[FF Frelance] Yaoi_ChanBaek || Misunderstand – Suddenly Love’s Side Story ||


misunderstan-cover1

Author             : ryulnana; nanasabila

Title                 : Misunderstand – Suddenly Love’s Side Story

Genre              : Yaoi/BL/Boys Love, Teenanger

Rating              : PG14

Length             : Oneshot (99081 words)

Cast(s)                        : Park Chanyeol, Byun Baekhyun

A/N                  :

The fanfiction is belong to me. The plots was appeared on my mind while I’m writing. The abdsurd poster too, made by me. The casts aren’t mine. Hopefully can be mine. Remember, this is just a fiction! Don’t like? Don’t read!

Berhubung banyak yang penasaran dengan Chanyeol dan Baekhyun, dan aku sudah sejak awal berniat memberi sidestory –yang–tidak–seberapa–ini–, akhirnya selesai juga. Seneng rasanya dapat reviews, mungkin ini yang Bunda dan author sekalian rasakan. ᄏᄏᄏ. Terimakasih untuk reviewsnya, jadi punya semangat untuk nulis lagi.

So, Happy Reading!

 

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

 

Dua orang namja itu tengah hanyut dalam aktifitas yang sama. Memasukan beberapa permen dan biskuit ke dalam bungkusan plastik yang lebih besar. Mengingat udara kota sekarang sangat dingin, beberapa kali kedua namja itu saling menggosokan tangan mencari kehangatan.

“Baekhyun-ah, kapan rencananya kau memberikan semua ini?” tanya namja jangkung berambut brunette itu.

“Harusnya sore ini, Chanyeol. Kalau kau tidak banyak bicara dan mengerjakannya lebih cepat, mungkin jam empat kita sudah selesai,” jawab namja mungil yang dipanggil Baekhyun itu.

“Ne, ne, Arraseo! Aku tidak akan banyak bicara lagi,”

“Begitu lebih baik, Chanyeolie,”

Hening lagi. Hanya suara krasak-krusuk yang terdengar saat permen itu ditabur mengenai dinding plastik. Baik Chanyeol ataupun Baekhyun, dengan rapi menalikan dan mempita bungkusan permen dan biskuit itu agar lebih cantik.

“Tau tidak alasan Kai, mengajak Kyungsoo kencan?” lagi-lagi, si brunette bicara.

“Hmmm?” balas Baekhyun malas.

“Mereka menghindari untuk membantumu loh,”

Ucapan Chanyeol membuat Baekhyun men-deathglarenya. “Mereka tidak sepertimu,”

“Iya kok –EH? Maksudnya tidak sepertiku apa?” Chanyeol bertanya bingung.

“Kau membantuku juga sebenarnya malaskan? Huh, menyebalkan,”

“Ehh, tidak begitu kok. Aku justru sangat senang menghabiskan waktu denganmu,”

“Terserah,”

“Sungguh kok, lihat aku saja bersemangat begini!”

Baekhyun menatap Chanyeol malas. Semoga saja apa yang Chanyeol katakan tidak benar mengenai Kai dan Kyungsoo yang sedang kencan sekarang. Lagipula mereka berdua kan pacaran, hal wajar untuk berkencan. Tetapi, mengingat ucapan Chanyeol tentang menghindari Baekhyun, tidak terlalu salah juga. Memangnya, siapa yang mau susah-susah membungkus permen dan biskuit untuk anak jalanan, selain dirinya? Dan.. Chanyeol?

“Huffft,”

“Kenapa Baekhyun-ah?” tanya Chanyeol tanpa memandang Baekhyun.

Tring~

Suara lonceng berdering menandakan ada yang baru masuk ke Café. Tentu saja, Baekhyun dan Chanyeol mengetahui siapa yang masuk, karena basecamp kebanggaan mereka terletak di samping pintu masuk.

“Mana Kyungsoo?”

Suara itu sudah jelas sekali suara letih dari teman mereka yang betah saja sendiri, Sehun.

“Diajak Kai berkencan,” jawab Chanyeol masih bersemangat membungkus permen dan biskuit.

“Oh begitu. Heh, kau Park Chanyeol sudah kubilang hari ini latihan kenapa tidak datang?”

Pertanyaan Sehun sejenak menghentikan aktifitas Chanyeol. Dapat ia rasakan kalau bola basket yang dibawa Sehun terlempar kearahnya.

HAP!

Refleks Chanyeol menangkap bola itu sigap. Baekhyun yang terduduk disampingnya, menatapnya tak percaya. Rasanya senang ditambah bahagia, kalau anak itu mulai mendekati basket lagi.

‘Sudah lama sekali, Chanyeol tidak memegang bola basket,’ batinnya.

“Aku bilang aku tidak mau. Aku tidak suka basket,” gerutu Chanyeol sambil melempar bola itu kesegala arah.

Sehun terkejut bukan main karena nampaknya Chanyeol serius. Berbeda dengan Chanyeol yang beberapa detik lalu membungkus permen dan biskuit ke dalam plastik. Sedangkan, bola basket itu terpantul entah kemana, cari saja nanti pikir Sehun.

“Dulu kau kapten tim sekolah, Chanyeolie,” gumam Baekhyun.

Chanyeol menatap Baekhyun tambah murung. Seakan tidak pernah berhubungan lagi dengan basket, Chanyeol benar-benar sedikit sensitif dengan olahraga itu. Ditambah, Baekhyun selalu mengait-ngaitkan dirinya sebagai seorang pemain basket yang handal.

“Memangnya aku harus sependek dulu?” tanya Chanyeol kesal.

Dia melemparkan pandangan pada arah lain. Sementara Baekhyun menatap Chanyeol sedih, dan kecewa.

“Kalian mau aku pesankan minum?” tawar Sehun memecah keheningan.

“Tidak,” jawab mereka bersamaan.

Sejenak mereka saling bertemu pandang dan sedetik kemudian membuang muka jijik. Tatapan Chanyeol pada Baekhyun seolah menyiratkan kekesalan, sedangkan tatapan Baekhyun seolah menyiratkan kekecewaan.

“Yasudah, aku saja,” Tanpa terlalu memperdulikan hal itu, Sehun berjalan santai ke arah pantry. Biasanya, sebentar lagi juga baikan, pikirnya.

“Ambilkan aku cutter dan lem ya Sehun,” Baekhyun meminta tolong.

“Hmm,”

“Aku juga, ambilkan stepler dan gunting ya Sehun,” Chanyeol juga meminta tolong sambil sedikit berteriak.

Setelah Sehun pergi, mereka berdua terhanyut lagi dalam keheningan dan kecanggungan. Hingga akhirnya, Baekhyun memulai bicara lagi.

“Kenapa..tidak mencoba sekali lagi?” tanya Baekhyun tanpa menatap lawan bicaranya.

“…..”

“Chanyeol mudah putus asa ya,” lirihnya bergetar, hampir menangis.

“…..”

“Chanyeol ka–,”

“Kalau aku mudah putus asa, sejak dulu sudah kutinggalkan kau dan mungkin sekarang aku yang pacarnya Kyungsoo. Tapi buktinya, aku yang disini bersamamu, membantumu. Aku bukan orang yang mudah putus asa Baekhyun, buktinya aku masih mempertahankanmu yang aku bahkan tidak tahu sebenarnya kau anggap aku ini apa,”

“… Chanyeol,”

Ucapan Baekhyun terputus begitu Chanyeol menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar,. Menyinggung Baekhyun juga sebenarnya, karena anak itu tak kunjung jujur pada perasaannya sendiri. Atau, malah mengalihkan topik pembicaraan? Entahlah.

Chanyeol memberanikan diri menatap Baekhyun yang menatapnya dengan pandangan sedih, nyaris menangis. Dia tidak mengerti kenapa hal menyangkut dirinya begitu mudah membuat Baekhyun kecewa dan menangis diam.

Tanpa memperdulikan itu, atau sebenarnya mencoba tidak peduli dengan itu, Chanyeol mengambil sebungkus lollipop yang harusnya untuk diberikan pada anak jalanan nanti. Dia membuka bungkusnya dan memakannya.

“YA PARK CHANYEOL! JANGAN DIMAKAN TERUS!” kesal Baekhyun.

Chanyeol sudah mengambil beberapa permen dan biskuit jatah anak jalanan, dan memakannya sendiri. Chanyeol malah sengaja membuka lebih banyak dan membuat Baekhyun geram. Setidaknya, itu lebih baik daripada melihat Baekhyun kecewa lagi, karenanya.

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

Bruk!

Suara itu terdengar saat suara kardus cokelat yang lumayan besar ukurannya itu dijatuhkan pada tanah yang tertutup salju.

“Turun?” tanya Chanyeol ragu.

Baekhyun hanya mengangguk dan menuruni satu persatu anak tangga sambil menjinjing sebuah keranjang berisikan permen dan biskuit. Chanyeol menatap Baekhyun diam, dia jujur saja kedinginan dengan udara sore itu. Padahal biasanya, Baekhyun yang mengigil begini. Hanya saja, rasa dingin itu sirna oleh semangat Baekhyun menemui teman-teman kecilnya di tempat kumuh setelah melewati tangga ini.

“Permen dan biskuitnya tidak bisa berjalan ke tempat anak-anak itu sendiri, Chanyeolie,”

Seruan Baekhyun membuat Chanyeol tersadar dari tatapan kosongnya. Baekhyun sudah jauh dibawah sana, sementara dengan ragu dia mengangkat kembali kardusnya dan mengikuti Baekhyun turun.

Ada satu –mungkin banyak– hal yang begitu spesial pada Baekhyun. Tidak heran jika banyak-sangat-banyak orang yang menyukai kepribadiannya yang manis, baik, perhatian walau kadang terlihat sedikit egois. Itu kenapa, sudah lama sekali sejak Chanyeol mengatakan perasaanya pada Baekhyun, walau tanpa dibalas pernyataan apapun, Chanyeol betah berlama-lama dengan teman kecilnya itu.

“Kita sampai Chanyeol,” ujar Baekhyun.

Chanyeol mengatur nafasnya yang terengah-engah. Setelah turun melewati beberapa anak tangga, belok ke kanan dengan melewati gang sempit, akhirnya mereka berdua sampai di tempat tujuan. Tempat tujuan terakhir mereka untuk berbagi sekali lagi.

Benar ucap Baekhyun. Di antara gemerlap cahaya perkotaan Seoul, ternyata masih ada daerah terpencil nyaris remang-remang tanpa lampu di dalamnya. Di hadapan mereka, tepat berdiri sebuah bangunan reyot yang sebenarnya, tidak layak huni. Namun, senyum terkembang di wajah Baekhyun dan segera mengetuk pintu bangunan yang nampaknya bekas bengkel itu.

Tok! Tok!

Krieeeet..

“Baekhyun-hyung!”

Teriakan anak kecil dari balik pintu yang hampir jatuh itu, menyatakan kalau Baekhyun sudah diterima ditempat ini. Juga, teriakan tadi mengundang suara yang lebih gaduh lagi di dalam.

“Baekhyun-hyung!”. “Baekhyun-oppa!”

Terdengar, suara dari bermacam anak-anak kecil di dalam bangunan tua ini. Mungkin sekitar 10 sampai 15 anak yang berusia sekitar enam sampai limabelas tahun duduk dengan bermacam aktifitas di dalamnya.

“Annyeong, Dongsaengdeul,” sapa Baekhyun ramah sambil masuk ke dalam.

Chanyeolpun ikut masuk ke dalam, lalu memperhatikan banyak keadaan di bangunan itu. Miris, begitu kira-kira perasaan Chanyeol saat ini juga.

‘Aku tidak tahu kalau Baekhyun sudah sering berjumpa dengan keadaan seperti ini,’

“Ini Chanyeol, temanku,” ujar Baekhyun memperkenalkan seseorang yang asing dimata anak-anak itu.

“Annyeong Chanyeol-ssi!” sapa kumpulan anak-anak itu manis.

“An-Annyeong,” jawab Chanyeol dengan senyum kikuk. Belum terbiasa.

Baekhyun tertawa kecil melihat tingkah kikuk Chanyeol. Anak-anak disana juga begitu, Chanyeol untuk pertama kalinya datang ke tempat seperti ini memberikan kesan hangat pada anak-anak ini.

“Hyung, kenapa temanmu raksasa sekali?” tanya salah satu anak disana.

“Mwo?!” Chanyeol jelas tidak terima dikatai raksasa.

“Hah? Ahahaha, dia bukan raksasa Hyunmin-ah, dia hanya jauh lebih tinggi dariku,” jawab Baekhyun sambil mengusap rambut Hyunmin sayang.

“Chanyeol-oppa tampan sekali, nanti kalau sudah bes–,”

“Nara-ya, aku lebih tampan dari Chanyeol,” potong Baekhyun.

Chanyeol hanya tertawa melihat tingkah anak berusia enam tahun itu. Sambil memberi bungkusan yang berisi biskuit dan permen, serta tidak lupa sekotak susu. Satu persatu mereka berdatangan, hingga ada satu yang mengganjal bagi Baekhyun.

“Maru mana?” tanya Baekhyun.

Anak-anak yang tadinya ribut memakan-makanan mereka, tiba-tiba diam pada posisinya. Kecuali si kecil Hyunmin yang masih berusia enam tahun.

“Kemana Maru-hyung?” tanya Baekhyun sekali lagi.

“Nara-ya?”

Gadis kecil bernama Nara itu menunduk, takut sepertinya. “Molla,”

“Ck,”

Baekhyun tampak gelisah karena satu dari anak-anak ini hilang –atau pergi?– entah kemana. Anak yang justru ia taruh semua kepercayaannya untuk mejaga adik-adik yang lebih muda darinya. Maru, anak itu seperti adiknya sendiri. Chanyeol entah harus bagaimana, yang jelas dia tidak tahu siapa Maru dan harus bagaimana.

“Baekhyun tenang,” ujar Chanyeol.

“Hyung, aku disini,”

Suara itu menenangkan keadaan. Sosok remaja lusuh berusia 15 tahun itu nampak babak belur. Berkelahi lagi sepertinya, begitu pikir Baekhyun.

“Kau kemana saja? Bagaimana kalau adik-adikmu ini kenapa-kenapa, eoh?!”

“Mianhae, hyung,”

“Kenapa bisa babak belur begitu?” tanya Baekhyun melihat luka Maru.

“…..”

“Maru! Kau berkelahi lagi?!” tanya Baekhyun lagi.

“…..”

Masih sama tidak ada jawaban. Sementara terlihat sekali kalau Baekhyun kecewa. Bisa-bisanya anak tertua dalam kelompok ini meninggalkan tugasnya untuk melindungi adik-adiknya, sementara setelah dia pulang keadaannya benar-benar parah.

“Maru! Kena–,”

“MARU-YA! HARUSNYA KAU JAWAB PERTANYAAN, HYUNGMU!”

Suara teriakan itu keluar refleks dari mulut Chanyeol. Sejenak, semua tatapan mengarah padanya tapi sedetik kemudian semuanya menduduk takut. Namja tampan itu seram juga rupanya kalau teriak-teriak. Chanyeol mengerti sekali kalau Baekhyun sangat benci babak belur, apalagi tidak ada alasan yang jelas.

“Aku jatuh,”

“Bohong,” kali ini Chanyeol yang menengahi.

Merasa risih, Maru menatap Chanyeol malas. “Kau ini siapa? Kenapa kau yang menghakimiku?”

“Tidak peduli aku ini siapa, setidaknya kau menjawab saat ada yang tanya. Kau punya mulutkan?” tanya Chanyeol ngebut.

“Aku sudah jawab pertanyaanmu!”

“Jawab yang jujur! Kau ini tidak tahu aku sedang marah?!”

Baekhyun sebenarnya kaget juga. Sebenarnya, dia harus menghentikan perkelahian ini sebelum ada perkelahian lagi. Tapi, Maru sedikit membuatnya kecewa kali ini. Hanya sedikit, tapi terlalu sering.

“Baekhyun-hyung tidak pernah marah-marah padaku, saat kau datang saja semua begini,”

“Sekarang aku disini, dan aku yang akan menghakimimu. Kau tau seberapa kecewa Baekhyun padamu? Mana tanggung jawabmu sebagai kakak tertua diantara adik-adikmu. Mana?!”

“Kenapa kau cerewet sekali!”

“Aku memang cerewet!”

Diam sejenak. Anak-anak diruangan mulai menepi, sementara tatapan tajam itu datang dari kedua belah pihak baik Maru atau Chanyeol.

“Kenapa kau berkelahi, Maru-ya?” tanya Baekhyun lembut sekali.

“….”

Tidak ada jawaban keluar darinya. Maru hanya diam, menunduk. Apalagi dia sedang telak ditatap Chanyeol marah.

“Ketahuan mencuri lagi?” tanya Baekhyun, lagi.

“….”

“MARU-YA JA–,” sebelum Chanyeol menginterupsi anak itu berteriak lebih keras.

“IYA AKU BERKELAHI LAGI, AKU KETAHUAN MENCURI LAGI! PUAS?” jawab anak bernama Maru itu sambil sedikit meringis kesakitan. Oh ya, luka di sudut bibirnya itu masih basah.

“Kenapa?”

“Aku mencuri karena…. aku tidak kuat hidup seperti ini, hyung,”

Chanyeol yang hendak berteriak lagi terdiam. Sepertinya, sekarang sudah saatnya Baekhyun yang mengambil alih.

“Adik-adikmu yang lebih muda darimu saja, bisa melewatinya Maru?”

“Aku bukan mereka!”

“Setidaknya bercermin pada merekakan?”

“Aku..aku..”

“Aku tidak lahir seperti hyung ataupun orang aneh ini! Aku tidak terlahir untuk menjadi anak yang bahagia, justru sebaliknya! Kalian tidak merasakan yang aku rasakan! Makannya kalian mudah mengatakan hidup itu indah! Tapi aku? Adik-adikku? Hidup seperti ini bertahun-tahun! Ini sangat menyebalkan! Ini sangat menyedihkan, hyung!” anak itu berteriak kerasnya. Kesal.

“Maru… aku tahu hidupmu sulit sekali. Tapi kenapa kau memikirkan hal itu? Kenapa kau tidak berpikir bahwa masih banyak yang lebih buruk darimu? Tidak punya keluarga? Tidak memiliki dana asupan dari kami? Tidak memilikki aku?” ucap Baekhyun.

“Ini bukan tentang kau siapa hari ini, tapi tentang siapa kau di esok. Kalau hari ini kau bebal, tetapi esok kau sangat baik tentu saja hal itu dapat menutupi semuanya. Kalaupun hari ini aku atau orang aneh ini hidup bahagia, siapa tahu saat besar nanti malah kami yang meminta padamu? Malah kau yang memberi kami pinjaman? Semuanya mungkin terjadi, Maru. Hanya ini yang disebut proses, walau Tuhan telah menetapkan takdirnya tetapi apapun bisa berubah selama kau mau berproses, berusaha,”

Chanyeol yang ditunjuk orang aneh itu terdiam. Filosofi sederhana Baekhyun membuatnya teringat sesuatu. Sesuatu yang dimana harusnya, Chanyeol seperti filosofi itu. Bukan tentang dirinya yang kemarin, tapi dirinya yang sekarang dan esok.

“Jangan mencari kenikmatan dunia hari ini saja Maru, di masa depan jika kau lebih berusaha kau akan mendapatkan kenikmatan dan kebahagian yang lebih dari hari ini,” ujar Chanyeol.

“Kau harus berjanji padaku untuk tidak mencuri dan berkelahi lagi, ne?”

Maru hanya mendengus, kali ini dia canggung sekali. Perlahan tapi pasti, anak itu mengangguk ragu. Baekhyun terseyum kecil, Chanyeol juga.

“Mianhae, hyung,” katanya.

“Jadi, mana susu, biskuit dan permenku?” tanya Maru kemudian.

Baekhyun melirik Chanyeol dan anak itu meminta padanya. “Punyaku?”

“Semudah itu kau meminta? Jawab pertanyaanku dulu bocah,”

“Apalagi?!” geram Maru.

“Kau akan berubah, atau tetap seperti ini?”

“Aku akan berubah,”

“Dengar? Akan kutagih kau esok hari,”

“Kau cerewet sekali,”

“Sama saja denganmu,”

“Punyaku? Mana?”

Chanyeol memberikan bungkusan permen dan biskuit itu, dan segera menyodorkan sekotak susu. Perasaannya disini, dia menjadi seseorang yang harusnya begini. Perhatian dan dewasa, bukan Chanyeol yang konyol seperti saat dia bersama orang-orang yang dikenalnya.

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

 

Jam telah menunjukan pukul 9 malam, nampaknya Chanyeol dan Baekhyun bersenang-senang terlalu senangnya bersama anak-anak itu.

“Kami pulang. Annyeong!” ujar Baekhyun sambil melambaikan tangan pada mereka.

Hanya beberapa anak yang masih terbangun, termasuk Maru. Sementara anak lain yang lebih kecil sudah tertidur duluan karena cerita konyol sebelum tidur Chanyeol dan nyanyian merdu khas Baekhyun.

“Aku tagih janjimu bulan depan. Jangan lupa!”

Baekhyun dan Chanyeol mulai meninggalkan daerah itu. Menaiki tangga dan menuju halte bus terdekat. Sekiranya, mungkin ada satu atau dua bis yang datang menuju Seoul. Ini masih terlalu pagi, biasanya bis mulai tidak beroperasi sekitar jam 10 malam.

“Senang ya bisa membantu mereka?” tanya Baekhyun.

Chanyeol menatap Baekhyun sambil menghembuskan uap diudara saking dinginnya. Tangannya ia masukan kedalam saku jaket dan berjalan disamping Baekhyun.

“Iya,” jawab Chanyeol sambil cekikikan kecil.

“Kalau bulan depan aku kesini lagi, mau tidak aku ajak?”

“Ah, iya. Aku kan harus menagih janji Maru,”

Hening lagi. Mereka sudah menemukan halte bus dan menunggu, sampai saat ini belum jug ada bus yang datang.

“Kenapa… kau tidak mencoba lagi?” ujar Baekhyun.

“Mencoba apa?” tanya Chanyeol heran.

“Bermain… basket,”

Kemudian hening lagi. Baekhyun terus menatap wajah Chanyeol yang lebih tinggi darinya, sementara mata Chanyeol berputar malas tanpa arah.

“Aku kan tidak bisa main basket, aku tidak suka,”

“Bohong,”

“Aku tidak bohong,”

“Bisa-bisanya kau menyuruh anak kecil untuk tidak berbohong, sementara kau sendiri begitu,”

“….”

“Kau tahu kenapa Baekhyun,” ujar Chanyeol lirih.

“Aku tidak tahu,”

“Kau tahu,”

“Iya oke, aku tahu. Lalu? Apa hanya itu alasanmu untuk menghindari basket? Padahal dulu sering sekali aku dengar kalau Park Chanyeol sangat membanggakan dirinya karena terpilih jadi kapten tim sekolah. Huh,” ucap Baekhyun panjang. Nadanya kesal dan jengkel.

“Tapi itu sudah laaaaama~ sekali,” lanjutnya.

“Kau kecewa karena aku tidak mau membela sekolah tahun ini?”

“Tentu saja! Sehun dan Kai berjuang keras karena kau, tapi kau malah menghindari basket. Benar kata Maru, kau memang aneh,”

“Terserah kau saja. Jangan bicarakan basket lagi denganku, aku muak,”

“Chanyeol sang kapten kini telah gugur,” ujar Baekhyun.

“Tidak gugur! Aku masih ada disini!”

“Tidak ada lagi nomor 27 berlabel pembunuh dalam pertandingan, tidak ada,”

“Aku disini! Baekhyun aku disini!”

“Hanya ada orang aneh tanpa mau berusaha!”

“Menyebalkan!”

Baekhyun memutar bola mata malas, begitu juga Chanyeol. Sesaat kemudian, buspun datang dan mereka menaikinya, bersamaan. Baekhyun memilih untuk duduk di kursi tengah saja, sementara Chanyeol duduk di kursi belakang. Busnya cukup sepi, hanya ada dua atau tiga pegawai yang mungkin baru keluar. Jadi, Chanyeol atau Baekhyun dapat memilih tempat sesukanya.

Udara di bus cukup dingin, dan Baekhyun tidak tahan terhadap itu. Bibirnya gemetar menahan dingin, dia memeluk dirinya sendiri dan mulutnya mengeluarkan asap putih. Dingin sekali rasanya malam itu. Belum juga perjalanan menuju Seoul sedikit lama.

Perlahan dilihatnya Chanyeol yang tengah tertidur lelap di belakang. Baekhyun mendengus kesal, pertengkarannya dengan Chanyeol tadi tidak dihiraukannya. Dia berjalan hati-hati menuju kursi belakang dan mendudukan dirinya di samping Chanyeol.

Hangat. Seperti biasa.

Baekhyun menyenderkan kepalanya pada bahu Chanyeol dan mulai tertidur.

“Bilang saja mau kupeluk,” suara Chanyeol membuat Baekhyun membuka mata lagi.

“K-kau belum tidur?!” seru Baekhyun kaget.

“Hanya memastikan moment seperti ini saja, ehehe,” Chanyeol terkekeh kecil.

Dirangkulnya pundak Baekhyun, dan direngkuhnya erat tubuh mungil itu. Chanyeol, tidak tahan lama-lama marah pada Baekhyun, begitupun sebaliknya. Baekhyun menyenderkan lagi kepalanya pada bahu Chanyeol dan mencoba menutup mata.

“Baekhyun-ah,”

“Apalagi Chanyeolie?”

“Kau mulai menyukaiku ya?”

Baekhyun memukul pelan tangan Chanyeol. “Tidak!”

“Buktinya kau cemburu tadi,”

“K-kapan aku cemburu?”

“Saat Nara bilang aku tampan dan mau menikahiku, kau cepat-cepat memotongnya,”

“Eh?”

Chanyeol menatap lekat Baekhyun, wajah Baekhyun pun merah merona malu.

“Sama anak berusia tujuh tahun saja cemburunya seperti ini,”

“A-aku tidak cemburu tahu!”

“Iya, kau cemburu,”

“Tidak!”

“Iya,”

“Aniya!”

“Ne,”

Setelah perdebatan cukup panjang dan akhirnya tertidur lelah. Chanyeol dan Baekhyun ternyata sudah sampai di Seoul. Hampir jam 10 malam dan dengan setia Chanyeol menemani Baekhyun sampai rumahnya.

“Terimakasih untuk hari ini Chanyeol,” ujar Baekhyun begitu sampai di gerbang rumahnya.

“Aku yang harusnya berterimakasih, kau memberiku pengalaman baru,” balas Chanyeol.

“Hmm, sebaiknya kau pulang. Besok sekolahkan?”

“Ah iya, sampai jumpa. Masuklah,”

Chanyeol mengakhiri percakapan dan Baekhyun masuk ke rumahnya. Chanyeol memperhatikan punggung Baekhyun yang melangkah menuju rumahnya. Namun, beberapa langkah kemudian, namja berambut brunette itu menghentikan namja dihadapannya.

“Baekhyun-ah,” gumam Chanyeol sedikit keras.

Namja mungil yang merasa dipanggil itu berhenti dan kemudian membalikan badannya. Dan…

GREB.

Chanyeol langsung memeluknya sangat erat. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher namja yang tidak lebih tinggi darinya itu. Menyesap aroma harum yang tidak ditemukan dimanapun.

“Selamat malam,” ujar Chanyeol sambil mengecup kening Baekhyun.

Baekhyun diam terpaku. Jarang-jarang sekali Chanyeol mengecupnya seperti tadi. Lembut, hangat terkesan sangat tulus dan melindungi.

“Ch-chanyeol..”

“Jangan lupa bangunkan aku besok pagi,”

Ucapan Chanyeol tadi benar-benar ucapan selamat tinggal karena setelah mengacak pelan rambut Baekhyun, Chanyeol berjalan menjauh. Dia berjalan pulang menuju rumahnya dan menunggu hari esok datang.

***

Chanyeol’s POV

Sudah jam satu pagi dan aku masih belum tertidur. Kerjaku hanya guling-guling dari ujung ranjang ke ujung yang lainnya. Aku mencoba terpejam, tapi tetap saja bayangan Baekhyun terlintas dipikiranku.

Duh, jadi mengingat senyuman Baekhyun dan saat aku mencium keningnya tadi. Aku hanya bisa tertawa cekikikan pelan disini, tentunya sambil mencoba tidur.

Ucapan Baekhyun sore tadi masih menyangkut kuat di pikiranku. Tentang siapa aku esok, bukan hari ini atau dulu. Pemikiannya terus terngiang-ngiang di otakku, seakan sulit lenyap. Sama seperti senyuman cemerlang di wajah Baekhyun. Hangat dan damai sekali.

Aku seorang pecundang.

Pecundang besar. Karena satu kali kekalahan, aku tidak berani lagi menyebut diriku seorang Pahlawan. Aku hanyalah seorang pecundang. Bahkan, aku tega melihat Baekhyun memintaku untuk kembali ke dunia… basket.

Namun, itu dulu sekali. Saat aku gagal menyumbang poin di kejuaraan yang sama seperti esok lusa. Dan, Baekhyun sama seperti dulu. Memintaku mati-matian untuk ikut membela sekolah. Padahal, kenapa anak itu harus bersusah payah memintaku sementara permainan Sehun atau Kai cukup baik. Kenapa anak itu terus memintaku padahal tahun lalu sekolah kalah karena…. aku?

Belum lagi cidera yang kupaksakan waktu itu, membuat aku terlihat seperti ‘sok pahlawan’. Menyebalkan sekali. Aku tidak mau lagi bermain basket karena dua alasan itu.

….

Tapi,

Itu dulu. Aku memang pecundang, tapi itu dulu. Jika aku berhasil tahun ini, kata-kata kasar dan hinaan tentang aku dulu akan lenyap bukan?

Namun..tetap saja aku tidak berani. Aku takut kalau aku cidera lagi dan membuat tim kalah lagi, padahal kami sudah masuk final.

Ah, apa salahnya mencoba, lagi? Setidaknya mungkin ini yang diinginkan Baekhyun bukan? Coba saja kalau aku berhasil Baekhyun pasti akan senang sekali, tersenyum dan bersorak untukku. Dia pasti meloncat girang dan memelukku. Bagaimana kalau aku mencoba lagi?

 

“Kau berhasil Park Chanyeol!” suara girang Baekhyun terdengar nyaring di telingaku.

Dia tersenyum lebar, sangat lebar kepadaku. Aku sudah buktikan Baekhyun-ah, aku bisa, aku mampu. Park Chanyeol belum gugur, nomor punggung 27 masih hidup dan sekarang berdiri di hadapanmu! Semuanya menyorakan namaku Baekhyun!

“Chanyeolie!”

Baekhyun mengambur kepelukanku. Aku balas memeluknya erat, ku angkat dan ku ajak berputar tubuh mungilnya. Terdengar jelas ditelingaku kalau anak itu cekikikan senang. Karena aku. Ya Tuhan, sudah lama sekali aku tidak merasa seperti ini.

“Chanyeolie, kau mau hadiah apa dariku?” tanya Baekhyun.

“A-aku,”

Ayo Chanyeol berpikir. Baekhyun yang memintanya, pikirkan sesuatu yang spesial yang bisa dia berikan untukmu. Aku mau…

“Aku mau kau, Baekhyun-ah,” ujarku gemetar.

Baekhyun nampak kaget, matanya membulat. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum. Maksudku, lebih terlihat seperti seringaian daripada senyuman. Hanya saja tetap manis dimataku.

“As you wish Chanyeol,” bisik Baekhyun ditelingaku.

Aku bergetar geli. Aliran darahku berdesir hingga ke ubun-ubun. Tidak biasanya Baekhyun seperti itu, terlihat manis tapi..entahlah. Bukan seperti Baekhyun.

 

***

Duk!

 

“Nuguya?”

 

Ada pemandangan asing yang muncul di hadapanku. Sosok itu membelakangiku, yang aku lihat sosok itu manusia, jelas. Tubuhnya mungil bahkan hanya tertutup oleh kemeja putih kebesaran yang mungkin… milikku? Entahlah, aku tidak dapat memastikan selama kamarku ini gelap.

Benar, tidak biasanya kamarku gelap. Siapa yang mematikan lampu? Siapa juga yang menutup tirai hingga menghambat cahaya masuk? Siapa..orang ini?

“Chanyeolie..kau sudah pulang?”

 

Suara itu membuatku diam terpaku. Suara itu membuat tubuhku bergetar. Suara itu membuat nafasku tercekat. Suara itu..

“Ini aku.. Baekhyun,”

 

DUG.

 

Seperti ada jutaan ton barbell yang menghantam jantungku, hatiku dan pikiranku. Sosok itu, sosok pemilik suara itu adalah Baekhyun? Untuk apa anak ini ada..di kamarku? Dalam keadaan gelap, dan… sek– manis?

“K-kau sedang a-apa d-disini, Baekhyun?” tanyaku gugup.

“Kau bilang..kau ingin.. aku,”

Suara langkah kaki Baekhyun terdengar mendekatiku, dan beberapa langkah kemudian wajahnya tepat di hadapanku. Cahaya dari lampu tidur itu yang membuatku mampu melihat wajah manisnya. Melihat Baekhyun yang memakai kemeja kebesaran ditubuhnya, err..sangat sek–manis.

“Ayolah, kau bilang kau mau aku!” gerutunya.

Bibirnya melengkung kebawah, seakan berkata kalau dia kesal. Tapi justru itu malah membuatku makin tergoda untuk memper– menyiumnya.

“Jadi, aku harus bagaimana?” tanyaku.

“Chanyeolie, aku ini kan hadiahmu,”

 

Glek.

 

Aku menelan ludah tak kuasa. Ucapan Baekhyun mengatakan bahwa aku berhak melakukan apapun padanya. Ya Tuhan, sekarang kah waktunya kau membalas penantianku? Ya Tuhan…

“Chan– ummmpphh,”

Aku tarik tubuhnya, dan ku daratkan bibirku pada bibir manis miliknya. Hangat, manis, lembut. Inikah rasa bibir Baekhyun-ku? Sangat manis dan..siapapun yang memilikinya akan sangat beruntung. And, its absolutely me!

Aku tekan tengkuknya, membuat tekanan agar memperdalam ciuman kami. Dan, oh.. Baekhyun membalasnya. Dia membiarkan aku bermain didalam mulutnya.

“Mmmhh, Chan –yeol, mmpph,”

Desahannya saat menyebutkan namaku begitu merdu. Terus begitu Baekhyun, panggil terus namaku seperti itu. Ah, kenapa tidak dari dulu saja aku memintamu sebagai hadiahku ya.

 

Bruk!

 

Aku menghempaskan Baekhyun ke ranjang, dengan sigap akupun menanggalkan kemejaku. Tidak membuang waktu lama, karena bibir manis Baekhyun telah menjadi candu baruku. Aku rasakan lagi bibirnya, mengulumnya lembut.

“Chanyeol ada telepon!” teriaknya padaku.

Biarkan saja teleon itu Baekhyun, aku tidak sabar menjadikanmu milikku, sepenuhnya.

“Chanyeol ada telepon!”

 

Lama-lama aku terdiam. Kenapa suara Baekhyun malah terdengar seperti suara animasi ya? Ah, ini kan suara handphone ku.

 

“Chanyeol ada telepon!”

Mataku perih saat sinar matahari menerpaku. Aku menguap sebentar kemudian terbangun. Oh, sial. Ternyata tadi hanya mimpi, ingat. Hanya mimpi. Dan sialnya, aku seharusnya tidak terbangun karena suara animasi handphoneku. Sial, sial, sial.

“Chanyeol ada telepon!”

Suara itu lagi. Dengan malas aku mengambil handphone ku, dan menggeser layar menerima jawaban.

“Yoboseyo,” sapaku malas.

“Dasar pemalas! Ayo Chanyeol cepat bangun!”

Ups. Aku sepertinya telat bangun lagi. Untungnya, Baekhyun menelponku pagi ini. Walau harus terbangun dari mimpiku.

“Ah, iya aku bangun,” ujarku.

“Ne! Ne! Jangan tiduran lagi di kasur Chanyeol pemalas! Ayo bangun, kau bergadang ya semalam?”

Aku membetulkan posisiku. Bagaimana Baekhyun tahu aku mencoba tertidur lagi.

“Ne! Aku bangun chagiya~,”

“Menjijikan! Cepat mandi atau kita terlambat!”

“Tenang saja, masih pagi,”

“Baka! Sekarang sudah jam 7.15! Kita bisa terlambat!”

Aku membulatkan mataku. Jam dinding. 07.15.

SIAL!

“Arraseo! Aku tutup teleponnya!”

Aku buru-buru turun dari kasur dan bergegas mandi. Baekhyun biasanya memilih menunggu atau pergi. Tapi kalau aku terlambat, mungkin dia akan pergi sendiri. Ah, tidak boleh! Aku harus selalu pergi ke sekolah dengan Baekhyun setiap hari.

“ANIYA!!”

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

Besok, hari pertandingan. Aku hampir berniat untuk latihan, hanya saja ternyata mereka justru istirahat hari ini. Ya, mau bagaimana lagi? Kenapa rasanya setiap aku mau berbuat kebaikan, malah kebaikan itu menghindariku? Ck.

“Mau pulang bersama Chanyeol?” suara Sehun menginterupsiku.

“Pulang saja duluan, aku masih menunggu Baekhyun,” jawabku.

“Oh begitu. Sejak tadi pagi kalian tidak akur, kau terlambat bangun?”

“Hmm,”

“Bergadang ya semalam?”

“Hmmm,”

“Bermimpi tentang apa? Kau bermimpi jorok dengan Baekhyun ya?”

PLETAK!

Perasaan kesalku sudah diubun-ubun. Sampai kalimat terakhirnya sukses aku daratkan tasku di kepalanya. Menyebalkan. Jadi, sekarang Sehun mulai menggodaku seperti Kai?

“Aww!” erangnya.

“Suruh siapa berkata yang tidak-tidak dengan Baekhyun!”

“Kau justru baru saja mengatakan kalau kau memang memimpikan sesuatu yang aneh-aneh tentangnya, ssh,”

Aku diam. Aku hanya memberikan death-glare pada Sehun agar anak itu diam. Dia terlalu banyak bicara hari ini. Sangat banyak.

“Ya sudah, Chanyeol pemalas. Aku pulang dulu,”

Sehun meninggalkanku sambil cekikikan. Sementara aku hanya memutar bola mata malas. Kemana Baekhyun, apa dia masih marah padaku karena kita hampir terlambat tadi ya?

Daripada menunggu Baekhyun, aku memutuskan untuk menghampirinya saja. Semoga dia masih di kelas, setidaknya piket atau menungguku menjemputnya.

“Aku ingin sekali Chanyeol masuk tim lagi,”

“Setidaknya walau cuma pemain cadangan dia membuktikan padaku kalau dia bukan Chanyeol yang dulu, Luhan. Aku..cuma ingin Chanyeol seperti dulu. Bermain basket, melempariku bola basket, karena aku tahu.. Chanyeol sangat menyukainya,”

Aku menghentikan langkahku saat melihat Baekhyun di depan pintu kelasnya, bersama Luhan. Aku mendengar semua ucapannya tentang aku..dan basket. Apa Baekhyun benar-benar mau aku kembali ke tim lagi? Padahal, dia tahu aku trauma dengan cidera dan kekalahan.

“Aku mengerti Baekhyunie, aku sangat mengerti,”

Suara ini. Apakah ini suara Luhan? Oh, jadi seperti ini suara Luhan yang bisu itu. Manis juga rupanya, tapi tetap saja suara Baekhyun adalah suara paling manis.

“Kau hanya perlu mencoba meminta lagi, jika yang ini gagal berarti Chanyeol memang telah memutuskan jalannya,”

“Hmm, aku mengerti Luhan. Andai saja dia mau, mungkin aku mampu jujur tentang perasaanku padanya,”

“Ya! Kalau begitu, ayo kita ke café Baekhyunie!”

“Ne!”

Tap. Tap.

Suara langkah kaki itu menjauhiku. Mungkin, benar Baekhyun masih marah padaku. Aku senderkan tubuhku ke dinding. Mungkin, inilah yang disebut proses. Inilah yang Baekhyun maksud tentang usaha. Jadi, aku benar-benar harus berubah.

Oke. Lapangan basket setidaknya sepi, jadi aku tidak perlu menelan ludahku sendiri karena malas latihan. Tidak masalah kalau aku berlatih sendiri, yang jelas aku sudah berusaha.

Duk. Duk. Duk.

Suara bola basket yang ku dribble terdengar begitu bertenaga. Rasanya senang sekali melakukan ini lagi setelah sekian lama tidak bermain basket.

Tring.

“Yeaah, kau berhasil Park Chanyeol!”

Aku membanggakan diriku sendiri. Ternyata, kemampuanku bermain basket tidak berkurang sama sekali. Hanya saja, setiap diriku berhadapan dengan ring, debar jantungku begitu cepat. Seperti aku menemukan musuh terbesarku. Atau saat aku memandangi Baekhyun.

Tring.

“Yuhuuuu~! Kau berhasil lagi Park Chanyeol!”

Tanganku mengepal sambil ku goyangkan. Aku bisa. Aku berusaha dan aku berhasil. Setidaknya, masih sedikit takut dengan ring. Namun, itu tidak terlalu pengaruh. Akan kukatakan pada Baekhyun kalau aku akan masuk tim besok. Ah, Baekhyun pasti senang sekali.

***

Krak.

Kira-kira begitu suaranya. Suara yang terdengar saat hatiku pecah berkeping-keping. Suara saat mataku melihat sesuatu yang harusnya tidak aku lihat sekarang. Aku diam terpaku. Aku bahkan hanya bisa diam melihat semua ini. Begitu pecundangkah aku?

Rasanya sakit. Kecewa sekali. Padahal aku mau membawakan berita baik, hanya saja kebaikan selalu menolakku. Ya, nampaknya seperti itu.

Coba, aku baru saja datang diam-diam untuk membuat kejutan pada Baekhyun. Aku baru saja mau menutup matanya dan berkata kalau aku siap jadi kaptem tim basket lagi. Sementara, dia sedang berdua dengan Sehun?

Maksudnya, aku tidak pernah tahu kalau mereka sedekat ini. Wajar kalau mereka berdua mengobrol, tapi dengan teman-teman yang lain. Terus, apa maksudnya mereka saling bertatapan begitu. Seakan saling mengkhawatirkan, seakan saling mengerti, seakan tidak ingin salah satu dari mereka terluka. Aku melihatnya. Jelas, dihadapanku. Bahkan, mereka belum menyadari keberadaanku?

Apa sebenarnya perasaan Baekhyun padaku? Apa dia menyukai Sehun dan akan jujur padaku setelah aku mendapatkan kembali motivasi hidupku? Apa Baekhyun selama ini ternyata hanya bertindak tidak ingin melukaiku karena aku teman kecilnya? Apa selama ini aku terlihat tolol karena bertindak aneh-aneh pada Baekhyun? Itu kah aku?

Lebih menyebalkan lagi ketika aku hendak pergi, tangan Baekhyun bergerak. Bergerak menyapu poni Sehun yang menutupi wajahnya. Sehunpun menggenggam tangannya, lama sekali. Seakan Sehun berusaha menenangkan Baekhyun.

Mereka..pengkhianat. Jelas semuanya.

Sudah cukup jelas hingga sekarang. Aku mengerti.

Bruk.

***

Baekhyun’s POV

“Aku hanya takut kejadian itu terulang, Sehun-ah,”

Suaraku bergetar. Kejadian Sehun jatuh beberapa menit lalu membuka kembali ingatan masa lalu yang seharusnya tidak terbuka lagi. Kejadian saat Chanyeol mulai kehilangan hidupnya untuk bermain basket. Semuanya karena cidera. Aku tidak ingin terulang lagi.

“Aku mengerti Baekhyun. Aku tidak akan sebodoh Chanyeol kok,” ujar Sehun menggenggam tanganku.

Bruk.

Suara dentuman benda itu membuatku melihat ke dalam. Nampaknya ada suara benda jatuh atau sengaja dijatuhkan. Aku buru-buru melihat ke dalam. Mungkin, hanya perasaanku saja. Tidak ada apapun di café, apalagi sekarang nyaris tutup.

Tunggu.

Bola..basket?

Sejak kapan ada dua bola basket disini? Jadi, bola basket siapa itu?

Aku memeriksa ke dalam, dan mencoba mengambil bola basket itu. Masih hangat, berarti belum lama ditinggalkan. Jadi?! Baru saja ada orang yang datang kemari?

Tapi..siapa?

“Ah, Baekhyun-ah maaf lama, ini tensokrap ya–,”

“Tolong balutkan pada cidera Sehun, ne? Harus sedikit keras agar ikatannya tidak lepas. A-aku pergi dulu!”

Ucapan Luhan aku potong karena aku harus cepat-cepat pergi. Aku sambar jaketku dan berlari keluar. Aku berlari ke kanan berharap menemukan Chanyeol atau siapapun yang aku curigai. Perasaanku mengatakan, orang yang baru saja datang adalah Chanyeol. Aku takut dia salah paham karena melihat aku dan Sehun. Aku tidak boleh membuatnya salah paham.

Sambil berlari mencari Chanyeol ke tempat yang mungkin dikunjunginya, aku masih memikirkan tentang bola basket tadi. Apa Chanyeol sudah berlatih bermain basket lagi? Apa Chanyeol mungkin bermain dalam tim?

“Chanyeolie…” gumamku.

Warna langit berubah menjadi jingga, menandakan sekarang nyaris malam. Aku juga sudah lelah mencari Chanyeol ke tempat-tempat biasanya dia datang. Apalagi, besok aku harus sekolah juga.

Aku telepon saja Chanyeol.

Tut.

Aku tekan angka satu lama pada layar handphone. Speed-dial, aku isi dengan nomor Chanyeol. Aku isi dengan nomornya karena aku tahu, Chanyeol akan datang lebih cepat dari siapapun jika sesuatu terjadi padaku. Tapi..

“Chanyeolie…”

“Nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan. Kami akan mengalihkannya ke pesan suara setelah bunyi, beep~,”

“Chanyeolie..eodiga? Kenapa tidak mengangkat telepon ku Chanyeolie? Apa terjadi sesuatu padamu? Apa aku melakukan kesalahan? Apa kau marah padaku? Chanyeolie, hubungi aku setelah dapat pesan ini, jebal,”

Aku hampir menangis. Air mataku sudah berkumpul di pelupuk mata. Chanyeol, nyaris tidak pernah mendiamkan aku seperti ini. Apa, aku berbuat suatu kesalahan yang fatal sampai Chanyeol tidak mau menjawab teleponku?

“Hiks.. Chanyeolie,”

Aku terisak sedih diantara kerumunan orang yang berlalu lalang. Aku butuh penjelasan Chanyeol sekarang. Aku butuh alasan Chanyeol tidak menjawab panggilanku sekarang. Aku butuh Chanyeol.

“Chanyeolie…”

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

Aku melangkahkan kakiku menuju kelas Luhan. Aku merasa menjadi semakin dekat dengannya, begitu pula Kyungsoo disampingku.

“Hai Luhan!” seruku begitu melihat Luhan keluar dari kelasnya.

Luhan melambai padaku sambil mendekatiku. Dia nampaknya nyaman di dekatku. Aku juga betah berlama-lama disampingnya. Dia tersenyum padaku, manis sekali. Wajar kalau Sehun menyukainya.

“Bagaimana kalau makan siang bersama?” ajak Kyungsoo.

Aku mengangguk membenarkan, aku harap Luhan mau diajak makan siang bersama kali ini.

“Ne,” jawabnya.

“Ayo~!”

Aku menggandeng kedua temanku ini menuju kantin. Lalu, aku dudukan mereka dibangku kosong yang ada di kantin. Kami memesan makan dan minuman yang sama, setelah itu orang-orang riuh mendengar Acara Radio Sekolah. Event berharga setahun sekali. Haha.

“Kim Myungsoo-ssi! Sudah lama aku ingin mengutarakan ini, tapi aku tidak tahu caranya. Jadi, karena sekarang aku bisa, akan kukatakan bahwa AKU MENCINTAIMU MYUNGSOO-SSI!”

Suara yang sudah sangat aku kenali sekali. Suara adik kelas yang sangat mudah aku hapal, belum lagi anak itu cukup dekat denganku. Lee Sungjong.

“Itu pasti Sungjong deh,” kataku yakin. “Suaranya cempreng sekali,”

“Kekekeke,” Luhan dan Kyungsoo tertawa.

Suara-suara penyataan cinta tanpa nama itu menggema di seluruh ruangan di Kantin. Beberapa anak tertawa puas mendengar penyataan-penyataan konyol, atau bahkan gurauan-gurauan aneh dari orang-orang yang tidak mau disebutkan identitasnya itu.

Jadi, ingat Chanyeol. Waktu pertama masuk sekolah dan ada acara seperti ini, anak itu justru blak-blakan tentang dirinya. Sampai akhirnya, dia menyebut-nyebut namaku.

“Aku ini Park Chanyeol yang tampan dan hebat. Seorang calon kapten basket terkenal pokoknya! Hobiku..hmm apa ya? Selain bermain basket dan main game, tentu saja hobiku itu dekat-dekat dengan orang yang kusuka! Hahaha. Tau tidak siapa orang beruntung yang kusukai itu? Namanya… Byun Baekhyun! Iya benar, Byun Baekhyun si jenius yang kadang jutek itu. Byun Baekhyun murid kelas 10-A. Byun Baekhyun yang tidak mau aku panggil Baekkie-chan. Padahal panggilan itu lucu sekali kan?”

Aku menahan rona yang merekah di wajahku. Keterlaluan Park Chanyeol! Awas saja kalau bertemu nanti, aku patahkan lehernya. Memalukan sekali! Dan apa itu, Baekkie-chan? Menjijikan!

 

“Jadi ingin mencoba,”

Ucapan Luhan membuatku buyar dari kenangan masa lalu. Nampaknya anak ini benar-benar sedang jatuh cinta, sampai mau ikut-ikutan acara konyol begitu.

“Coba saja,” kataku.

Luhan menggeleng, dia nampak salah tingkah. Kenapa? Kenapa tidak mencoba? Apa Luhan membaca pikiranku kalau acara itu konyol ya? Tidak sih, tidak sepenuhnya konyol. Hanya saja… ya begitulah.

“Aku ke kamar mandi dulu ya,” ujarnya sambil meninggalkan aku dan Kyungsoo.

“Loh kenapa?” tanya Kyungsoo. “Coba saja padahal, mungkin saja Sehun cepat-cepat mengajaknya kencan,”

“Hahaha, mungkin saja seperti itu. Tunggu saja,”

Aku tidak sepenuhnya yakin Luhan pergi ke kamar mandi. Tunggu saja beberapa lama lagi, mungkin suaranya akan ketahuan oleh seluruh penjuru sekolah.

“Hai,”

Sehun menyapa aku dan Kyungsoo bersamaan, kemudian dia duduk di tempat Luhan.

“Jodoh atau apa, kenapa duduk di tempat Luhan?” ujar Kyungsoo sambil cekikikan.

“Eh?” Sehun bingung.

“Jadi, Luhan kemana?” lanjutnya.

“Ke kamar mandi?” jawabku.

Sehun hanya mengangguk-ngangguk sambil memakan makanannya. Jujur saja, anak ini tampan. Aku bahkan hampir menyukainya.

“Hai sayang~!”

Sudah jelas ini suara siapa. Kai merangkul mesra Kyungsoo dan mengecup pipinya. Sedangkan, Kyungsoo malah membuang muka malas.

“Loh, kenapa yang pacaran begini?” tanyaku.

“Ini bumbu Baekhyun-ah. Lagipula, Kyungsoo menggemaskan sekaliii~,”

Kai tersenyum lebar sambil memperlihatkan gusinya. Kadang, anak ini sangat tampan. Dan lihat apa yang dia lakukan? Mencubit Kyungsoo? Ohahaha, manis sekali.

“Perasaanku saja atau kalian sedang berkencan juga?”

Kai melirik ke arahku. Ucapan Kai seolah  menginterogasiku dan Sehun.

“Tidak!” seru kami bersamaan.

“Begitu? Ku pikir kau betah dengan si Idiot Chanyeol itu, Hahaha,”

“Diam Kai! Siapa yang berkencan dengan Sehun! Baka!” aku nyaris naik darah kalau Kyungsoo tidak buru-buru memukul kepala Kai.

“Kau diam. Berisik! Kau mau pacaran denganku atau mengobrol hal aneh dengan mereka, huh?” tegur Kyungsoo.

“Tentu saja pacaran denganmu, Kyungsoo-ya~”

“Tampaknya seseorang disini sangat hebat sekali. Dia akan menyatakan perasaannya lewat sebuah lagu!” sebuah suara dari pemancar membuat keadaan sedikit hening.

“WUAAAA!” beberapa detik kemudian, berubah menjadi decak kagum.

“Wah-wah, ada yang mau menyanyi!” ujar Kyungsoo excited.

Jarang-jarang ada yang mau bernyanyi lama-lama di ruang radio. Jadi penasaran dengan orang ini. Siapa ya? Apa mungkin…

Sebuah melodi dimainkan. Sedetik kemudian, sebuah suara merdu mengalun sesuai irama. Suaranya sangat lembut dan..manis. Mengingatkanku pada, Luhan.

I’ve never said this before

Aku tidak pernah mengatakan ini sebelumnya

 

To tell you the truth,

Untuk memberitahumu yang sebenarnya

 

I felt my heart beating on that day

Aku rasa jantungku berdetak hari itu

“Wah! Suaranya bagus sekali,” kagum Kyungsoo.

“Tapi tidak mengalahkan suaramu kok,” tanggap Kai.

Perasaanku juga sama. Suaranya bagus sekali. Aku jadi yakin sekali ini Luhan. Liriknya menggambarkan perasaannya pada Sehun. Astaga, anak ini benar-benar sedang jatuh cinta luar biasa pada Sehun sampai menyanyikan lirik seperti ini.

Menyadari ini, aku menyikut Sehun di sampingku. Sedangkan Sehun hanya tersenyum padaku. Aku menatapnya dengan senang, Sehun rupanya sangat menghargai Luhan. Pokoknya, mereka harus jadian setelah ini.

“Kau harus segera mengajaknya berkencan,” bisikku.

“Pasti,” jawabnya yakin.

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

Aku sudah gemetaran berdiri di samping couch Kim. Aku sesekali menghembuskan nafas agar ketengangku menghilang. Aku sendiri bisa merasakan aura negatif couch Kim yang menatap Sehun. Kasihan sekali anak itu, padahal pertandingan akan dimulai.

“Sudah kubilang untuk jaga dirimu! Sayangkan sudah difinal!” serunya.

Aku menutup mataku karena teriakannya begitu menakutkan. Sehun pasti cukup tercekat dengan ini.

“Aku bisa bermain, couch,” ujarnya.

“Bermain? Kau bilang bermain? Hahaha, kau bisa bermain dengan cidera itu? Jelaskan kenapa bisa begini. Ayo jelaskan!”

Kemarahan couch Kim benar-benar sedang di puncak. Sehun bahkan tidak berani untuk menatapnya langsung, apalagi aku.

“Aku ber–,”

“Semuanya..salahku, couch,” aku maju dan mengangkat tanganku memberi pembelaan.

Sehun tidak boleh mengaku kalau cidera itu terjadi karena dia berlatih terlalu keras. Bisa-bisa dia dimarahi habis-habisan oleh couch Kim. Biar saja aku menanggung sedikit bebannya, karena aku juga salah disini. Kenapa aku tidak melarang Sehun untuk berlatih kemarin?

“Salahmu, Byun Baekhyun?” tanya couch. Dia menghadap ke arahku.

“N-ne,” jawabku gugup.

“Tapi, kenapa?”

“K-kemarin aku membawanya ke dusun dan saat menaiki tangga sambil membawa banyak barang, dia terpeleset dan..jatuh, couch,” jawabku ragu sambil terus menunduk.

“Begitu? Hahahah, alasan yang bagus Byun Baekhyun! Sekarang, siapa yang akan menggantikan Sehun dalam pertandingan yang hanya 15menit lagi? Siapa!”

Aku menelan ludahku. “Mungkin.. Chanyeol bisa,”

Couch Kim melirikku. Tatapannya seolah meremehkan. “Anak itu mana bisa diandalkan,”

“T-tapi kita bisa mencoba,” kataku memberanikan diri menatap  couch Kim.

“Jika kau bisa, bawa dia sekarang!”

“Ne!”

Aku berlari keluar lapangan. Waktuku hanya 15 menit sebelum permainan dimulai, dengan atau tanpa Sehun. Jikalau bujukanku tidak berhasil juga pada Chanyeol kali ini. Aku..akan dihabisi couch Kim karena membuat anak didiknya terluka cukup parah.

Sayangnya, waktu hanya tersisa beberapa menit lagi. Sudah cukup lelah aku mencari Chanyeol, sudah cukup lelah aku menelponnya tapi tak kunjung dijawab. Apalagi, seharian ini aku tidak melihat Chanyeol di sekolah. Bahkan, Chanyeol tidak menghampiriku.

Chanyeol, kau dimana? Tolong, tolong aku. Aku mohon.

Ada satu tempat yang belum aku datangi sebenarnya. Perpustakaan. Walau mustahil Chanyeol ada disana, apa salahnya mencoba. Baiklah, hanya tersisa tujuh menit sebelum pertandingan dimulai.

“Chanyeolie…” ujarku.

Aku memeriksa seluruh ruangan di perpustakaan. Semuanya, hampir. Tersisa satu lorong lagi yang belum aku periksa.

“Chan.. Chanyeolie!”

Aku berteriak senang. Hal apa yang membawa Chanyeol untuk bersembunyi di perpustakaan? Aku menghambur memeluk Chanyeol yang menatapku heran.

“Aku merindukanmu, Chanyeol,” ujarku.

Benar memang, aku merindukannya. Sangat merindukannya. Padahal belum sampai sehari penuh dia tidak memberiku kabar. Chanyeol hanya diam dan melepaskan pelukanku darinya.. Dia menatapku dingin, tanpa ekspresi. Nampaknya, aku benar-benar telah membuat sebuah kesalahan.

“K-kenapa?” tanyaku.

“Kau mau apa kemari, Baekhyun-ah?” dia baik bertanya dingin.

Aku mencoba mencarikan suasana. “Kau kemana saja! Dari kemarin teleponku tidak diangkat, smspun tidak dibalas, kau kenapa Chanyeol?”

Dia diam.

“Ayo sekarang ikut aku ke lapangan. Tim membutuhkanmu,” aku menarik tanganya, namun dia melepaskannya kasar.

“Sudah kubilang aku tidak mau main basket!” teriaknya.

Aku terdiam. Chanyeol tidak pernah begitu kasar padaku sampai kali ini. Dia membentakku cukup keras.

“Chanyeol… Se-sehun cidera dia tidak mungkin bermain,” ucapku.

“….”

“Chanyeol, Se-sehun sudah berusaha keras membuat sekolah masuk final,”

“….”

“Chanyeolie, Se–,”

“Kau memaksaku karena Sehun? Hanya karena anak itu saja?” matanya menyorotkan ketidaksukaan.

“A-apa maksudmu?” tanyaku gugup.

“Kau menyuruhku bermain karena namja itu, eo? Kau tidak menginginkan tim kalah agar reputasi Sehun tetap terjaga begitu? Reputasinya menjadi seorang kapten basket menggantikan AKU?” ujar Chanyeol.

“Dengar Baekhyun! Aku tidak pernah bermain untuk DIRIKU, aku bermain untuk SEKOLAH dan.. KAU! Kau satu-satunya orang yang membuatku betah berlama-lama bermain basket selain karena aku menyukainya. Tapi..kau memaksaku untuk menyelamatkan tim karena SEHUN? Karena SEHUN cidera? BAHKAN AKU, pernah lebih cidera dari ITU.. DAN AKU MASIH BERMAIN KARENA KAU!” pekik Chanyeol dihadapanku.

“walaupun akhirnya AKU malah menjadi SEORANG PECUNDANG!”

Mataku memanas, hampir menangis. Air mataku hampir tak terbendung lagi. Dia sama sekali tidak berteriak, hanya berbicara dengan nada tinggi dan penekanan bermakna disetiap katanya. Apa alasannya bermain basket adalah..aku? Dan.. Sehun? Kenapa anak ini membawa-bawa Sehun diantara kami?

“Chanyeol! Kau kenapa?!” pekikku.

Chanyeol, kau kenapa?Hanya itu yang keluar dari mulutmu Baekhyun? Oh ya, siapa aku. Aku bukan siapa-siapa, aku hanya seorang pecundang, bukan begitu? YA, AKU PECUNDANG! Dan semuanya karena kau, BYUN BAEKHYUN,”

“KAU KENAPA?!” aku akhirnya teriak juga.

“Aku tidak tahu ada hubungan apa antara kau dengan SEHUN, kau begitu memperhatikannya. Sangat. Kenapa kau mencari aku disaat sehunmu itu terluka? Sementara saat aku menangis, disini. Kau entah kemana Baekhyun, kau berdua dengan Sehun berpegangan tangan, menyibakan poni, dan oh apalagi..berci–,”

PLAK!

Tanganku refleks menamparnya cukup keras. Air mataku juga akhirnya tidak dapat terbendung lagi. Ucapannya tak bisa aku biarkan lolos seenaknya saja dari mulutnya. Aku bahkan tidak mau memikirkan kata apa yang belum dia selesaikan. Aku gemetar, jadi benar.. Chanyeol yang datang waktu itu. Astaga, itu salah paham.

“Kau..datang sore itu, Chanyeol?” tanyaku parau.

“….”

“Kau melihat saat Sehun memegang tanganku, Chanyeol?”

“…..”

“Kau melihat saat Se–,”

“YA, AKU MELIHATNYA! SEMUANYA BAEKHYUN!” ucapnya geram.

Tanganku semakin bergetar, pundakku, kakikku, tubuhku. Semuanya bergetar hebat. Perasaan ini begitu memilukan, Chanyeol tidak pernah berteriak sekeras itu padaku. Sekalipun… kecuali sekarang.

“Apa yang kau pikirkan tentang itu?” lirihku.

“Apalagi? Bukankah, kau bilang sendiri kau menyukainya..dan Sehun? Mungkin saja dia mengajakmu berkencan lebih dulu dariku. Aku begitu tolol dengan terus berdekat-dekatan denganmu sementara selama ini kalian berkencan tanpa memberitahuku? Kau..bukti sebuah pengkhianatan yang jelas didekatku.. Baekhyun,”

“AKU TIDAK SEPERTI ITU!” teriakku akhirnya.

“AKU BUKAN PENGKHIANAT CHANYEOL! ITU BUKAN AKU!”

“Lalu sebenarnya kau siapa?”

“KAU BODOH PARK CHANYEOL! ITULAH KENAPA SEPERTI ADA SESUATU YANG MENGGANJAL SAAT AKU BERPIKIR UNTUK MENYATAKAN PERASAANKU PADAMU! BAIK KALAU KAU MEMANG TAHU, AKU HAMPIR MENYUKAI SEHUN TAPI KAMI.. TIDAK PERNAH BERKENCAN SEKALIPUN!”

“KAU TAHU?! SAAT ITU SEHUN TERJATUH, DIA CIDERA. AKU HANYA KHAWATIR, LUKA ITU MENGINGATKANKU PADA KECELAKAAN YANG TERJADI PADAMU BEBERAPA BULAN LALU, MENGINGATKAN PADAKU KECELAKAAN YANG MEMBUATMU SEPERTI ORANG BODOH SEKARANG! MENGINGATKANKU PADA KECELAKAAN YANG MEMBUATMU.. TERLIHAT SEBAGAI SEORANG.. PENCUNDANG!”

Aku teriak sambil terisak menahan air mataku yang jatuh cukup deras. Chanyeol hanya terdiam sambil menatapku kosong, tanpa ekspresi yang tidak pernah ia tunjukan sebelumnya padaku. Bukan Park Chanyeol yang ceria, bukan Park Chanyeol yang ingin melindungiku, hanya.. Park Chanyeol.

“Benarkan..bahkan dimatamu saja aku pencundang, Baekhyun?” tanyanya parau, tidak terlalu parau dariku.

“Kau memang pecundang bukan? Pecundang yang bertahan demi aku? Pecundang yang tetap saja pecundang karena kau hanya diam, tidak berusaha? Kau pecundang, Chanyeol,”

“….”

“Kau diam karena kau merasa kau pecundangkan? Lihat, bahkan dirimu saja memang menganggapmu pecundang Park Chanyeol, hanya bisa diam,”

“Aku bukan pecundang!”

“Buktikan kalau kau bukan pecundang! Baka!”

“….”

“Aku terlalu lama meladenimu. Aku lelah. Aku pergi saja, karena memaksamu nampaknya sia-sia,” ujarku sambil pergi tanpa menatapnya.

“Dan lagi.. Sehun selalu berjuang untukmu agar tetap masuk tim, tidakkah kau merasa berhutang padanya? Lagipula, aku memaksamu bukan karena Sehun. Aku tidak suka melihatmu menderita sementara orang lain bermain basket, Chanyeol. Hanya itu,”

Aku melangkahkan kakiku menuju luar perpustakaan. Aku tidak berhasil membujuk Chanyeol tidak apalah. Paling parah Couch Kim tidak akan membuatku dekat-dekat dengan Sehun lagi. Aku berjalan terus ke lapangan. Aku malas menatap Chanyeol. Jadi, aku hanya bisa berjalan menunduk sambil sekali-kali menyeka air mataku.

***

Sudah setengah jalan permainan, dan Sehun terpaksa bermain. Aku bisa merasakan sakitnya Sehun menahan dislokasinya yang lumayan itu. Ditambah Sehun kerjasama tim makin sedikit terganggu karena dia tidak bisa kerja maksimal. Jadilah sekolah kami cukup tertinggal. Untungnya, ada Kai yang bisa mengimbangi tim lawan.

“Ahhh!” pekik penonton.

“Aww!” ringis Sehun.

Sehun terjatuh dan buru-buru semua orang membawanya menepi. Nampaknya, Sehun tidak bisa melanjutkan permainan. Tentu saja tidak boleh. Cideranya bisa lebih parah dari ini.

Hendak aku melangkahkan kakiku menuju Sehun, couch Kim menghadangku. Tangannya melipat angkuh di dada sambil membawa gulungan kertas –yang entah apa–, matanya menatapku tajam begitu mematikan.

“Kau gantikan Sehun. SEKARANG!”

Aku terdiam. Mulutku terbuka sedikit kaget. Aku? Bermain basket? Astaga.

“C-couch, aku tidak bis–,”

“Tidak ada pilihan, Baekhyun-ssi. SEKARANG!”

Aku buru-buru berlari ke ruang loker, setidaknya seragam olahraga bisa digunakan. Lagipula, aku pemain dadakan. Naasnya, aku tidak bisa bermain basket. Maksudnya, aku tidak mengerti. Dan, sang kapten lah yang lagi-lagi cidera di pertandingan final.

BRUK!

Aku membuka lokerku dan memastikan baju olahragaku ada disana. Hanya saja ada sesuatu yang menarik perhatianku. Loker Chanyeol tepat disampingku, dan terasa hangat. Bagaimana bisa terasa hangat sementara tidak pernah ada yang menyentuh loker ini? Bagaimana bisa hangat jika lokernya didia–, Apakah Chanyeol kemari?

Aku raba loker dan pegangannya, memang benar hangat. Saat aku membuka kuncinya, seragam basket Chanyeol hilang. Apa ini artinya….

Aku buru-buru berlari menuju lapangan lagi, lebih cepat dari tadi. Semua pikiran terlintas di benakku. Apakah Chanyeol baru saja mengambil baju basket untuk bermain, atau apa? Apakah benar itu Park Chanyeol-ku? Pecundang-ku? Benarkah ia?

“Nomor punggung 12. Dari SM High School, Oh Sehun keluar lapangan,”

“Digantikan oleh Nomor Punggung 27. Dari SM High School, Park Chanyeol!”

Suara dari pemancar itu memekakan telinga. Namun, tunggu. Bukankah itu.. Park Chanyeol? Maksudku benar dia Park Chanyeol?

“WOAAAA!!”

“Park Chanyeol! Park Chanyeol!”

Aku tersenyum lega begitu sosok jangkungnya berada di tengah lapangan, langsung bermain. Couch Kim yang memperhatikanku tersenyum tidak kalah lebarnya. Sehun yang terduduk di bangku cadangan juga tersenyum, menghembuskan nafas lega.

Park Chanyeol..Is Back!

Aku buru-buru mengambil kotak P3K dan membalut luka Sehun lagi. Mengobatinya agar lebih baik sedikit, setidaknya. Di belakangku kerumunan orang-orang itu nampak sangat heboh dan histeris menganggungkan nama.. Chanyeol. Aku tidak bisa menahan senyum.

“Kerja bagus Baekhyun,” ujar couch Kim lumayan pelan.

“Park Chanyeol bermain basket lagi, Baekhyun-ah,” kata Sehun yang kuobati.

Aku mengangguk senang, bahkan rasanya leherku nyaris putus.

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

Chanyeol’s POV

Aku menghadap jendela, menatap lapangan olahraga yang nampak begitu luas dan indah dari sini. Beberapa anak sedang berlatih baseball, hanya sebagian karena sisanya menonton pertandingan di ruangan lain.

 

“KAU BODOH PARK CHANYEOL! ITULAH KENAPA SEPERTI ADA SESUATU YANG MENGGANJAL SAAT AKU BERPIKIR UNTUK MENYATAKAN PERASAANKU PADAMU! BAIK KALAU KAU MEMANG TAHU, AKU HAMPIR MENYUKAI SEHUN TAPI KAMI.. TIDAK PERNAH BERKENCAN SEKALIPUN!”

Ucapan Baekhyun terngiang dipikiranku. Aku bodoh, begitu katanya. Namun, ada satu kalimat yang membuatku berpikir dua kali. Ada sesuatu yang mengganjal saat aku berpikir untuk menyatakan perasaanku padamu.Apa maksud kalimat ini, menyatakan perasaannya padaku? Perasaan seperti apa itu?

“KAU TAHU?! SAAT ITU SEHUN TERJATUH, DIA CIDERA. AKU HANYA KHAWATIR, LUKA ITU MENGINGATKANKU PADA KECELAKAAN YANG TERJADI PADAMU BEBERAPA BULAN LALU, MENGINGATKAN PADAKU KECELAKAAN YANG MEMBUATMU SEPERTI ORANG BODOH SEKARANG! MENGINGATKANKU PADA KECELAKAAN YANG MEMBUATMU.. TERLIHAT SEBAGAI SEORANG.. PENCUNDANG!”

Jadi, Baekhyun masih mengingat kecelakaan itu. Jadi, dia menjaga Sehun agar tidak terluka terlalu parah karena itu. Dia menjaga agar Sehun tidak menjadi seorang pecundang seperti aku. Dia menjaga Sehun. Namun, apakah itu artinya dia memang menyukai Sehun, memastikan bahwa anak itu baik-baik saja?

Tapi, otakku kembali berpikir. Kalau Baekhyun tidak ingin membuat Sehun terluka seperti aku, bukankah itu artinya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama dua kali? Satu kali untukku dan satu kali untuk Sehun? Bukankah artinya dia menyesal karena menjadikan aku seorang pecundang? Bukankah artinya dia sungguh merasa bersalah padaku?

“Kau memang pecundang bukan? Pecundang yang bertahan demi aku? Pecundang yang tetap saja pecundang karena kau hanya diam, tidak berusaha? Kau pecundang, Chanyeol,”

 “Kau diam karena kau merasa kau pecundangkan? Lihat, bahkan dirimu saja memang menganggapmu pecundang Park Chanyeol, hanya bisa diam,”

Aku terdiam. Benar katanya, aku bahkan tidak berusaha dan tetap membuat diriku sendiri menjadi seorang pecundang. Apa ini reaksi karena aku terlalu cemburu pada Sehun atau apa? Kenapa rasanya kesal sekali.

Baekhyun menutup pintu perpustakaan keras. Ayo Baekhyun, paksa aku sekali lagi. Aku yakin, bujukanmu yang ini aku ambil.

Hanya saja..

Baekhyun nampaknya benar-benar sudah pergi. Dia tidak menatapku sama sekali. Apakah aku terlalu kasar padanya? Ya..benar. Aku tidak pernah membentaknya sekasar tadi. Dia pasti terluka.

Sedetik kemudian, aku langkahkan kakiku keluar. Walaupun terasa berat, mengingat hal ini beberapa bulan lalu. Nampaknya, aku harus berusaha sekarang. Bukan, bukan karena Baekhyun. Tapi karena harga diriku, karena aku tidak ingin jadi pecundang lagi.

BRUK!

Aku keluar dan langsung menuju lapangan di aula. Aku melihat dari balik tembok, disana Sehun. Dia sedang berusaha sekuat tenaganya agar dia tidak terlihat seperti pecundang. Dia terus bermain tanpa memperhatikan cideranya.

Aku..jujur saja nyaman berteman dengannya. Jikalau memang Baekhyun dan Sehun benar-benar berkencan tidak apa. Asalkan mereka berdua tetap bersamaku sampai kapanpun. Mungkin, Baekhyun benar juga perihal aku harus berterimakasih pada Sehun karena tetap memasukanku di tim. Nilai basket cukup berpengaruh dalam nilai keseharian. Jadi memang harusnya aku berterimakasih pada Sehun.

“Ahhh!” pekik penonton.

“Aww!” ringis Sehun.

Sehun terjatuh, walau sebenarnya disengaja oleh lawan. Aku membulatkan mata kaget, Sehun tidak boleh melanjutkan permainan.

Aku buru-buru berlari menuju loker. Menuju lokerku yang nyaris sudah terlalu lama aku biarkan. Nampaknya, aku harus membantu. Setidaknya, membantu. Walau cideraku baru sembuh dua bulan lalu, tapi aku sudah berlatih sedikit-sedikit bermain basket. Ya, aku harus membantu.

Aku membuka lokerku yang aku pasang kode. 060592. Ulangtahun Baekhyun. Tentu saja aku tidak akan lupa.

Tap. Tap.

Ada suara langkah kaki, setelah aku berhasil berganti pakaian aku buru-buru berjalan melewati loker belakang. Nampaknya seseorang, aku buru-buru pergi dan meninggalkan ruangan begitu orang itu masuk.

Langkahnya terdengar seperti langkah Baekhyun. Ya, jelas sekali. Untuk apa dia disini?

Aku tidak menghiraukannya dan berlari cepat menuju lapangan, menujuwasit. Aku akan menggantikan Sehun, tidak peduli seberapa pecundangnya aku sekarang. Asalkan, Oh Sehun tidak dianggap pecundang sepertiku, asal Oh Sehun tidak terluka karena aku. Agar Baekhyun tahu, aku bukan pecundang!

“Aku akan menggantikan Oh Sehun,” ujarku.

“Siapa namamu?”

“Park Chanyeol,”

Sejenak wasit yang sedari tadi berkutat dengan lembaran kertasnya itu melirikku. Ekspresinya menandakan sebuah kelegaan. Kenapa semua orang? Mereka lega karena aku kembali atau..karena Oh Sehun?

“Ya nampaknya aka nada pergantian pemain,” ujar suara Host disampingnya.

“Nomor punggung 12. Dari SM High School, Oh Sehun keluar lapangan,”

“Digantikan oleh Nomor Punggung 27. Dari SM High School, Park Chanyeol!”

Rombongan petugas medis membawa Sehun dan couch Kim menatapku di dekat garis lapangan. Couch Kim menatapku sangat terkejut, terlebih Sehun. Semua orang sontak menyorakan namaku. Masa-masa seperti ini nampaknya sudah lama sekali tidak aku rasakan.

Aku mencari Baekhyun yang biasanya duduk di bagian medis. Hanya saja aku tidak dapat menemukannya. Sedetik setelah aku masuk, aku melihat Baekhyun dari lorong. Napasnya terengah-engah, nampak tersenyum kecil. Oh, senyuman yang selalu menyejukan hatiku.

***

Setelah aku memasuki lapangan dan memulai permainan, aku –maksudku, timku bisa menyeimbangi permainan. Sudah lama rasanya tidak bekerjasama seperti ini. Poin nyaris sama terus-menerus, sampai waktunya habis. Bahkan setelah waktu tambahan diberikanpun tetap tidak ada tim yang menambah poin.

Nafasku masih terengah-engah, aku membungkuk sambil menumpu beratku pada lutut. Aku bermain mati-matian kali ini, menunggu keputusan wasit untuk lemparan bebas atau lemparan koin. Lemparan bebas ya, seakan mengingatkanku pada masa lalu.

Bunyi peluit terdengar, para pemain sudah bersiap di tempatnya masing-masing. Mengerubungi wasit untuk menentukan tim siapa yang duluan main.

“Kapten Tim harap maju,” ujar sang wasit.

Nichkhun sang kapten dari tim lawan maju, dan menunggu kapten tim kami untuk maju. Dan sialnya, aku baru ingat kalau Oh Sehun cidera disana. Duduk manis sambil tertawa renyah dengan Baekhyun. Oh tidak, momen romantis macam apalagi?

“Tidak ada yang maju kalian didiskualifikasi,” ujar sang wasit lagi.

Tim lain, lebih tepatnya Nichkhun menyeringai. Tim sekolah malah bergerombol menatapku.

“Apa?” tanyaku ketus.

“Kau mantan kapten Chanyeol-ah,” jawab Kai.

“Kau saja. Aku hanya ‘mantan’,” ujarku dengan menekan kata ‘mantan’.

“Sekali lagi, jika tidak ada yang ma–,”

“Aku pilih kepala,”

Ucapan wasit itu tak kubiarkan lama-lama mengiang ditelingaku. Terpaksa, aku maju mewakili sekolah. Kai tertawa, atau lebih tepat kalau ku sebut seringai kepuasan? Sialan, kau Kim Jong In.

“Kalian nilai koin, ne?” tanya sang wasit pada Nichkhun. Anak itu hanya mengangguk.

Saat koin dilempar dan tertangkap lagi oleh wasit, inilah saat yang menegangkan. Biasanya tim yang pertama maju lebih diuntungkan. Dan, aku berharap itu bukan timku. Karena, tim kedua biasanya lebih-lebih diuntungkan. Pendapatku.

“JYP, maju melakukan lemparan bebas lebih dulu. Setuju?”

“Ne!”

Saat Nichkhun mulai berada diposisinya dan beberapa anak disampingnya, dengan kesempatan tiga kali melakukang shooting dia berhasil memasukan tiga-tiganya. Tim dan penonton makin cemas, termasuk aku.

Kejadian yang membuatku trauma berkali-kali lipat dan sekarang, aku dihadapkan lagi padanya.

Aku maju begitu wasit memberiku perintah untuk melakukan yang selanjutnya.

Hap. Hap. Hap.

Tiga bola kuberhasil masukan lagi, berarti poin kami sama juga. Hanya satu kesempatan lagi. Dan jika kali ini JYP tidak berhasil memasukan bola ke ring, dan kami bisa melakukannya. Kami menang.

Namun….

Justru inilah pusat ketakutanku bermain basket. Saat-saat seperti ini saat dimana aku menjadi pecundang. Terkilir dan membela-belakan diri untuk terus bermain hingga jadi..pecundang.

Nichkhun mengambil posisi dan bersiap melempar bola setelah dia menghela nafas panjang.

BUK!

Tap. Tap. Tap.

Suara bola basket yang jatuh menyentuh lapangan. Aku terdiam. Semuanya juga begitu. Hingga akhirnya berubah menjadi sorak sorai penonton yang berteriak sungguh keras.

“S! M! DAE! BAK!”

“PARK CHANYEOL! PARK CHANYEOL!”

Benar dugaan kalian. Aku..diberi kesempatan lagi untuk tidak jadi pecundang. Nichkhun tidak berhasil memasukan bola dan kali ini..giliranku.

Aku mengambil bola dan menghela nafas panjang. Sebentar, aku menutup mata rileks. Membayangkan siluet Baekhyun yang tersenyum kemudian berubah jadi sosoknya yang mengataiku pecundang. Akan kubuktikan Baekhyun! Aku bukan pecundang!

Tring~ Tring~

Suara perbenturan antara ring dengan jaring dibawahnya. Nafasku menderu, terdengar jelas di telinga. Keheningan yang terjadi beberapa detik lalu berubah menjadi….

Sorak sorai.

Teriakan kemenangan.

Aku..berhasil.

“PARK CHANYEOL! PARK CHANYEOL!”

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

Author’s POV

“Pertandingan dimenangkan oleh.. SM High School!”

Suara tepukan tangan dipenjuru aula terdengar begitu meriah. Senyuman dan sorakan itu tak henti-hentinya keluar dari para penonton bahkan pemain tim sekalipun. Mereka berada diatas podium, dengan tim SM membawa sebuket bunga, papan bertuliskan nominal uang serta piala penghargaan.

Namun, Chanyeol pergi dari keramaian itu. Tugasnya sudah selesai. Dia berjalan sendirian sambil menyeka keringatnya yang jatuh bercucuran. Di koridor kelas yang sangat sepi karena semuanya hampir berada di aula basket atau pulang karena hari nyaris malam.

Tap. Tap. Tap.

“Park Chanyeol!” suara langkah kaki itu berubah menjadi seruan namanya.

Chanyeol berbalik dan disana, Baekhyun melambaikan tangan padanya sambil tersenyum. Senyum yang selalu menghiasi hari-hari Chanyeol. Senyum yang selalu membuat harinya terasa begitu, indah.

GREB.

Baekhyun memeluk Chanyeol sangat erat. Wajahnya tenggelam di permukaan dada Chanyeol yang berkeringat.

“Park Chanyeol! Terimakasih, terimakasih banyak!”

“Chanyeol..kau berhasil, aku senang sekali!”

“Sehun ju–,”

Ucapan Baekhyun terhenti begitu Chanyeol melepaskan pelukannya.

“Chan.. yeol..” gumamnya.

Chanyeol menatap Baekhyun malas, bola matanya berputar. Kemudian berdecak kesal.

“Seperti ini tetap saja Sehun yang dibicarakan, aku bosan!” gertaknya. Baekhyun menutup mulutnya rapat. Terkejut.

“Dengar baik-baik Byun Baekhyun. A-ku tidak bermain untuk-mu, bukan juga un-tuk Sehun, aku bermain karena aku bukan pecundang!” katanya.

Nadanya ragu saat mengucap alasannya untuk bermain. Demi Tuhan Chanyeol bersumpah, alasan dia main sebenarnya 74% memang karena Baekhyun, 24% lagi karena Sehun. Sementara sisanya, memang karena Chanyeol menyukainya. Dan sekarang, dia merasa menyesal membentak Baekhyun begitu. Mata anak itu berubah sendu.

“A-aku belum selesai bicara, Chanyeolie,” ujar Baekhyun dari keheningannya.

“Mau bicara tentang apa? Sehun lagi? Ah, sudah aku bosan. Selamat ya sudah pacaran, turut senang juga,” balas Chanyeol malas sambil pergi meninggalkan Baekhyun.

Baekhyun mengernyitkan dahinya. “Aku tidak pacaran dengan Sehun!”

“Yayaya, terserah kau saja,”

“Kau marah padaku karena kejadian di café?”

Chanyeol terdiam. Baekhyun melangkahkan kakinya mendekati Chanyeol. Namun, Chanyeol menggeleng pelan dan melanjutkan langkahnya.

“Kau kan tahu alasanku mencemaskan Sehun saat itu,” ujar Baekhyun. “Rasanya pasti akan sama seperti melihatmu seperti ini,”

“Benarkah? Melihatku seperti pecundang?” tanya Chanyeol. “Aku tidak percaya padamu, Baekhyun. Aku jelas melihat kau sangat senang sekali dekat-dekat Sehun,”

“Tapi bukan berarti aku pacaran dengannya! Idiot!”

“Kenapa kau suka sekali memanggilku Idiot?! GRUMPY SMURF~!” Chanyeol memutar tubuhnya dan berhadapan dengan Baekhyun.

“YA! KENAPA MEMANGGILKU GRUMPY SMURF?! BAKA! IDIOT! BABO CHANYEOL!”

“KAU PENDEK, KAU KECIL, KAU GALAK, KAU PEMARAH!”

“APA?! PENDEK?! COBA KATAKAN SEKALI LAGI POHON KELAPA BODOH!”

“AKU TIDAK BODOH, AKU BUKAN POHON KELAPA!”

“YA, KAU MENJENGKELKAN, MENYEBAL–,”

Chu~

Mata Baekhyun refleks melebar saat sesuatu yang hangat menyentuh bibirnya kilat. Cepat sekali Chanyeol mendaratkan bibirnya di bibir Baekhyun. Namun, rasanya masih terasa hangat. Begitu pula dengan Chanyeol yang mulai salah tingkah, dia menjilat kecil bibirnya yang dirasa manis itu.

Bibir Baekhyun, begini rasanya. Manis, batinya.

“Jujur saja kau yang menyebalkan, anggap saja itu akhir pertengkaran kita dan ucapan selamat tinggal,” ujar Chanyeol gelagapan.

“Baka…” ucap Baekhyun pelan dan masih terdiam dalam posisinya yang seperti itu.

“Ah, sudahlah Baekhyun. Jangan mengundangku untuk bertengkar denganmu terus!” kesal Chanyeol.

“BAKA~!” seru Baekhyun akhirnya. “Brengsek kau Park Chanyeol!”

“Ya, aku tahu. Aku tahu!” jawab Chanyeol santainya.

“Baiklah, aku senang kalau kau dan Sehun pacaran. Jadi selamat ting–,”

“Kau pergi begitu saja setelah mencium..ku?! Brengsek,”

Chanyeol terdiam begitu melihat wajah kesal Baekhyun. Walaupun wajahnya tidak begitu menyeramkan dan malah terlihat manis, tetap saja aura disekitarnya berbeda.

“Kenapa kau tidak biarkan aku bicara sih?” tanya Baekhyun.

“Lagipula kau mau bicara apa?” tanya Chanyeol acuh.

Kemudian, suasana menjadi tenang lagi. Lebih dingin dengan aura yang tajam menusuk satu sama lain.

“Aku menyukaimu, Chanyeol,”

Begitu katanya. Sebuah paduan kata pendek yang terengar begitu nyaring di koridor yang sepi itu, terlebih ditelinga Chanyeol.

“Aku mencintaimu dan kau sudah menyerah begitu saja, lebih buruk lagi kau menganggapku menyukai Sehun,”

Jantung Chanyeol berpacu lebih cepat. Tidak bisa dikontrol. Tanpa kendali saja sudah seperti itu dan tak bisa berhenti. Benarkah begitu Baekhyun?

“Jangan bercanda,” ujar Chanyeol dengan nada meledek. Padahal, dia berusaha mati-matian menyembunyikan rasa senangnya.

Baekhyun mempoutkan bibirnya. “Aku serius, Park Chanyeol,”

“Terus kau mau apa?” tanya Chanyeol bodoh.

“Seharusnya kau yang melakukan ini,” balas Baekhyun. Chanyeol mengernyitkan dahi heran.

“Berhubung kau mau meninggalkanku setelah ini jadi…”

“Apa Byun Baekhyun? Kau mengundur waktu, jika tidak serius aku pulang saja,” balas Chanyeol sambil melangkah pergi.

Dan sebelum Chanyeol berputar 360°, tangan Baekhyun menangkup kedua pipi Chanyeol, membuat wajah itu sedikit turun. Kakinya berjinjit berhubung Chanyeol jauh lebih tinggi darinya.

Chu~

Ciuman di bibir yang lebih dulu dilakukan Baekhyun. Sekarang, giliran mata Chanyeol yang membelakak.

“Jelas aku tidak sudi kalau ciuman pertamaku tidak dilakukan oleh kekasihku,” ucap Baekhyun menahan rona merah di wajahnya setelah melepas ciuman itu.

“Jadi, kau harus..”

Chu~

Ciuman di pipi Baekhyun membuat wajahnya begitu merona.

“Kau terlalu lama. Bilang saja kalau mau menjadi kekasihku,” jawab Chanyeol sambil terkekeh kecil.

Baekhyun menatap Chanyeol sambil tersenyum kecil. Chanyeol berubah lagi jadi Chanyeol yang menyenangkan dalam hitungan beberapa menit sejak adegan maki-memaki tadi.

“Kau yang seharusnya bilang begitu!” kesal Baekhyun.

“Arraseo. Jadi, kau mau jadi kekasihku, Byun Baekhyun?” tanya Chanyeol.

Baekhyun cekikikan, sambil memerkan barisan gigi rapinya. “Tapi, kau harus percaya aku dan Sehun tidak ada apa-apa,”

Chanyeol berdecak lagi. “Masih saja bawa-bawa nama Sehun,”

“Ya, kalau kau terus curiga padaku dan Sehun, mana mungkin kau jadi kekasih yang terpercaya!”

Chanyeol mengangguk. “Yayaya, setidaknya pilih waktu yang bagus,”

“Jadi, kau mau tidak jadi kekasihku? Keburu, aku marah lagi karena kejadian di café, kemarin,” lanjut Chanyeol.

“Idiot~! Aku sudah terang-terangan dihadapanmu, tetap saja bodoh,”

“Aku belum mendengarnya langsung nih,”

Baekhyun canggung. “Ne,”

“Apa? Aku tidak dengar?”

“Ne!”

“Ah, kau bisu ya?”

“NEEEE~!”

“Ah aku ti–,”

“KAU SAJA YANG TULI!” kesal Baekhyun akhirnya sambil menoyor kepala Chanyeol yang cekikikan.

“Jadi, kita pacaran sekarang?” tanya Chanyeol.

“Tentu saja, idiot!” Baekhyun menggenggam tangan Chanyeol dan mulai berjalan pergi menjauhi koridor.

“Ish, kenapa senang sekali memanggilku idiot!” goda Chanyeol.

“Ehm, kau tau tidak kenapa aku memanggilmu Smurf?”

“Molla, memang penting?” tanya Baekhyun.

“Ish! Kau ini kekasihku atau masih Baekhyun sih?”

“Aku tetap saja Baekhyun walau aku jadi kekasihmu sekarang,”

“Yaya, tapi setidaknya jangan menggerutu begitu. Aku akan senang kalau kau bertanya tentang itu,”

Baekhyun berdecak kesal begitu sampai loker. “Jadi kenapa kau memanggilku, Smurf?”

Chanyeol tertawa penuh kemenangan. “Karena kau kecil, kau menggemaskan Baekhyun..seperti mereka. Kau juga, begitu menakjubkan,”

Baekhyun salah tingkah dibuatnya. “Namun tetap saja kau pendek! Hahaha,”

Setelah dibuat melayang, Baekhyun bagai dihempaskan begitu keras oleh Chanyeol. “Tetap saja idiot! Kekasihku Park Chanyeol idiot!”

Dan setelah Chanyeol mengganti pakaiannya dengan seragam. Dia memeluk Baekhyun yang tengah bersandar pada loker. Baekhyun tenggelam dalam rengkuhan tubuh Chanyeol yang lebih tinggi darinya.

“Kau senang aku bermain basket lagi, Baekhyun?”

Baekhyun membalas pelukannya ragu. “Hmm, ne,”

“Kenapa?” tanya Chanyeol. “Bukankah aku pecundang?”

“Ti-tidak, Chanyeol. Kau bukan pecundang,”

“Terus..kenapa kau memanggilku pecundang di perpustakaan tadi, eum?”

“A-ah, itu. A-aku hanya kesal saja kau tidak mau membantu Seh–Tim,”

“Dengan mengatai aku pecundang?” tanya Chanyeol lagi.

Dan mereka tetap begitu, berpelukan menyalurkan kehangatan. Namun, Baekhyun tidak dapat mengontrol detak jantungnya. Apalagi, saat Chanyeol berbicara di dekat telinganya.

“Setidaknya berhasil membuatmu turunkan?” jawab Baekhyun. “Asal tahu saja, kalau kau tidak datang tepat waktu, aku yang menggantikan Sehun bermain,”

“Mmmbbbpppppffftt..” Chanyeol menahan tawa. Baekhyun? Bermain basket?

“Jangan tertawa itu tidak lucu!” kesal Baekhyun.

Chanyeol mengangguk-ngangguk.

“Hmm, Chanyeol-ah aku tidak bisa bernafas,” ujar Baekhyun merasakan pelukan mereka terlalu erat.

Chanyeol melonggarkan pelukannya. “Benarkah?”

“Ne,” jawab Baekhyun.

“Kalau begitu, aku bantu memberikan nafas buatan, ne?”

Baekhyun kaget mendengar ucapan Chanyeol. “Mwoya? Park Chan– …mmmppft,”

Bibir Chanyeol kemudian menyentuh bibir Baekhyun. Membungkam semua ucapan menggerutu Baekhyun. Memilinnya lembut dan membasahi bibir yang lain dengan air liurnya. Dan saat itu juga, Baekhyun mulai mengimbangi Chanyeol.

.:—–:. ™— .:—–:. –˜ .:—–:.

“Terimakasih karena menjadi kekasihku, Byun Baekhyun,”

“Kenapa?”

“Semua usahamu, semua kerja kerasmu untuk membangunkan aku dari keterpurukan,”

“Hmm, bukankah seharusnya aku yang berterimakasih?”

“Kau? Kenapa?”

“Terimakasih karena kau menungguku untuk waktu yang begitu lama, karena semua penantianmu untukku, semua bantuanmu untukku. Ini, tidak terbanding apapun, Chanyeol,”

“Kekeke, sudah aku bilang aku setia,”

“Ya, setia dan menjengkelkan,”

“Hmm, kau mau aku beri nafas buatan lagi?”

“ANI~! Yang tadi saja nyaris membunuhku!”

¥ THE END ¥

ᄏᄏᄏ.

Jadi, bagaimana? Kalau kata aku sih gak begitu seru, waktu nulis konfliknya juga terasa absurd. Tapi, semua resolution­-nya udah aku ubah beberapa kali dan hasilnya seperti ini. Absurd? Memang. (Jangan ditiru ini! Nggak percaya sama karya sendiri._.)ᄏᄏᄏ.

Maklumi saja lah, lagian masih amateur writer. Makannya dari itu masih butuh bimbingan, kritik dan juga saran. Jadi, mohon reviewnya 😀

Nah, yang penasaran kenapa Chanyeol gak mau main basket jelaskan? Terus juga yang tanya sebenernya Baekhyun suka sama siapa sudah dikasih tahukan? Ada pertanyaan yang belum kejawab? Atau masih bingung? Coba tanyain pada @babysmvrf 😀 (ini promosi terselubung ya? Lol)

SAYONARA~!

SHARE BY NILAM MENYE MENYE 

72 respons untuk ‘[FF Frelance] Yaoi_ChanBaek || Misunderstand – Suddenly Love’s Side Story ||

  1. aaaahhhhhhhhhhh baekyeol so sweet bgt heheh:D jdi sirik sma mereka T.T knp ga bkin twoshoot aja eonni, kan biar panjang gt heheh:p ceritanya jga b gus ada kocak2nya jga 😀 hunhan nasibnya gmn tuh u,u??

  2. Ini aku yg eror atau akunya yg sotoy.

    Kayak pernah baca yg mirip ini…aku inget bagian MyungJong, Luhan yg bernyanyi diradio, trus Chanyeol yg trauma sama basket.
    Apa ini sequel ya?? Apa yg sebelumnya pernah di post disini atau di page (linglung)
    Kalau soal cerita…Oke!!

  3. muehehe authorr ini school lifee sumpahh demen yang beginiaaannn >w<
    eh beb *toel sehun* chanyeol abis wet dream sayanggg XDD wet dream.an ama baekhyun ara?? lololol XDD *yadong alert
    kece dahh ff nyaa thor manis pulaaaaa percaya deh sama aku :3
    keep writing thor ❤ lavyuuuu :*** opss sequel jan lupaaa:3

  4. Jadi chan2 ama baekkie blm pacaran pas di awal crita,
    hoalah kirain,,
    tapi akirny org tu b2 pacaran jugak,,,,
    yeay..
    Seneng seneng..

    dan ternyata oh ternyata chan2 gak mau main basket lagi tu krna trauma toh.,.
    Oalah…
    Gak nyangka seorang happy virus bisa jga trauma ya. Haha
    tapi akirny dengan sgala usaha yg di lakuin baekkie untuk dia,
    akirny mau juga dia balik lagi ke basket…
    Haha
    seneng deh thor ,
    apa lagi sm high school menang, tentuny dengan jasanya mr. Chanyeol..

    Keren keren keren deh thor..
    Daebak ffny

  5. Jadi chan2 ama baekkie blm pacaran pas di awal crita,
    hoalah kirain,,
    tapi akirny org tu b2 pacaran jugak,,,,
    yeay..
    Seneng seneng..

    dan ternyata oh ternyata chan2 gak mau main basket lagi tu krna trauma toh.,.
    Oalah…
    Gak nyangka seorang happy virus bisa jga trauma ya. Haha
    tapi akirny dengan sgala usaha yg di lakuin baekkie untuk dia,
    akirny mau juga dia balik lagi ke basket…
    Haha
    seneng deh thor ,
    apa lagi sm high school menang, tentuny dengan jasanya mr. Chanyeol..

    Keren keren keren deh thor..
    Daebak ffny..

  6. sweet bneeettt ,, yaampun baekyeol ngegemesin bnet c sumpah dh ,, >< walopun krjanya berantem mulu tp jstru itu yg bkin romantis .. ^^

  7. wooooooooow…..Fantastic baby*judul lagu tuwh XD

    aduhhh sempet deg2an waktu baekyeol berantem…… tapi akhitnya happy ending !!!!!!!!!!*tabur bunga

    the great FF author…..

  8. ya tuhan…romantic banget ff nya 😀
    Suka banget ama nih couple….lagi lagi….
    Chanyeol jangan putus asa begitu dunk, aigoo untung aja baekhyun selalu ngasih chanyeol semangat, walaupun selalu dikatakan pecundang -,-
    Kya !chanyeol cemburu ne, tenang saja di hati baby byun hanya ada chanyeol seorang kok ^^

  9. *clingak clinguk
    *sujud sujud sujud

    MIANHAMNIDA ANA BRU BACA YA SALAMM~ entah mw blg apa, ana takut ama author-nim ehem, Mianhamnida~ mdh2an dimaafkan *pray

    satu kata
    WOW
    udh gtu doang *plak
    gak bcanda ko ini adlh ciri2 org yg bersalah, ana salting..

    WOW GA BOONG, INI KEA LIAT CHANBAEK DI KEHIDUPAN NYATA, MARAH BAIKAN MARAH BAIKAN SETERUSNYAAA~ part yg di bus ya ampun so sweeeet bnget mrka *mimisan* mrk tetep yah rusuh berdua pdhl lg mesra2an tp tetep jail ga ilang -_ -aaah~ gmn nih ana guling2 ga jelas pgi2 kyaaaaaaaaaa~ tp tunggu ini adlh side story dari hunhan? Hunhan yg mana? Ini sekuel yah? Ff apa? Tp tar aku cari di page ff deh *ngelantur

    ana jg terharu pas yg mreka ke gubuk itu, pelajaran berharga bwt kita krn diluar sana msh ada org2 yg kurang bruntung hdupnya jd pengingat bwt ana sndri nih, hrus lbih welas asih thdap sesama aaaa~ author-nim ana cium nih :**** ana mw cri yg ff hunhan itu ah yah~ pai pai

    jgn ga yakin author-nim krn ini sangat bagus dan ngena di hati ana it’s my opinion *kecup2 author

    #deepbow

  10. thor, aku pembaca baru di sini.. ceritanya romantis sangat, aku suka banget thor..
    Daebakk thor~!
    BekYeol co cuittt banget deh.. 2 jempol buat author deh.. d^^b

  11. Thour aku pembaca baru di sini….
    ff nya keren thourr
    Baekyeolnya so sweet buanget….pokoknya daebak thour

  12. kerenn thorr daebak bgt supaahhh g bohong dehh ciyuss *plak apa ini hehehe
    keren bgtt thorr..tepuk tangan bareng member exo *prok prok prok
    so sweet bgt baekyeol nyaa…’
    nice ff thorr…]
    aku riders baru langsung mampir ke wordpress ini, langsung sukaa baru baca list ff nyaaaaa

  13. aaaaa suka suka suka!!!

    demi oppa ini ff keren banget ahahahaha….. aku suka banget nih part saling memaki-tapi-ngegemesinnya ahahahaha baekhyun si grumpy smurf.. aku baru tau loh smufr itu seperti apa stlah pnasaran ubek2 mbah google…

    hahaha trnyata makhluk biru itu yah…wkwkwkwkwk iihhh… authornim kamu paporit aku skrg nih… huahahahaha….

    serius ini WP keren membahana pkonya jjang (y)

  14. absurd? gak juga sih. hanya aja agak gak mengerti pas bagian awalnya. ngertinya pas udah kebawah bawah. biasanya kalo ada scene yg bawa bawa masa lalu, langsung dikasih flashback. kalau ini flashback nya belakangan. itu aja sih. buat keseluruhan bagus kok. feel nya juga dapet. ah ending nya lucu. suka suka:^D

  15. ini.. nyesek bangeettt..
    aku baca ini nyesek sepanjang ff beneran deh..
    Chanyeol nya kasian Baekhyun nya kasian
    perasaan mereka terasa terombang-ambing uhuhu
    dan tetep so sweet.. aigoo so sweet
    dari suddenly love aku mau komen ttg MyungJong nya cuma lupaa..
    yeay ada MyungJong yeay ehehe ^^
    ini kereeen author ff nya .. kereeeennn banget
    beneran deh feel nyesek ke hati nya tuh deg dapeeett bangeeettt
    daebaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk \^0^/

  16. Oh jd begini kisahnyaaa wkwkw
    Kirain td si baek beneran suka ama thehun, gak taunyaaaa *ehm ehm

    Kereeenn deh ceritanyaaaa, i like it xD
    Apapun keadaannya BaekYeol emng yang terbaik dlm sgla cerita n kisah :3
    Feelnya dapet bangeeetttt (´▿`ʃƪ)

Tinggalkan Balasan ke Epie Batalkan balasan