentu… tentu saja aku bahagia, kenapa kau bertanya begitu?”

Baek Hyun mengangguk “aku mengerti. Itu sudah cukup”

“Hya? Apa maksudmu?”

Baek Hyun tersenyum tipis “Eun Yoo-ah, bisa aku memelukmu sekali lagi?”

Perasaan Eun Yoo semakin tidak enak “sebenarnya apa yang akan kau lakukan?”

“hanya memelukmu.  Apa hanya untuk memelukmu sebagai teman sudah tidak bisa? Apa betul-betul tidak bisa?”

“maksudku… kenapa cara bicaramu jadi aneh begini?”

Baek Hyun lagi-lagi tersenyum “kukira kau sudah melupakanku, tapi sikapmu terhadapku seolah masih mengenal betul diriku”

Seolah tertohok pedang panjang, Eun Yoo menghela nafas “kau tidak akan berbuat macam-macam kan?”

Baek Hyun menggeleng “jadi, bisa kah aku memelukmu?”

Eun Yoo tidak menjawab. Ia rasa, diam adalah jawaban yang paling tepat untuk mengiyakan permintaan itu. hanya selang 10 detik berikutnya, Baek Hyun langsung mengulurkan tangan dan meraih Eun Yoo ke dalam pelukannya.

Ada yang beda dari pelukan itu. Eun Yoo merasakannya, terasa sangat aneh, tapi Eun Yoo takut untuk menebak. Terlebih dia sendiri yang menegaskan kalau mereka sudah berakhir.

Tapi tetap saja ada yang mengganjal di hatinya, kenapa pelukan itu terasa beda?terasa aneh. Dan yang paling penting… Apa arti pelukan itu?

Terlebih Baek Hyun membisikkan kalimat aneh sebelum dia melepas pelukan itu dan pergi. Eun Yoo terus saja berusaha menebak apa makna dibalik sikap aneh Baek Hyun. Bisikan itu juga… apa maksudnya? “semoga kau bahagia. Inilah cinta

 

Keesokan harinya, kegelisahan Eun Yoo semakin bertambah. Terlebih bangku di belakangnya tetap kosong hingga jam pelajaran pertama berakhir. Kemana orang itu?

Dan saat jam istirahat tiba, jawabannya mulai tampak.

Chan Yeol dengan wajah merah padam masuk ke dalam kelas Eun Yoo

Eun Yoo jelas kaget saat kakaknya itu menghampirinya, bahkan tanpa menyapa “Eun Yoo-ah, kalian tidak sedang sibuk kan? Jadi… bisa kupinjam NAMJACHINGU-mu sebentar? Ada yang ingin kubicarakan padanya”ucap Chan Yeol tanpa seulas senyum sedikitpun. Bahkan dari cara bicaranya saat menekankan kata NAMJACHINGU, itu terkesan menyindir dan ada sesuatu di baliknya. Yah, Chan Yeol kelihatan sangat marah.

Eun Yoo jelas tidak ingin protes, karena sepertinya bukan pada tempatnya. Ia hanya berdiri dari tempat duduknya dan membiarkan Kai keluar.

“ada apa hyung?”tanya Kai kebingungan.

“ikut denganku” perintah Chan Yeol dingin, kemudian menoleh pada adiknya “kau juga boleh ikut kalau kau khawatir namjachingu mu ini kuhajar” Chan Yeol melangkah lebih dulu meninggalkan mereka.

Eun Yoo semakin tidak mengerti. Ini pertama kalinya kakak nya bersikap sesinis itu padanya. Dan ia semakin yakin, permasalahan ini tidak sederhana, dan entah kenapa ia yakin bahwa ini tentang Baek Hyun!

Tidak jauh-jauh. Chan Yeol hanya menunggu kedua orang itu di GOR yang masih sepi. Kai dan Eun Yoo berdiri di hadapan Chan Yeol seolah memposisikan diri sebagai terdakwa yang siap dihakimi.

Chan Yeol memulai “Hya Kim Jong In. bisa kau jelaskan ini???” Chan Yeol melemparkan beberapa lembar kertas ke arah Kai. Sudah jelas dari tatapan Chan Yeol, dia marah.

“apa ini?” Kai mengambil selembar kertas itu dan membacanya sekilas. “NBA?” Kai mengangkat wajah dan menatap Chan Yeol “atas namaku?”

“kenapa kau bertanya? Aku justru ingin kau menjelaskan hal itu”

“hyung… aku tidak tahu apa-apa tentang ini”

Chan Yeol berdecak kesal. Tangannya sudah gatal hendak menghajar Kai “nama yang seharusnya tercantum di situ adalah Byun Baek Hyun, kenapa bisa terganti atas namamu?”

“a… aku tidak tahu apa-apa. Sungguh! Maksudku, aku juga menginginkan ini, tapi aku tidak pernah protes saat aku tidak terpilih”

“lalu apa arti semua ini? Spekulasi? Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kau ingin merebut semuanya?” nada bicara Chan Yeol semakin meninggi. Eun Yoo semakin khawatir, walau tidak mengerti inti permasalahan ini, tapi dia yakin dibalik sindiran itu, tersirat namanya.

“Hyung… aku…”

“Apa? Mau apa lagi kau? Setelah Eun Yoo dan mimpi Baek Hyun menembus NBA, apa lagi yang ingin kau rebut darinya?”

Eun Yoo tersentak. Ia baru menyadari sesuatu “Op…Oppa… a… apa maksudmu?”

Chan Yeol menoleh pada adiknya “apalagi yang harus kujelaskan padamu. Kau sudah mendapatkan keinginanmu kan? Bahagia bersama namjachingu barumu. Kupikir kau melakukan ini demi Baek Hyun, tapi omong kosong. Tindakanmu justru membuat Baek Hyun melepas segalanya. Kau puas?”

Eun Yoo makin shock, bentakan kakaknya bukan masalah, tapi mengenai isi kalimat itu “me… melepas segalanya? Jangan bilang…”

“nae… Baek Hyun melepaskan mimpinya. Tentang NBA itu, dia menyerah dan mengusulkan nama Kai sebagai gantinya. PUAS??? Ini yang kau mau bukan?”

Eun Yoo membungkam mulutnya. Tidak sanggup lagi menahan keterkejutannya.

“dan entah ini berita menggembirakan untukmu atau bukan. Kurasa ketidakhadiran Baek Hyun hari ini bisa memperjelasnya, kalau anak itu sudah pindah”

Lagi-lagi Eun Yoo tersentak, dan kalau saja Kai tidak menyangga tubuhnya, yeoja itu pasti sudah luruh ke tanah “kojitmal… semua yang oppa katakan pasti hanya sebuah kebohongan”

Chan Yeol melengos “hanya satu hal yang menyadarkanku untuk tidak membencimu Eun Yoo-ah. Kau adikku satu-satunya dan aku sangat menyayangimu, tapi tetap saja aku menyesali tindakanmu”

“Oppa…”

Chan Yeol menatap Kai “dan kau… selamat. Besok kau akan diangkat oleh pak pelatih untuk menjadi kapten tim” Chan Yeol

Atmosfer berubah hening mencekam. Eun Yoo masih tidak bisa menelaah setiap ucapan mengejutkan dari kakaknya, ia berusaha meyakinkan diri bahwa Baek Hyun tidak mungkin menyerah sampai seperi itu. Tidak hanya melepaskan cintanya, tapi juga mimpinya. Jika itu benar, berarti Eun Yoo telah sukses membuat namja yang dicintainya itu cacat!

Dering  HP Chan Yeol memecahkan keheningan itu. Chan Yeol langsung menjawab panggilan dari Su Ho “bagaimana? Ada kabar tentang anak itu?”

“nae… tepat seperti tebakanmu, Baek Hyun mengambil penerbangan domestic. Ke jepang, dan sialnya, penerbangan terakhir ke Jepang adalah sejam yang lalu. Dan saat kutanyakan nama penumpang atas nama Byun Baek Hyun. Benar, dia betul-betul pergi” lapor Su Ho

Chan Yeol menghela nafas lelah “maaf merepotkanmu Su Ho-ya”

“bukan masalah, aku juga masih di Bandara mengantar keluargaku. Aku akan kembali ke sekolah sejam lagi”

“arasso. Gomawo” Chan Yeol mematikan ponselnya. “anak bodoh…. Kenapa dia menyerah sampai seperti ini” hardik Chan Yeol seorang diri.

“Oppa… Baek Hyun… Baek Hyun…”suara Eun Yoo bergetar, tinggal menghitung detik dan yeoja ini akan menangis.

“apalagi yang harus kukatakan. Anak itu sudah pergi, melepas segalanya, dan kurasa dia ingin memulai kehidupan yang baru di Jepang. Cukup… aku harus pergi, kau tahu Eun Yoo-ah, hubunganku dan Baek Hyun mungkin sebatas sahabat, tapi kepergiannya cukup membuatku terpukul. Aku sedih, aku marah. Sekali lagi karena aku mengingat kau adalah adikku yang paling kusayangi, aku tidak bisa membencimu”

Tepat di kalimat terakhir Chan Yeol, Eun Yoo menutup wajahnya dan menangis.

“dan kau… kuharap usahamu merebut Eun Yoo dari Baek Hyun tidak berakhir tragis. Karena Kalau sampai kau menyakiti adikku, kau tidak akan selamat” Chan Yeol menunjuk ke wajah Kai kemudian beranjak pergi dengan emosi masih bergemuruh.

“Eun Yoo-ah…” lirih Kai, tidak tahu harus berbuat apa.

“apa yang harus kulakukan? Kenapa semuanya justru berakhir seperti ini?”

Kai merengkuh kedua pundak Eun Yoo “keadaannya tetap tidak berubah Eun Yoo-ah, ada atau tidaknya Baek Hyun sekarang, kau tetap yeojachinguku”tegas Kai.

Eun Yoo semakin rapuh “Kai…”

“kumohon jangan terpengaruh, kumohon Eun Yoo-ah. Kepergian Baek Hyun justru akan membuatmu semakin mudah melupakannya. Hubungan kita juga akan semakin mudah karena kau tidak perlu melihat Baek Hyun lagi di sekitarmu”

Eun Yoo menatap Kai, hantinya remuk “Kai… kau sangat egois”

“tidak… ini demi cintaku padamu. Lupakan Baek Hyun, lupakan masalah ini, anggap saja tidak terjadi apa-apa. Baek Hyun pergi membuat segalanya akan lebih mudah”

Eun Yoo memejamkan matanya, menahan sakit yang semakin lama semakin menikamnya “aku… aku sangat mencintainya”

“ANIYAA… bukan dia yang harus kau cintai”

“LALU AKU HARUS APA????” tangis Eun Yoo semakin pecah.

“Eun Yoo-ah. Kau adalah milikku, aku akan membahagiakanmu, dan itu tidak akan berhasil kalau kau masih memikirkan namja itu. Jadi… lupakanlah dia”

“Kai… kau sangat…”

Kai menarik Eun Yoo ke dalam pelukannya “mianhae Eun Yoo-ah, mianhae. Aku sangat mencintaimu, dan aku tidak bisa kehilanganmu. Berikan aku waktu lagi agar aku bisa membuatmu mencintaiku seutuhnya. Aku berjanji akan membahagiakanmu, aku akan melakukan apapun untukmu, bahkan menukar nyawapun aku rela. Untuk itu….” Kai melepaskan pelukannya, menatap Eun Yoo lekat-lekat “lupakan Baek Hyun”

Kalimat Kai seolah menamparnya, lalu apalagi yang bisa ia lakukan. Kai sudah sampai seperti ini, dan tidak ada lagi alasan untuk menolak. Dan Eun Yoo terpaksa harus mengubur keinginannya untuk menyusul Baek Hyun ke Jepang.

 

 

Eun Yoo POV

Tatapan oppa begitu dingin terhadapku. Makan malam itu sangat mencekam. Sebenarnya oppa memang pantas membenciku atas segala tindakanku, tapi… aku juga terlalu lemah dan terlalu bodoh untuk berpikir realistis.

“kau ingin tahu sesuatu tentang Baek Hyun?”

Pertanyaan oppa sontak menghentikan gerakanku mengaduk sup di mangkukku.

Bahkan tanpa menunggu persetujuanku, Chan Yeol oppa melanjutkan kalimatnya “aku sudah menelpon omoni, Baek Hyun betul-betul ke Jepang dan melanjutkan sekolahnya di sana”

Aku menelan ludah. Aku ingin merespon, menanyakan keadaannya atau apa saja asal aku tahu bahwa Baek Hyun baik-baik saja. tapi kata-kata Kai terus berputar di otakku, mengenai kalimat rela menukar nyawa itu. Aku langsung teringat saat Kai hampir mati karenaku. Yah… lalu apa aku bisa dengan tenang meninggalkannya setelah apa yang ia lakukan padaku. Ini saja sudah hampir membuatku gila.

“Baek Hyun tidak akan kembali ke Korea”lanjut Chan Yeol oppa, dan percaya saja, setiap kalimat yang dia ucapkan mirip sebuah goresan pisau di dadaku.

“oppa… bisa kita akhiri pembahasan ini?” aku menatapnya, memberanikan diri bersikap tegar “kalau Baek Hyun ingin memulai kehidupan barunya, kenapa aku tidak bisa?”

Chan Yeol oppa balas menatapku, berdecak berkali-kali “entah alasan apa sehingga kau mempertimbangkan Kai seperti itu. Apa betul kau mencintainya atau… hanya karena hutang nyawa itu. Tapi percayalah, kau sama saja dengan menyiksa diri”

Tidak ada yang salah dengan ucapan Chan Yeol oppa. dan itu membuatku menangis “Baek Hyun sudah pergi oppa, dan kau pasti tahu sesakit apa aku. Apa kau juga ingin meninggalkanku?”

Oppa menghela nafas. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiriku. Berdiri di dekatku dan memelukku “maafkan aku chagi-ah. Aku sangat emosi, sama seperti Baek Hyun, belakangan ini aku juga merasa telah kehilangan jati dirimu yang sebenarnya”

“oppa…” aku terisak di pelukannya

“mengenai hubunganmu dengan Kai, aku bisa apa. Kalau itu sudah keputusanmu, lakukan saja. aku tidak berhak melarangmu selama itu membuatmu bahagia”

“Oppa… maafkan aku. Yang kubutuhan sekarang hanyalah kau tetap mendukungku”

“walau ini bukan hal yang kumau… aku tetap mendukungmu”

 

Dan aku mulai menjalani kehidupanku tanpa pernah sekalipun melihat Baek Hyun. Tanpa melihat senyumannya, tanpa mendengar suaranya, bahkan tanpa kabar darinya. Yang ada di hadapanku sekarang hanyalah Kai. Setiap sikap dan tindakan yang ia tunjukkan, selalu dengan usaha agar aku melupakan bayangan Baek Hyun dan menjadikan Kai satu-satunya fokus pikiranku. Yah, walau bisa kulakukan di hadapannya, tapi dia tidak akan pernah tahu kalau satu-satunya posisi di dalam hatiku hanyalah milik Baek Hyun dan tidak akan bergeser sampai kapanpun.

Aku tidak cukup tega mengatakannya, tapi anggap saja aku menjalani hubunganku sekarang dengan Kai… tanpa hati. Karena hatiku telah raib sejak lama, kutitipkan pada Baek Hyun, dan ia membawanya pergi. Kejam? Yah… hanya ini yang bisa kulakukan sekarang. menjalani hubungan dengan landasan balas budi. Kai… aku menyayangi namja itu, aku telah membuatnya tersiksa berkali-kali, dan hanya ini yang bisa kulakukan untuknya, menjadi kekasihnya. Terlepas dari siksaan batinku, aku yakin waktu akan menjawabnya.

 

Genap Setahun sejak kepergian Baek Hyun, dan aku sudah naik kelas 3 dan sudah semester akhir, sementara Oppa sudah lulus SMU tahun lalu, oppa melanjutkan kuliahnya, ia juga sudah mulai aktif di perusahaan. Tentang Kai… ia sudah pulih total, dan dia sudah kembali ke lapangan untuk bermain basket. Hari-hari berlalu dengan begitu-begitu saja. aku tetap menyandang status kekasih kapten tim basket. Hanya saja, subjeknya yang berubah. Kapten bukan lagi Baek Hyun, tapi Kai.

Sekarang, aku hanya duduk termenung menyaksikan namjachinguku menunjukkan kelihaiannya bermain bola basket dengan tim yang baru. Berhubung sejak Chan Yeol oppa dan anggota tim yang telah lulus sudah non aktif dari tim.

Sebenarnya ini sama saja dengan menyiksa diri, karena setiap aku melihat kegiatan ini, yang terbayang di benakku hanyalah sosok Baek Hyun yang dengan lihai mendribel bola basket. Tapi tetap saja usahaku untuk melenyapkan segala bayangan Baek Hyun tetap kujalani. Dan percaya saja, makin hari, bayangan Baek Hyun bukan semakin pudar, tapi semakin jelas tertanam di benakku.

Aku merindukannya. Dan aku hanya bisa mengatakan itu dalam hati. Nama Baek Hyun sudah tidak pernah lagi di sebut-sebut di sekolah sejak 2 bulan kepergiannya, bukan karena mereka sudah melupakannya, tapi mereka sudah bosan mempertanyakan alasan kepindahan Baek Hyun karena tidak ada yang bisa menjawab dengan jelas. Aku sering dipersalahkan mereka, tapi aku tidak peduli. Dan mungkin, kalau saja bukan karena oppaku cukup berpengaruh di sekolah, mereka pasti akan membully ku habis-habisan.

Kai menghentikan latihannya, dan menghampiriku di tepi lapangan. Aku menyodorkan handuk dan botol air mineral seperti biasanya.

“bagaimana? Aku keren kan?” tanya Kai

“nae” jawabku “jangan terlalu memaksakan diri Kai, jangan sampai kau sakit, ujan akhir sudah dekat”

“ah tidak masalah, ini juga merupakan hari-hari terakhirku menjabat sebagai kapten. Minggu depan aku akan mundur dan akan konsentrasi pada ujian akhir” Kai mengusap puncak kepalaku. Yang tidak kumengerti adalah, apa dia sengaja? Ini adalah kebiasaan Baek Hyun, dan sejak kapan Kai juga memiliki kebiasaan ini?

“Kai… sore ini aku harus ke rumah Sulli, ada tugas kelompok yang harus kuselesaikan”

“um… baiklah, akan kutemani”

“tidak perlu, kau pasti lelah. Pulanglah beristirahat”

Kai tersenyum “kalau begitu akan kuantar ke rumah sulli”

“baiklah, terserah kau saja”

***

 

“sebenarnya ini mau kukatakan sudah sejak lama, tapi… kau jadi sangat pendiam belakangan ini Eun Yoo-shii”tegur Sulli setelah kami mengerjakan tugas.

Aku tengah membereskan buku ku “hm? Mungkin Hanya perasaanmu saja”

“ini sangat kontras Eun Yoo-shii, makanya sangat terasa perubahannya.” Sulli menarik nafas, entah apa yang dipikirkannya, ia seolah berhati-hati untuk mengeluarkan suara “tentang Baek Hyun-shii…”

Gerakanku langsung berhenti saat mendengar nama yang sangat tabu itu.

“Mi… Mianhae. Jujur saja aku tidak ingin ikut campur. Tapi… terasa sangat aneh saat tidak adalagi pasangan BaekYoo di kelas. Aku… mengagumi Baek Hyun, tapi… sebenarnya, aku lebih mengagumi kalian untuk sesuatu yang nyata. Dan saat kalian berpisah…”

“Sulli-shii, gomawo. Tapi… bisa kita tidak membahas ini lagi?”potongku

“ah mianhae… aku tidak bermaksud mengusikmu”

“aku mengerti. Makanya kubilang… terima kasih”aku tersenyum, hanya seperti itu, karena aku sudah bosan menangis. Sudah beberapa hari ini aku tidak menghabiskan malamku dengan menangis. Yah, aku sudah lebih tenang.

Entah karena alasan apa, Sulli menghampiriku dan memelukku “aku seorang yeoja, dan aku bisa mengerti perasaanmu. Tentang siapa yang kau cintai itu. Eun Yoo-ah, apapun yang terjadi, jangan lupakan dia, jangan pernah berhenti berharap. Aku yakin, Tuhan telah mempersiapkan sesuatu untuk kalian”

Aku baru sadar, ini pertama kalinya aku punya teman sesama yeoja. Maksudku… sejak kecil aku selalu bersama Baek Hyun dan oppaku, aku tidak pernah punya sahabat seorang yeoja. Ternyata… punya sahabat juga sangat hangat. Ini sangat menenangkan “gomawo Sulli-ah” balasku.

Sulli menatapku “kalau kau butuh teman berbagi, aku siap Eun Yoo-shii, maksudku… Eun Yoo-ah, kita teman kan?”

Aku tersenyum “nae… sekali lagi terima kasih”

 

 

Aku tengah duduk termenung di halte bis. Bis nya telat 10 menit, tapi aku tidak pernah jenuh dalam hal menunggu. Entah kenapa, menunggu dan menanti sudah terasa sangat biasa bagiku, mungkin sudah sangat melekat dengan diriku. Apa yang kutunggu? Yah, hanya harapan kosong. Dan hanya aku yang mengerti tentang makna penantian itu.

Hyunie-ah… apa kabarmu sekarang? apa kau telah berhasil melupakanku? Kenapa aku tidak bisa? Sangat sulit. Sudikah kau bertemu denganku kali ini saja?.

Sebuah bis berhenti tepat di depanku, membuat lamunanku buyar. Dan percaya saja, bis nya sudah penuh. Tapi ini bis terakhir malam ini, jadi terpaksa aku harus rela berdiri di dalam bisa sepanjang perjalanan pulang.

Tidak hanya aku yang berdiri, ada sekitar belasan orang, dan itu membuatku sediki paranoid. Terlebih aku melihat sosok yang sedikit misterius di belakangku. Ia mengenakan topi, kacamata hitam, dan masker. Tak lupa syal, jacket tebal dan kaos tangan. Ada 2 alasan seseorang akan berpakaian seperti itu. Pertama karena dia sakit, kedua karena dia punya niat jahat dan tidak ingin identitasnya di kenali.

Aku bukannya tidak ingin menghindar dan bergeser agak menjauh, hanya saja di depanku lebih parah lagi. seorang namja paruh baya dengan rambut berantakan, wajah juga semrawutan. Namja menyeramkan itu terus memandangiku dari ujung rambut sampai ujung sepatu, sesekali menjilati bibirnya dengan sangat… memuakkan.

Dalam keadaan seperti ini, aku lebih baik terbunuh oleh pria misterius di belakangku dari pada mendapatkan pelecehan seksual dari pria menyeramkan di depanku.

Saat namja tua genit itu menatapku, ia bahkan berkedip menijikkan. Ia sedikit menggeser langkahnya mendekatiku, sontak aku mundur ke belakang dan tidak sengaja menginjak kaki pria misterius di belakangku. “ah mianhamnida, aku tidak sengaja”ucapku cepat, dari pada pria itu marah dan berakhir membunuhku?

Tapi tidak, pria bermasker itu hanya mengangguk. Ajaibnya, ia malah bertukar posisi denganku, jadi sekarang, namja tua genit itu sudah tidak bisa menjangkauku karena pria bermasker ini sudah berada di antara kami.

CKIIIIIIIIIITTTTTTTTTTT…………

Bis berhenti tiba-tiba tanpa ada aba-aba sedikitpun. Aku terhempas dan…

Ah tidak… aku tidak terjatuh. Saat kubuka mataku, aku sudah berada dalam pelukan seseorang. Pria bermasker itu.

Dan anggap saja aku gila.

Aroma ini…

Parfum ini…

Nuansa yang menenangkan ini…

Ini sangat familiar… maksudku. Baiklah, ini adalah parfum merek terkenal yang hanya ada beberapa di dunia, tapi bukan hanya DIA yang memiliki aroma seperti ini. Bisa jadi orang ini juga adalah salah satu pemilik parfum merek terkenal ini.

Masalahnya… kenapa jantungku berdebar tidak keruan? Dan biasanya sensasi ini hanya terjadi saat aku berada dalam pelukan…

Namja yang sangat kucintai… Byun Baek Hyun!

Ah tidak… Baek Hyun ada di Jepang, dia sudah meninggalkanku, sudah satu tahun… jadi tidak mungkin dia ada di sini sekarang. Bis kembali melaju, terakhir kuketahui, sopir bis terpaksa menginjak rem dengan tiba-tiba karena ada mobil yang menyalip dari arah kanan. Tadi itu sebenarnya aku dan seluruh penumpang bis ini hampir celaka

“kamsahamnida Ahjushi” ucapku setelah aku sudah bisa bertumpu dengan kedua kakiku sendiri.

Pria bermasker itu mengangguk dan melepaskan rangkulannya dari pinggangku. Jadi betul, dia seorang Ahjushi.

Aku merengkuh dadaku. Ya Tuhan… jantungku terus berdegup kencang. Ada apa ini? Ah pasti karena pria bermasker ini memiliki aroma tubuh yang sama dengan Baek Hyun. Yah.. hanya itu. Sudahlah, lupakan saja

Bis berhenti di halte yang paling dekat dengan rumahku, tinggal berjalan sekitar 100 meter maka aku akan sampai rumah. Aku dan beberapa penumpang pun turun, termasuk pria bermasker dan juga namja tua genit itu.

Aku berjalan lebih dulu, berbelok ke sebuah gang menuju rumahku dengan langkah cepat, menghindari setiap kemungkinan yang akan terjadi. Pria bermasker iu juga sangat mencurigakan, jadi ada baiknya aku menghindar dengan cepat.

“mau kemana agashi? Mau ditemani?” sial, namja tua tadi sudah menghadang jalanku

“kamsahamnida, tapi tidak perlu, rumahku sudah sangat dekat”tolakku berusaha terlihat tenang dan tidak panik. Padahal aku sudah bersiap untuk lari

“maksudku… kita bisa bersenang-senang di penginapan terdekat daerah ini”

Namja tua biadab “maaf, aku harus pergi”

Namja tua itu langsung mencekal tanganku “kau tidak suka cara yang halus agashi? Kalau begitu, kita bermain sedikit kasar”

Sial, jalan menuju rumahku cukup sepi, dan penumpang bis tadi sudah lenyap dengan arah yang beralawanan dariku “lepaskan… atau aku berteriak” betapa bodohnya aku. Kenapa tidak kugunakan kesempatan itu untuk langsung berteriak dan tidak permisi terlebih dulu. Akibatnya sekarang namja tua itu sudah membekap mulutku dengan telapak tangannya yang bau alkohol dan rokok.

Namja tua itu mulai menyeretku pergi, tapi tak cukup 5 langkah, namja tua itu sudah berhenti. Pria bermasker sudah berdiri di hadapan kami. Hanya dengan isyarat telunjuk jari, ia meminta namja tua biadab ini untuk melepaskanku.

Siapapun ahjushi bermasker ini… kuharap dialah pahlawanku.

Saat namja yang membekapku ini tak juga mengindahkan peringatan itu, ahjushi bermasker itu pun melangkah lebih dekat.

“berhenti di situ”gertak namja tua biadab ini. Yang mengejutkanku adalah, ia menodongkan sebilah pisau ke arah ahjushi bermasker, membuat ia berhenti mendekat.

Ya Tuhan, baru kusadari, tidak hanya kehormatanku yang terancam direnggut, tapi juga nyawaku.

Tidak… tidak… aku tidak ingin mati sebelum bertemu Baek Hyun. Aku tidak ingin mati lebih dulu sebelum mengatakan bahwa aku sangat mencintai Baek Hyun. Aku… tidak ingin mati…………….

lepaskan dia”perintah ahjushi bermasker. Aku tidak bisa mengenali suaranya, karena suaranya teredam. Tapi, mungkin benar dia seorang ahjushi karena suara erdengar cukup dewasa.

“bukan urusanmu, orang aneh. Pergilah kalau kau tidak mau nyawamu melayang”ancam si namja tua.

Aku betul-betul sial hari ini, karena Oppa juga katanya akan lembur di kantor. Dan sekarang baru pukul  9 malam. Kalau saja Oppa pulang lebih awal, mungkin saat dia melintas, dia akan melihatku sekarang.

Untung saja ahjushi bermasker itu cukup berani, dan cukup mementingkan diriku, tidak mundur sedikitpun. Ia bahkan dengan sangat hati-hati dan waspada melangkah lebih dekat.

Aku juga harus berusaha lepas dari namja tua biadab ini. Aku langsung teringat film aksi yang kutonton kemarin dengan Kai. Ada saat di mana tokoh wanitanya dalam keadaan seperti ini. Baiklah, itu sudah cukup untuk menjadi referensi.

Kugigit tangan namja tua itu kuat-kuat hingga namja tua itu menjerit mendarah daging. Ahjushi bermasker itu juga cukup cepat. Ia langsung menangkap tangan kanan si namja tua yang memegang pisau, menekuk nya ke belakang dan membantingnya ke tanah dengan sedikit gerakan ilmu beladiri.

Aku sendiri tersungkur ke tanah tak jauh dari situ. Setidaknya aku sudah lepas dari namja tua itu.

Ahjushi bermasker menghampiriku setelah berhasil melumpuhkan si namja tua biadab. “gwenchanayo?” tanya ahjushi itu masih dengan suara teredam. Sial, kenapa dia mesti memakai masker dan kacamata hitam? Aku mana bisa melihat wajah pahlawanku kalau seperti ini?

“nae.. gwenchana… kamsahamnida ahjushi”ucapku tulus.

Ahjushi itu mengangguk dan membantuku berdiri.

“Kyaaaaaaaa….” Pekikku begitu melihat namja tua itu sudah berada di belakang ahjushi dan melayangkan pisau.

Ahjushi terlambat untuk mengelak dan pisau itu tertancap di punggung kirinya. Ahjushi berbalik dengan erangan kesakitan, kemudian menghajar namja tua biadab itu hingga tersungkur, kemudian kabur dengan sempoyongan. Aku langsung menghampiri ahjushi yang berlutut di tanah sambil memegangi pundak kirinya.

“ahjushi… gwenchanayo?”tanyaku cemas. “Ya Tuhan…. Kau berdarah,….”

“aku tidak apa-apa, kau pulanglah”jawab ahjushi bermasker

“tapi kau harus dibawa ke rumah sakit”

Ahjushi berdiri, aku jelas membantunya “ini bukan apa-apa. Aku bisa pergi sendiri. Kau pulanglah, terlalu bahaya untuk seorang yeoja muda berada di luar pada malam hari”

“tapi….”

“pulanglah”

Aku menatapnya, entah harus menatap bagian mana, karena seluruh wajahnya tertutup. “nae.. arayo… kamsahamnida. Jeongmal kamsahamnida”

Ahjushi itu mengangguk, kemudian mengusap puncak kepalaku dengan tangan kanannya sebelum ia berbalik dan beranjak pergi meninggalkanku

DEG!

Sekali lagi… ini sangat familiar. Tapi aku sudah tidak bisa memastikannya karena ahjushi itu sudah pergi.

Hyunie-ah… apa kau tahu, aku menemukan sosok misterius yang begitu mirip denganmu. Tapi ia juga lenyap dalam sekejap….

Hyunie-ah… bogoshippoyo

***

~ ❤ ~

 

Eun Yoo POV

 

Ujian penentu kelulusan sudah berakhir 2 hari yang lalu. Hanya menunggu hasil dan aku, Kai, beserta rekan setingkatku di kelas 3 akan meninggalkan SMU.

Hari itu sedang ada pertemuan keluarga di rumah kami. Betul-betul pertemuan keluarga, karena Kai beserta kedua orang tuanya hadir di situ.

Aku  yang di dampingi Chan Yeol oppa hanya bisa menerka-nerka tentang apa yang sedang terjadi ini.

“Eun Yoo-ah, kau lihat, ini pertama kalinya sejak beberapa tahun yang lalu kedua orang tuaku mendampingiku” ucap Kai girang.

Aku jelas tahu kalau kedua orang tua Kai sudah berpisah. Tapi Kai tidak perlu mengatakan itu karena pasti kedua orang tua Kai akan merasa bersalah. “nae… aku turut bahagia, Kai” toh aku tetap harus memberi respon.

“jadi… anak muda, kau satu-satunya wali dari Eun Yoo?” tanya Appa Kai pada Chan Yeol

“nae Sajang-nim” jawab Chan Yeol sopan

“tidak perlu sungkan, sebentar lagi kita akan menjadi keluarga”

“ah… nae Abonim”

“begitu lebih baik” appa Kai tertawa.

Aku sedikit heran dan melirik oppa.

“jadi… kedatangan kami kemari unuk membicarakan mengenai hubungan anak kami dengan adikmu. Park Eun Yoo”lanjur Appa Kai

“nae abonim… saya sudah cukup mengerti, tapi ada baiknya lanjutkan saja kalimat anda”balas Chan Yeol oppa cukup dewasa

“anak nakal ini. Baru beberapa hari yang lalu ujian berakhir, dia sudah memaksa kami untuk datang ke sini” Appa Kai menepuk-nepuk pundak anaknya. Hubungan keluarga yang sangat hangat dan itu membuat ku hanya bisa iri dalam hati. “berhubung mereka masih sangat muda, jadi tidak mungkin kalau mereka dibiarkan langsung pada tahap pernikahan”

Aku jelas kaget, aku memang pernahmenduga ini, tapi… ini bahkan terlalu cepat dari yang bisa kubayangkan. Ini membuatku semakin gelisah dan panas dingin.

“jadi… maksud abonim?”tanya Chan Yeol oppa

“bagaimana kalau mereka bertunangan dulu. Maksudku bukan sekarang, setelah mereka lulus SMU. Bulan depan. Terlebih kudengar, anak nakal ini ingin melanjutkan kuliahnya di Amerika bersama Eun Yoo”

Lagi-lagi aku  tersentak. Kenapa secepat ini?

Chan Yeol oppa tersenyum “saya tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak abonim, maksud saya. Kalau adik saya setuju, maka saya juga akan menyetujuinya”

Astaga, kenapa oppa melimpahkannya padaku. Aku mana bisa menjawab?

“bagaimana Eun Yoo-ah? Kau menerima pertunangan ini?” tanya appa Kai yang kini tertuju padaku.

Aku tertunduk. Hanya bisa seperti itu.

“Eun Yoo pasti masih kaget”ucap eomma Kai. Beruntung ada satu orang yeoja lagi dalam pertemuan ini, jadi ada yang mengerti diriku “lagipula Jong In-ah, kenapa kau tidak memberitahu Eun Yoo terlebih dahulu?”

Kai malah tertawa “aku ingin memberikannya kejutan, eomma”

Yah… kau sukses membuatku terkejut, Kai.

“Eun Yoo-ah” Kai memanggilku lembut “apa kau mau bertunangan denganku?”

Sial… kenapa Kai yang bertanya.

“Eun Yoo-ah” lirihnya sekali lagi.

Yah… setahun yang lalu, semua tentang Baek Hyun sudah berakhir dengan sangat sempurna, lalu untuk apalagi aku bertahan. Lagipula Kai sudah memberiku cinta yang tulus selama ini, tidak pernah menyakitiku dan terus membuatku tenang berada di sisinya. Aku harus berbuat apa lagi?

“chagi-ah… kau tidak perlu memaksakan dirimu. Jawab saja sesuai keinginanmu”lirih oppa. yang aku tahu dia paham posisiku. Tapi… sudahlah.

Aku pun mengagguk pelan setelah menyebut nama Baek Hyun untuk yang terakhir kalinya.

Appa Kai tertawa, kemudian bersalaman dengan Chan Yeol oppa. eomma Kai menghampiriku dan memeukku erat.

“gomawo Eun Yoo-ah… gomawo”ucap eomma Kai

“kenapa berterima kasih omoni?”

“karena membawa kebahagiaan untuk keluarga kami untuk kesekian kalinya”

Aku jadi tidak enak hati. Bayangkan saja kalau aku menolaknya tadi. Aku tidak hanya akan menyakiti Kai, tapi juga kedua orang tuanya. “aku yang seharusnya berterima kasih omoni, karena menerimaku sebagai anggota keluarga”

“sudah sejak dulu Eun Yoo-ah”

Aku punya sebuah mimpi di masa lalu. Saat kedua orang tua Baek Hyun datang ke rumahku dan menyampaikan perihal yang kudengar beberapa menit yang lalu. Terwujud? Bisa jadi, hanya saja bukan subjek yang sama. Mungkin untuk yang terakhir kalinya…

annyeongnae sarang… annnyengnae Baek Hyun-ah…

“Eun Yoo-ah, ikut aku” Kai menarik tanganku dan mengajakku pergi. Aku sempat melirik oppa yang sudah cukup akrab dengan appa Kai, terlihat mereka mengobrol lepas diselingi tawa. Yah… setidaknya aku juga sudah membawakan sosok seorang ayah untuk oppaku.

 

Kai memelukku dari belakang, ia menyandarkan dagunya di bahuku dan menuntun pandanganku untuk menatap langit. Pekarangan rumahku memang cukup luas, dan ini tempat yang lumayan… romantis untuk berduaan. Aku sendiri tidak yakin, apa ini romantis? “di sini, bintang utara terlihat sangat jelas”lirihnya di dekat telingaku

“bintang utara?”tanyaku tidak paham. Aku memang lemah dalam ilmu astronomi

“bintang utara itu adalah bintang paling terang. Kau tahu rasi bintang orion?”

“Kai… berhenti meledekku”

Kai tertawa “mian…mian. Biantang utara itu termasuk komposisi rasi bintang orion. Seperti namanya, bintang utara itu untuk menunjukkan arah saat kau tersesat”

Aku mengangguk, mulai mengerti.

Kemudian dengan perlahan Kai melepas pelukannya, ia merengkuh kedua pundakku dan memutar tubuhku hingga berhadapan dengannya.

Ini sedikit canggung, aku sering berada di posisi ini besama Kai, tapi malam ini beda. Ya… karena aku sudah ikhlas untuk menyerahkan diriku seutuhnya untuk Kai dan menjadi miliknya.

Kai mengangkat daguku dengan sisi jarinya “Eun Yoo-ah, bagiku kaulah bintang utara itu. Bintang yang memberiku petunjuk saat aku tersesat. tErlepas dari perilaku burukku di masa lalu, sejujurnya kau telah membuatku paham akan makna cinta”

“Kai…”

“andwae… jangan memotong. Aku hanya ingin mengngkapkan semuanya. sebenarnya ada 2 kata yang ingin kusampaikan padamu” Kai menarik nafas, dan hembusannya menyapa wajahku “pertama, aku ingin mengucapkan kata maaf. Maaf karena telah menyakitimu di masa lalu, maaf telah mengusik hidupmu, maaf telah menyusahkanmu, maaf karena cintaku telah menyiksamu. Aku tidak tahu seberapa banyak persediaan maafmu, tapi kuharap itu cukup untuk memaafkanku”

Aku tersenyum. Kai sangat manis malam ini “nae Kai… sebenarnya maafku cukup terbatas, sudah kugunakan untukmu berkali-kali”

Kai tertawa “maaf…”

“jadi cukup meminta maaf, atau persediaan maafku akan habis”

Kai mengecup keningku “ara… ara”

“lalu, kata yang kedua?”

Kai menyentuh pipiku “terima kasih. Terima kasih telah memberiku kesempatan mengenalmu, terima kasih telah menyadarkanku, terima kasih telah memberiku kesempatan untuk menunjukkan cintaku, terima kasih karena kau telah berusaha membuka hati untukku, terima kasih telah menerima cintaku, terima kasih untuk tetap berada di sisiku, terima kasih atas segalanya”

Aku kembali tersenyum “ini juga terbatas Kai. Cheonmaneyo, dan berhentilah berterima kasih”

Kai balas tersenyum “saranghaeyo Eun Yoo-ah… jeongmal saranghae…”

Inilah klimaksnya. Satu tahun lebih, sepertinya waktu yang cukup lama bagi Kai untuk menunggu balasan. Mungkin bisa kucoba. Dengan sisa puing-puing hatiku yang berserakan… “na… nado saranghae… Kai”balasku terbata-bata.

Kedua mata Kai berbinar, sontak ia memelukku dengan erat “sekali lagi Eun Yoo-ah… sekali lagi”

Aku menelan ludah. Apa ini kejam? Tidak… mungkin belum saat ini, tapi suatu saat aku akan berhasil mencintai Kai dengan spenuh hati, jadi ini tidak salah. Anggap saja aku mengatakannya di awal dan merealisasikannya di kemudian hari “saranghae Kai… saranghae”

Kai tertawa. Aku luluh, ada perasaan hangat yang menutupi rasa sakitku. Melihat Kai bahagia, yah… rasanya cukup hangat. Mungkin ini bisa jadi modal awal untuk membangun perasaanku pada Kai. Yah… aku akan terus berusaha… Kai… aku akan berusaha mencintaimu.

Hyunie-ah, kau mendengarku? Aku akan bertunangan dengan Kai, dan itu tidak akan lama lagi. apa kau akan datang? Lalu… jika kau datang, apakah kau akan memberi kami selamat, atau membawaku pergi?

Ah tidak… jangan datang. Karena kalau kau datang maka aku akan mati saat itu juga. maksudku… jika nanti kau datang, bertepatan saat Kai menyematkan cincin pertunangan itu di jemariku aku tidak berani menjamin aku akan bisa berdiri dengan kokoh pada kedua kakiku. Mungkin aku akan kehilangan nyawa saat itu juga. atau… siapa yang berani menjamin? Siapa yang bisa menahanku untuk tidak berlari dan menghambur di pelukanmu. Memintamu agar membawaku pergi ke dunia yang hanya ada kita berdua.

Untuk itu… Hyunie-ah, jangan datang. Kalau kau menginginkan isyarat berakhirnya hubungan kita pada kenyataan yang sebenarnya… maka jangan datang.

Karena jika kau datang, sebelum satau bahkan saat pertunangan ku dan Kai berlangsung. Aku bersumpah untuk memelukmu dan tidak akan melepaskanmu lagi.

Astaga… apa yang kupikirkan. Ah… tidak apa-apa. Lagi pula itu mustahil. Baek Hyun ku tidak akan datang. Yah… dia tidak akan datang

 

Author POV

Tak jauh dari situ, sepasang mata mengamati dengan fokus. Sembari menekan dada agar rasa sakit itu tidak membunuhnya di tempat. Pemadangan itu begitu menyilaukan, sarat akan kebahagiaan. Senyum yeoja yang dicintainya itu menandakan bahwa keberadaannya kini tidak lagi dibutuhkan, ia betul-betul terlupakan. Kemana cinta itu? Masih adakah? Atau telah diberikan pada namja yang sedang memeluknya itu?

Ia menghela nafas, memandangi langit yang mulai mendung. Mungkin itu mewakili keadaan hatinya sekarang, padahal tadi langit begitu penuh bintang.

Ia melepas maskernya. Juga kacamata hitamnya. Tapi rasa sesaknya masih menyiksa. Bahkan saa ia melepas syal yang melilit di lehernya, rasa sesak itu tak kunjung hilang.

~#Dalam hidupnya, ada dua hal yang tidak bisa ia abaikan begitu saja, apapun pertaruhannya. Yaitu Bola Basket dan yeoja yang ia cintai. tapi itulah prinsipnya. Kalaupun ia akan dihadapkan pada keadaan yang mengharuskannya memilih salah satunya, maka saat itu pula ia akan merasa nyawanya hendak dicabut. Dua-duanya begitu penting dan benar saja dia tidak bisa memilih#~

Itu adaah prinsip yang pernah ia pegang dengan teguh. Tapi… setelah ia dihadapkan pada pilihan itu. Saat keadaan memaksanya melepas salah satu dari kedua hal penting itu. Ia rapuh. Dan saat ia mencoba melepas keduanya, mencoba terbiasa tanpa keduanya. Akhirnya ia sampai pada satu titik kesimpulan.

Satu tahun lebih telah ia habiskan untuk terbiasa tanpa kedua hal penting itu. Alhasil… ia sukses melepas salah satunya, sangat sukses karena genap satu tahun beberapa bulan ia tidak pernah lagi menyentuh bola basket. Yah… ia berhasil melepas mimpinya sebagai atlit basket. Tapi tidak dengan hal yang satunya lagi. Tidak dengan cinta yang ia miliki pada seorang yeoja yang menemaninya tumbuh menjadi remaja, bahkan beranjak dewasa.

Ia bisa melepas bola basket… tapi tidak dengan Eun Yoo… karena berapapun waktu yang ia habiskan untuk menetralkan perasaan, nama Eun Yoo tetap tertanam dalam di lubuk hatinya. Cinta yang ia miliki pada Eun Yoo tetap abadi dalam dirinya. Dan jika ia berniat melenyapkan perasaann itu, saja artinya dengan membunuh dirinya sendiri.

“Eun Yoo-ah… tahukah kah kalau aku sangat-mencintaimu? Sangat-sangat mencintaimu” lirihnya berikut air mata tak diundang yang menetes perlahan di pipinya.

 

Eun Yoo tersentak, seketika melepas pelukan Kai.

“ada apa?” tanya Kai kebingungan melihat Eun Yoo seperti orang yang terkena serangan jantung.

Eun Yoo merengkuh dadanya, mengitarkan pandangannya ke segala arah. Jantungnya berdebar sangat kencang, bahkan sedikit…. sakit. Sensasi yang familiar ini semakin sering terjadi belakang ini sejak kemunculan pria bermasker itu.

“Eun Yoo-ah… gwenchanayo?” ulang Kai.

“ah nae… gwenchana. Aku hanya … kaget” jawab Eun Yoo sekenanya

“kaget kenapa?”

Eun Yoo jelas tidak akan berkata jujur, kalau ia merasakan keberadaan seseorang yang sangat berarti untuknya itu seolah sangat dekat. “bukan apa-apa, aku hanya merasa ada yang memanggilku”

“oh… mungkin Chan Yeol hyung. Kalau begitu, ayo kita masuk, cuaca juga sudah agak dingin”

“ah nae…” Eun Yoo hanya menuru saat Kai menggandeng tangannya masuk ke dalam rumah. Eun Yoo masih berusaha mengitarkan pandangannya, mencari sesuatu yang abstrak, sebenarnya fana, karena belum tentu tebakannya benar. Ia tetap tidak menemukan apa-apa sampai ia dan Kai kembali ke dalam rumah.

Eun Yoo kembali menekan dadanya, mencoba menyelami apa isyarat yang di tunjukkan hatinya. Dia ada di sini. Itu kata hatinya, tapi tetap saja penglihatannya tidak bisa membenarkan. Dan akhirnya Eun Yoo meyakinkan diri bahwa itu hanya respon dari kerinduannya pada Baek Hyun. Terlebih karena tidak lama lagi ia akan resmi menjadi milik Kai. Dan ia berusaha membenarkan alasan itu.

Jauh di lubuk hainya yang paling dalam, Eun Yoo bergumam. “Hyunie-ah… bogoshippoyo… tahukan kau kalau aku sangat mencintaimu? Sangat-sangat mencintaimu

 

To be continued

 

Part 10 will be the End… anticipated for ending story… released few days later

 

***

 

 

38 respons untuk ‘[FF] Love Is… (part 9)

  1. maaf readers baru,,
    izin baca,,,^^

    wktu prtma buka lngsng ska critax
    smpe part 9, liat baekki gt nyesek bgt rsax,,

    dtnggu part slnjtx yaa,,,

  2. Huaaa baekhyun 😥 kangen dia kangen , banyak banget yang baekhyun lakuin pengorbanannya sumpah , dan kalau ini jadi drama korea rating nya pasti tinggi , banyak pelajaran yang diambil dari sini … 🙂 suka banget baca ff ini feel nya kerasa banget yaampun bener- bener sukaaaa

  3. Eun yo eun yo,,, masih ja bayangin perampokan ciuman pertama..ckck
    Sini sini aq kasih tau,,,(udah diambil koq sma baekhyun,,, bukan Cuma pertama aja, tapi yang ke dua jugaa) hhehe
    Goood channiee….  ideee CEMERLANG…
    ********
    Hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
    Nyesek bnget bacanyaa,,,, chanyeol marah2…. huhuhu,,,
    Idiiiihhh si KAI EGOIS BNGEETTT NGET NGET… nyebeliiinnnn….
    Yang aq gk habis pikir,, koq emak bisa ya uat cerita gini,, bhasanya,,,, semuanya,,, sukses bwat aq emosi maakkk….. sekali lagi SUKSES MAAAAKK,,,,, SUKSEESSSS
    DAEBAK!!!!!

  4. air mataku ngalir ini, eonni… TOT

    sdh bgt pas baekhyun ngebisikin eunyoo kta2 gtu…
    Ga bsa byangn klu ak diposisi baekhyun bakal rela ngelepasin org yg kta sayang gtu aja…

  5. Aigooo…….benar2 sngat amat menyedihkan…..jadi nangis guling2 nie baca part ini…..

    tapi ,sebenarnya aq msih blom baca yg part 8 loh min…..so, please kasi’ tau aq ya admin yg bek hati pasword part 8 and 10…jebal…:)

    aq bakal jadi langganan baca d blog ini kyaknya min…abis bru baca yg judul ini aja uda ampek nangis2 segala…..for admin gomawo for all….^_^

  6. aduhhh…kupikir stelah smuanya kbongkar baekki n eun yoo bakal balikan lg…ternyata masih panjanggg….mewek aku thor pas baekki melepas 22nya, gak nyangka aja aku…
    jd si baekki itu mencoba melepas 22nya ya, tp ternyata dia bs melepas mimpinya tp tdk dgn cintanya….Intinya baekki n eun yoo itu berjodoh (apa sih gak nyambung)…Thor km pinter bgt sih kepikiran seperti itu, emg ya imajinasinya DAEBAK BANGET.!!!!
    1lg yg kusuka dr epep’mu thor, SELALU PANJANG..hehe (lopyu lah)….jd malu, komen gak pnh pjg…haha *ditabok author*

  7. Ahhhh sedih bgt (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩__-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩) baek hyun nya sampe ninggalin k jepang, klo aku jdi eun yoo bakal stress bgt. Kai malah nambah beban lagi sampe tunangan segala..

    Part 10 smoga aja mereka bakal balikan, hrussss !! Bagai mnapun cra’y

    Aku next part lgi ya thor

  8. sedih bgt thorrr….. semoga ntar eun yoo gag jadi tunangan sama kai
    kasian banget baekhyun , pergi ke jepang TT.TT
    semoga ntar eunyoo sama baekhyun selamanyaa…. TT>>TT

    kerenn bgt thorr bner bner klimaksnya dpt bgt ^^
    tetp fighting ya thorr ^^

  9. (´⌣`̩) Hyun,, wae wae ,, kamu ninggalin & menyerah u/ EunYoo & Basket (˘̩̩̩^˘̩ƪ) ……
    EunYoo, muna nich, tau2 dia cinta bgt ama Hyun, tapi teteppp aja dia ga bisa ninggalin Kai, apa ini yg namanya pengorbanan cinta OMO !!!!! Sedih bgt ALF bener2 nangis lagi gue deh,, slalu deh gue dibikin nangis pas part2 akhir,,, (˘̩̩̩^˘̩ƪ) …… Cuman sumpah ya,, ini plot (?) Ceritanya makin menarik diawal, ah jadi inget lo slalu memulai FF itu dri chapter akhir dulukan baru nemu awalnya ㅋㅋㅋ~ … Tapi SALUT gue ama lo ALF !! Let’s to the GO next chapterlah ya,
    As my previous comment on chap 8 gue sih doanya happy ending ever after (˘̩̩̩^˘̩ƪ) ..*amin*

  10. chapter ini bikin nangiss!! beneran deh!! apalagi dari sisi baekhyun huwaaa T^T.. ffnya bener2 daebak!! sedihhh T__T gak sabar baca chapter selanjutnya.. apa baekhyun msh ada kesempatan buat balik sama eun yoo?semoga saja :’)

  11. Ah.. Dia benar-benar rapuh.. Baekhyun can’t stand anymore.. TT.TT

    Aku harap cerita ini berakhir bahagia untuk Baekhyun.. aku g tega lihat Baekhyun seperti ini..

    Di chapter ini, hati rasanya dibolak-balik.. Seperti didrible ke sana kemari. Ketika Baekhyun sudah lama pergi, Kai mulai bisa mengisi kekosongan hati Eun Yoo. Tapi ketika Eun Yoo mulai bisa menerima keberadaan Kai, Baekhyun muncul dan membuat perasaan Eun Yoo bimbang lagi..

  12. Thor di chap ini tangis ku memuncak. BAEKHYUN T_________T

    kirain pas semua’e sudah terbongkar, baekhyun bisa membawa eunyoo kembali. eh tau’e si eunyoo malah mengatakan hal yg bikin frustasi T____T *nangislagi* eunyoo tega’e dirimu!!!

    Trus pas baekhyun berangkat ke jepang, duhhh nyeseklah nyesek… Baekhyun ngelepas semua yg udah jdi sebagian hidup’e *klimaks/sesegukan*

    ok its ok, eunyoo tunangan aja sama kai. & baekhyun?? biar sama chanyeol aja. chanyeol…nikahin baekhyun sekarang juga!! #kumatlagi #teteupOTP

  13. Hwaaa itu chanyeol knp jd pervert mengancam kristal dgn memperkosanya.. Aq jd pngen diposisinya kristal,diintimidasi ama yeol..wkwk
    dasar gila

    itu baeki koq nyerah sich.,melepas dua2 nya..eun yoo n basket..wduh gmn sich..
    Itu jg kai pake acra tunangan sgala,baeki jg prgi k jepang..wduh smuanya mendrita..

  14. baek hyun kmu setia baget sich.. benar benar pelindung.. tipe cwok idaman bget:) kalo g slah di cerita Blank Sheet tu da bagian tentang acara tunangan nya eun yoo ma kai, tu eun yoo diculik kalo g salah.. cpa yg nyulik? trus tu da hubungannya ma love is gag?

    hm.. chan yeol kok dari chap1 g punya pasangan ya? msa jomblo sampe nanti?
    semoga kai dpat wangsit biar lepasin eun yoo n biarin eun yoo blikan ma baekhyun,, amin

  15. ya! park eun yoo! lihaaaat! lihatlah baekhyun! kau membuatnya hancur!
    T.T

    dia tidak hanya kehilangan dirimu, tapi juga mimpinya, basket.
    T.T

    aku heran kenapa chanyeol bisa ‘sesabar’ itu.
    aku aja udah geregetan setengah mati sama eunyoo!
    T.T
    hikz hikz
    (ku dengar, auth0r yg bagus itu, yg bisa bikin readernya GE-RE-GE-TAN)
    dan kakak ALF sukses bikin aku geregetan
    T.T
    hikz hikz

    WHAT THE…
    tunangan??
    aaakhhh…
    nyesek gilak, e0nni…
    TT____TT

    trus nasib baekhyun gimana?
    apa iya dimensi ruang bisa mengalahkan dimensi waktu?
    T,T
    hikz hikz hikz
    mewek gilaaak

  16. Kai ..eunyoo ..baekki TT
    kai egois ..eunyoo kau bodoh !!!
    Baekki kau MELAS banget sih ..ciyus deh enelan !!!
    Hahhh gataulah ..udah matirasa smenjak baekyoo ‘KRAK’ tapi smoga aja takdir nyatuin kalian lagi , nyatuin hati kalian lagi ‘n nyatuin cinta kalian lagi ..

  17. WHAT? TUNANGAN? GIMANA NASIB BACONKU!?
    aduh kenapa jadi rumit begini unn.
    EUNYOO MUNA :((((((( kalo masih cinta bilang aja masih cinta. aduh baconku~~ dia sampe pindah kejepang. kai jahat banget sih yaallah.
    aku tau pria bermasker itu baconku kan? dia rela ketusuk demi nyelamatin eunyoo astaga.
    aku gahabis fikir gimana endingnya. kurasa sad ending. etapi gatau juga deh:/

  18. Eonniii…… T.T
    ff nya sukses buat aku nyesek….nangis…..
    Huee… Tnggung jwab eon…. Ju2r eon, ini fanfic prtama yg bsa bikin aku nangis…
    Sejarah nih…..
    Nyesek bnget, feel nya dapet bnget…. T.T
    Hueee…. Ceritanya ngenes…nes…nes… klau di jadiin film, aku yakin bakal tnggi rating nya….
    Critanya itu lho… Bikin gregetan(?)
    pkoknya daebak, keren, amazing deh eon….
    Kyaknya aku bakalan rajin baca ff di sini nih eon…..
    Dan skrang aku tetapin aku nge pans ama ALF eonni….
    Luph u pull eon…. ^^

  19. Aigooooo lagi2 berhasil bkin kamar banjir air mata gr2 bc ni ep ep..
    Huwaaaaaa sedih bgt liat baekyoo bneran putus.. Aq pkir stlah smuanya trbngkar eunyoo bkal blik ama baekie, tp eunyoo malah uda trlanjur mrsa gªκ̣̇ bisa lpas dr kai..
    Kasian bgt baekie mpe berkrban dgn brusaha melepas keduanya, n trnyata hasilnya eunyoo ttp gªκ̣̇ bs utk dilpaskn.. Nyesek bgt ч̲̮̲̅͡ğ pas terakir baekie ngliat eunyoo n kai dr jauh T_T..
    Aiiiih author, ep ep mu bner2 lah daebak !!
    Keep writing chingu, fighting ^^

  20. dari part 1 kemudian loncat ke part 9, saking ga teganya liat baekhyun kesiksan disini demi apa…………. huhuhuuh
    beneran ga baca part 2-8, yakin ga mau baca ga tega pokoknya ga tega, di tambah part ending nya di protect itu blh baik, entah hyunie-eunyoo ntar balik lg apa ga, syukur” balik tp kalo ga ya gpp aku ga baca ini -__-
    ini ff serem yg pernah aku baca yakin, saking seremnya ga mau baca part” tengah..
    oke terimakasih banyak atas ff’y ^^

  21. aaahhh bener2 deh part ini nangisnya klimaks T___T

    Kai… Kenapa kau begitu egois??? Tapi baekkie nya kasian yaaa ga sanggup deh kalo ada di posisi dia..

    Uhh penasaran sama endingnyaa, padahal chp 8 aja belom baca. Tapi yaudah lah mau minta passwordnya dulu huhu T_T

  22. chanyeol nakut”in krystalnya serem ih
    baekhyun kan katanya di jepang tuh, trus pria bermasker itu siapa? perasaannya eunyoo bilang kalo itu baekhyun
    emang bener” baekhyun ya? semoga itu emang baekhyun deh

  23. Part ini benar benar sedih. Dr part sebelum sebelumnya aku mau nangis tp gak nangis nangis. Nah br di part ini akhirnya baru netesin air mata *aduhhh bahasanya-_-
    Paling sedih pas eunyoo ngenang baekhyun udh pergi itu. Huaaa kata-katanyaT.T Author tepat sekali memilih kata-kata. Mengaduk ngaduk emosi aku jadinya -_-*dasar labill. Daebak thor! Kali ini partnya jjang! d(-,-)b

  24. Kai sumpah egois bangettttt.
    Liat noh baekhyun ampe tersiksa banget.
    Aku maraah banget ama eunyoo & kai.
    Issshhh chanyeol juga ga bisa apa-apa.
    Kalau begono, baek ama yeol aja.
    Hiduppp baekyeol !!!!!!!

  25. byunbaekhyunsuksesbikinguenangismasa;-; aaaa kai dasar jahat -_- kai dasar payah!! /jambak rambut pelatihnya(?)/-___-

  26. Baekhyun-ah … kasian sekali dirimu, hiks TT___TT
    jadi ikut nangis baca nya …
    ff ini bikin geregetan …
    uh-_-
    feelnya dapet 😥 nyesek..

    thor bagi pw ch.10 nya dong ^^

Tinggalkan komentar